Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.
Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.
Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.
Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.
Follow Instragramm : @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Juga Lelah
Arsen pulang dengan mood yang berantakan, pertemuan dengan sang ibu membuat suasana hatinya kacau, sampai arsen memilih pulang lebih awal karena merasa pening dan ingin beristirahat panjang.
Namun saat mobil arsen tiba di kediamannya ia melihat Anita yang juga baru pulang bekerja, wanita itu juga kaget melihat kedatangan arsen yang masih terbilang sore.
Arsen keluar sambil menutup pintu mobil dengan keras, Anita sampai terlonjak mendengar suara tersebut, sudah dipastikan arsen pasti marah karena Anita tidak menyambutnya dengan benar.
"P-pih.... Tumben sudah pulang" seru Anita tersenyum selebar mungkin, walau degup jantungnya berdetak kencang.
"Ikut aku!" Tanpa ba-bi-bu arsen menarik lengan Anita dan membawanya ke dalam rumah, pria itu berjalan cepat menuju ruang makan.
"Mana makananku? Kenapa tidak ada satupun masakan ini, hah?! Aku lapar"
"I-ini masih sore, pih.... A-aku belum memasaknya" cicit Anita.
Arsen langsung mengapit kedua rahang sang istri hingga membuat wanita itu mengaduh kesakitan. Padahal arsen tau kalau Anita juga baru saja pulang, dia juga butuh waktu untuk istirahat.
"Kau pikir aku hanya makan di jam tertentu?? Apa kau tidak pernah memikirkan kalau suamimu ini bisa lapar kapan saja?! Mana tanggung jawab mu sebagai seorang istri, huh?!!!"
"Pih.... Sakitttt....!" Desis Anita mencoba melepaskan cengkraman tangan sang suami.
"Kau memang istri yang tidak becus! Kemari kau" arsen lantas membawa Anita ke dapur dan mendorong sang istri hingga terjerembab ke lantai.
"Akkkhhh!"
"Cepat masakan aku sesuatu! Berpikirlah sedikit kalau kau benar-benar peduli pada suamimu, jangan cuma mengutamakan pekerjaan mu yang tidak penting itu. Berhenti bekerja kalau tidak bisa menjadi istri yang layak!"
Setelah menyuruh Anita membuatkan makanan untuknya arsen tanpa rasa bersalah pergi dan masuk ke dalam kamar meninggalkan istrinya yang menangis kesakitan.
"Hiksss..... Aku juga lelah pihhh....." Isaknya pilu.
Kenapa selalu seperti ini, dia akan selalu jadi pelampiasan saat suasana hati arsen tidak baik, padahal urusan kantor tidak boleh dibawa ke rumah.
Ia tak bisa berhenti menangis, alhasil Anita bangkit dan melakukan perintah suaminya diiringi dengan tangis yang terus-menerus menderai.
Aroma bawang yang diiris itu bukanlah penyebab Anita mengeluarkan air mata, tapi perilaku dan sifat suaminya yang membuat mata itu sulit untuk tetap kering.
Sambil mengusap kedua pipinya yang basah Anita terus mengoseng-oseng makanan yang telah dia campurkan.
Usai tersaji Anita naik ke lantai atas untuk memberitahu arsen kalau makanan sudah siap. Tapi pria itu justru tidur setelah masuk ke kamar 30 menit yang lalu.
Anita mencoba membangunkannya.
"Pihhh.... Bangun Pih.... Makanannya sudah jadi"
"Pihhh...."
Arsen menggeliat saat ada yang menggangu tidurnya, tapi dia tetap tak membuka mata.
"Pihhh...."
"Papihhh...."
"Bangun dulu"
Anita mengguncang pelan lengan arsen yang masih belum sadar, hingga beberapa detik kemudian pria itu menepis tangan Anita.
"Kau bodoh, hah?!!! Aku sedang tidur!" Bentaknya kesal.
"Tapi makanannya sudah siap, pih. Papih bilang tadi lapar" lirih Anita sembari mengusap tangannya yang terasa perih.
"Arghhh.... Kepala ku jadi pusing lagi gara-gara kau! Aku akan turun sendiri tidak perlu membangunkan ku"
Arsen pun memilih memejamkan matanya lagi, melanjutkan tidur sore yang sempat tertunda karena ulah sang istri.
Sedangkan Anita tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya mendesah pasrah dan membiarkan suaminya makan setelah bangun tidur nanti.
***
Arsen protes ketika makanan yang dihidangkan Anita dalam keadaan dingin, wajar saja sudah tiga jam yang lalu Anita memasaknya, dia tak mungkin membuat makanan baru saat yang ini saja belum sama sekali dicicipi.
"Nanti saat makan dengan nasi panas juga masih enak kok, pih"
Arsen malah mengatai arahan tersebut, dia tetap tak mau dan menyuruh Anita untuk menghangatkan makanannya.
"Kau ini selalu saja harus disuruh lebih dulu, sekali-sekali inisiatif untuk melayani suamimu" cerca Arsen menggerutu.
Bukan tak inisiatif, hanya saja Anita tertidur di sofa usai merebahkan tubuhnya yang lelah akibat terlalu banyak beraktivitas. Bahkan dia juga belum sempat membereskan rumah.
Anita pasrah, ia menurut dan melakukan apa yang suaminya inginkan.
Disaat Arsen sedang enak makan Anita justru sibuk mengepel lantai, dia harus membersihkan rumah agar nanti pagi dirinya bisa langsung berangkat kerja.
Arsen tak mempedulikan istrinya dan menikmati makan malam sendirian, untuk sekedar mengajak Anita bergabung sebentar saja Arsen tak menawarinya.
Keduanya sibuk dengan aktivitas masing-masing, Anita lebih mengutamakan sang suami dibanding dengan kondisi perutnya yang kosong, sambil menyeka peluh Anita terus membersihkan seluruh ubin rumah sampai tak ada debu yang tersisa.
"Pih nanti lauknya jangan dihabiskan semua ya, aku kan belum makan"
"Cih, siapa juga yang mau menghabiskan makanan tidak enak ini" sahutnya menjelekkan jerih payah sang istri.
Anita tak mempermasalahkan hinaan tersebut, ia melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
"Lagipula salahmu yang tidak melakukan semua tepat waktu, membersihkan rumah bukan dilakukan di malam hari" lanjut Arsen.
"Iya, maaf... Tadi kan aku ketiduran, makanya belum sempat beres-beres"
"Hidupmu memang tidak ada aturannya dari dulu" Hina nya lagi.
Anita tak menanggapi, apapun ucapannya pasti akan selalu salah jadi lebih baik dia mengalah.
Anita pun baru menyelesaikan pekerjaan rumah setelah Arsen mengakhiri makan malam 30 menit yang lalu, wanita itu lantas makan seorang diri diiringi oleh sunyi yang menemani.
Kursi di depannya yang biasa dipakai Arsen malam ini kosong tak terisi, tapi justru Anita dapat makan dengan tenang, tak melulu dibombardir dengan hujatan dan umpatan sang suami di setiap suapannya.
Anita menguyah nasi dengan pelan sambil termenung menatap kursi kosong tersebut, memori lamanya muncul kembali, dulu Anita jarang sekali memasak, Arsen selalu menyuruhnya untuk diam dan membiarkan pria itu membeli makanan untuk mereka diluar alasannya karena Arsen tak mau Anita kelelahan.
Pria itu juga selalu menunggu Anita menyelesaikan makan sampai habis, tak mau wanitanya sendirian dan merasa kesepian.
Tapi kini Anita dituntut menjadi seorang istri yang sempurna, dia harus masak makanan enak sesuai selera Arsen, kalau tidak maka Arsen akan membuang makanan-makanan itu dan menyuruh Anita untuk membuatnya ulang.
Tubuh Anita pun semakin kurus setiap harinya, dimakan oleh lelah dan air mata tanpa diberi obat yang mujarab.
Anita rela diperlakukan berbeda, ia sadar belum menjadi istri yang bisa memuaskan suaminya dalam segi apapun, bahkan semakin hari kepercayaan Arsen kian memudar kepadanya, membuat Anita tahu bahwa dia belum banyak mengenal sang suami dan harus lebih banyak belajar.
Tuhan tak pernah tidur, Anita yakin usahanya akan membuahkan hasil, Arsen pasti akan menyayanginya lagi suatu saat nanti entah bagaimana sesuatu mengetuk pintu hati pria itu dan membuat Arsen membuka mata terhadapnya.
tinggal Takdir yg menentukan..
dan bagaimana respon dr yg menjalani setiap takdir nya tsb 👍
jagain dari jauh, doain yang terbaik buat Anita...
maaf y thor gak salah judul y
🤭