"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Dalam perjalanan ke ibu kota. Dyroth hanya menatap ke arah luar. 'Jika dinilai.. tatapannya terlihat tenang dan damai, tapi.. siapa yang bisa menebak isi pikiran manusia? Bisa saja wujudnya disini, tapi pikirannya pergi entah kemana..'
Kereta kuda terus bergerak menuju ibu kota. Sesekali Kalea terguncang karena jalanan yang tidak rata. Dia mencari pegangan ke sana sini. Kemudian Dyroth pun menyadarinya dan menawarkan tangannya.
"Pegang tanganku.."
Kalea hanya menatapnya, kemudian guncangan yang cukup besar terjadi. Hal itu berhasil membuat Kalea nyaris tersungkur jatuh, namun tubuhnya mendapat dukungan yang sempurna oleh Dyroth. Dia menahan tubuh itu dengan begitu teguh.
"Maaf.." ucap Kalea sambil memegang lengan Dyroth.
Dyroth tersenyum dan bergerak mendekati Kalea, kini mereka duduk bersampingan. "Kau bisa bersandar padaku sekarang.." ucap Dyroth, nada suaranya begitu santai.
'Sepertinya di pancing sedikit, langsung disambar ni! Dia bukan tipe ku sih! Tapi.. aku harus tau sesuatu tentangnya. Selain menjadi cinta pertama Kalea asli, apa lagi yang bisa ku selidiki tentangnya?' tanya Kalea sambil menatap Dyroth.
'Dyroth.. Dia pemeran pria kedua dalam novel aslinya. Secara keseluruhan, Dyroth hanya muncul dalam satu atau beberapa kata saja, tapi kali ini berbeda.. Dyroth selalu muncul di depanku.. lalu, ada satu hal yang membuatku penasaran tentangnya, dia pernah bilang sesuatu padaku.. dia bilang, dia bisa menjadi pemeran utama jika aku menginginkannya.. bukankah hal itu mustahil? Inikan kisah novel tentang Eiser dan Kalea, mana mungkin pemeran utamanya diganti!' protes Kalea.
Kalea menatap Dyroth dengan pikiran yang bercampur aduk, saat matanya tertangkap. Jantung Kalea seolah berhenti berdegup, bukan karena matanya tertangkap basah karena menatap Dyroth.. Tapi suatu ingatannya, tertangkap melalui tatapan itu.
Deg! Kalea merasa sedikit syok.
"Ada apa Kalea?" tanya Dyroth khawatir, berusaha menyentuh bahu Kalea.
Melihat gerak Dyroth yang mendekat, Kalea bangun dan duduk di depannya. "Se~pertinya.. ibu kota akan segera sampai!" ucap Kalea membenarkan posisi gaun dan cara duduknya.
Dyroth merasa sedikit kecewa dengan tingkah Kalea yang mulai menjauh lagi. Dia tersenyum kemudian bertanya. "Apa ada sesuatu yang ingin kau cari di ibu kota?"
Mendengar pertanyaannya, Kalea merasa cukup gugup dan sedikit kurang persiapan untuk menjawabnya. Dia terlihat berbelit dan tak karuan. "Sebenarnya aku ingin mencari sesuatu yang penting, tapi itu bukan informasi ah!! maksudku.. semacam rumor, bukan! aduh apaan sih yang aku bicarakan ini!"
"Kau ingin mencari tau tentang siapa?" tanyanya.
Kalea kehabisan kata kata, dia menundukkan kepala dan meremas sedikit gaunnya. 'Bagaimana ini, apa aku harus mengatakan yang sejujurnya? ingatan apa yang ku lihat tadi? Ingatan saat mata kami bertemu..'
"Melihatmu tidak menjawab, pasti orang itu sangat penting dan harus berhati hati saat mencari informasi tentangnya.." ucapnya serius.
'Tidak terlalu penting kok!' jawab Kalea dalam hati, namun sekali lagi, Kalea memikirkan ingatan yang dia lihat. 'Saat mata kami bertemu, ada perasaan aneh yang mengalir, ini bukan perasaan cinta melainkan..'
"Kalea.. Kita sudah sampai di ibu kota.." ucap Dyroth.
Dia turun terlebih dulu, mengulurkan tangannya untuk membantu. Pengawal yang mengawal kami bersama tadi sedang melihat dan mengawasinya. 'Pilihannya sederhana.. jika aku memilih untuk mengabaikannya, aku akan dikenal sebagai wanita yang sombong dan tak punya tata karma. Tapi sebaliknya, jika aku tetap memilih untuk menyambut uluran tangannya, aku akan dikenal sebagai wanita yang mudah menyambut pria lain selain suamiku.. Kalau begitu..'
"Sir Ettman.." Kalea memanggil pengawal.
"Ya nona?"
"Aku ingin turun, tapi sepertinya aku perlu bantuan dari kalian berdua.." ucap Kalea tenang.
"Baik nona!"
Dyroth menahan tawa mendengar permintaan Kalea, namun tetap menghargainya. Mereka akhirnya turun di pinggir jalan di ibu kota. Kalea mulai bersiap dengan tekadnya, dia ingin mencari informasi tentang Dyroth dalam diam diam.
'Kalau begitu, kita mulai dari tempat yang sering dia kunjungi dulu!' "Dyroth.. errmm itu.. menurutmu.. saat kita berada di ibu kota, tempat apa yang harus kita kunjungi dulu?" tanya Kalea.
"Tempat yang harus kita kunjungi dulu ya..?" Dyroth mencoba memastikan lagi pertanyaannya.
"Iya, menurutmu kemana?"
Dyroth tertawa kecil, kemudian mengangguk kepala dan mulai mempersilahkan Kalea untuk jalan bersama dengannya. "Pfftt! Kalau begitu, silahkan lewat sini.."
Kalea berjalan santai terlebih dulu.
Dari kejauhan, Eiser sedang memperhatikan mereka, perasaannya sangat kacau dan gelisah. Seolah terus memberontak, memintanya membawa Kalea pulang dan kembali ke sisinya.
"Tuan Eiser, apa anda tidak ingin mendekati mereka?"
Eiser tidak menjawab melainkan menghela nafas dan tetap duduk di dalam kereta kuda. 'Bagaimana caranya aku mendekat? Sedangkan tadi.. aku membentaknya begitu kasar, apa aku bisa mendekat?'
Dyroth menyadari kehadiran Eiser disana. Walaupun Eiser bersembunyi di dalam kereta kuda, Dyroth yakin kalau Eiser masih memperhatikan mereka. 'Pecundang itu.. sikapnya tidak berubah sama sekali.' ucap Dyroth di dalam hati.
"Dyroth.. apa kau yakin restoran ini ialah tempat yang harus kita kunjungi lebih dulu?" tanya Kalea.
Restoran itu terlihat menyeramkan, potongan daging yang bergantungan bahkan masih meneteskan darah segar dari bagian bagian yang telah terpotong.
Glup! Kalea meneguk liurnya dengan payah.
"Itu.. aku tidak masalah kalau kau ingin mengajakku ke restoran karena lapar.. tapi jika restorannya begini.. apa kau yakin, restoran ini ialah tempat yang sering orang orang kunjungi lebih dulu?"
"Ya" jawabnya singkat.
'Dalam ingatan tadi, Kalea asli dan Dyroth sepertinya pernah melakukan perjalanan yang sama seperti yang kami lakukan sekarang, Kalea asli dan Dyroth.. apa yang mereka lakukan bersama? mengapa ingatan itu tidak dijelaskan dalam cerita aslinya?'
"Kalea? Kalea?" panggilan berulang kali.
"Ah?? Ya..?" Kalea bingung.
"Kau melamun cukup lama, ini menu restorannya, apa ada yang ingin kau makan?" tanya Dyroth.
"Begitu ya, menu restorannya.." Kalea membaca satu persatu menu yang ada. 'Eh buset dah!! Harga setiap makanan dan minumannya bisa terhitung mahal tau! jika ku perhitungkan satu makanannya bisa membeli satu berlian di toko perhiasan! Makanannya terbuat dari apaan dah?!'
"Kalea, pesanlah.. pelayan sedang menunggumu.."
Kalea tersenyum canggung, kemudian melirik ke arah pelayan berharap mendapat pengertian, namun disaat yang sama, Kalea kembali syok karena melihat sosok pelayan yang melayaninya. 'Gila!! Sumo! Itu seperti Sumo kan??'
Roh Kalea nyaris keluar melalui kepalanya. Akhirnya, Dyroth yang memesankan makanannya, dia sedikit merasa bersalah pada Kalea. 'Sepertinya aku harus mencari restoran lain saat mengajak Kalea makan..'
Eiser yang juga ikutan datang ke restoran itu terlihat lesu dan tak berdaya, dia duduk dipojok paling ujung demi mengawasi mereka. Eiser tak menyangka akan pergi ke restoran yang tidak pernah ia kunjungi sama sekali sejak pembukaannya. Sebelumnya, Eiser hanya mendengar rumor, bahwa di ibu kota memiliki restoran ekstrem seperti ini, kenyataan rumor itu benaran ada dan nyata.
Matanya melirik ke arah Kalea duduk, Eiser juga tak menyangka kalau Kalea menyukai restoran seperti ini dengan Dyroth. 'Pasti mereka sering ke sini dulunya?'
Di saat bersamaan, datang dua orang pelayan ke meja Eiser. "Tuan, sepertinya tuan perlu teman untuk anda makan sekarang?" tanya pelayan tadi, dia membawa seorang pelayan wanita berbadan besar sama seperti badannya juga.
"Apa? ti-tidak perlu!" jawab Eiser syok dan gugup.
"Tidak masalah! Dia akan menemanimu!" balasnya, kemudian membiarkan wanita itu duduk di sebelah Eiser.
'Aku ingin Kalea yang duduk bersamaku..' Eiser hanya mampu menghela nafas, dan membiarkannya.
"Tuan.. daging disini semuanya berkualitas tinggi, dan aku melihat tuan cukup kurus.. Bagaimana kalau aku.. memberimu makan daging setiap hari? aku sudah bisa memasak dan mencuci sayuran.. aku.. aku ingin kita jadi suami istri, aku akan membuatmu gemuk seperti aku ,ayo kita menikah!" ucap wanita itu.
"Eh?" Eiser menjadi pucat. Bahkan mengering seperti kertas yang bisa melayang kapan saja. 'Kalea, tolong aku..'
"Tuan? Tuan tidak apa apa? Wajah anda pucat!"
.
.
.
Bersambung!