Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Sejak pagi sampai sore tadi, Dion berusaha untuk mendapatkan maaf dari Keisya. Perjodohan yang ia kira bisa dibatalkan karena Devan menyukai Kei, ternyata tidak mengubah apapun. Semua usahanya, NIHIL.
Sebenarnya Dion sudah mulai memiliki rasa kepada Keisya sejak hari kemarin. Sikap Keisya menjadi suatu alasan pertama kalinya Dion merasakan jatuh cinta pada gadis yang tinggi sepundaknya.
Malam ini, Keisya berniat keluar rumah untuk membeli cemilan di Mall terdekat. Setelahnya ia membeli kebutuhan, suatu hal yang tengah ia hindari justru muncul di hadapannya.
Akh!
Sial!
Ya. Dion.
Keisya bertemu Dion tepat saat akan berbelok ke arah rumahnya. Dirinya menatap Dion dengan tatapan tak suka. Kejadian waktu itu masih menjadi memori yang tidak akan pernah ia lupakan. Rasa sakit begitu dirasa setelah tahu tentang pelaku yang menyerempetnya itu adalah Dion. Lelaki yang belum lama dirinya sukai.
"Minggir! Gue bilang minggir nggak!" Bentak gadis itu menatap tajam pada Dion.
Lelaki tersebut diam tak menuruti perintah gadis di depannya yang menyuruh pergi.
"Gue minta maaf, Kei. Gue tau gue jahat sama lo, tapi tolong buat kali ini lo maafin gue dulu. Biarin gue jagain lo, Kei. Setidaknya gue jagain lo sampe kita lulus, meski gue tau lo nggak bakal mau tunangan sama gue." ucap Dion memohon.
Apa? Memohon? Cowok dingin? Manusia kulkas, muka lempeng memohon sama Keisya? Nggak salah nih?
Keisya menatap arah lain. Yang jelas ia tak akan mau menatap Dion. Begitu bencinya kah?
"Lo budeg ya?! Sekali lagi gue kasih tau, gue kalo suka sama orang emang selalu sopan dan bersikap baik. Tapi kalo gue udah terlanjur benci, gue nggak bisa diapa-apain, Di. Lo ngerti kan?" Nada Keisya benar-benar benci. Padahal, hanya gara gara kejadian masa lalu dia jadi se-benci itu sama Dion.
"Pergi! Pergi jauh dari gue!" Ketusnya meninggalkan Dion.
"Oke, gue pergi, Kei. Gue rasa tugas gue sekarang udah selesai. Gue yang awalnya cuek berubah jadi ngemis gini, ck bego banget kan gue. Gue pamit pergi, Kei. Kalo gue nggak balik, gue harap lo bisa ikhlasin gue." Ucapan Dion membuat langkah Keisya terhenti dan mendengarkan kata katanya.
Jujur, Keisya merasa merinding dan ketakutan saat mendengar ucapan Dion. Dalam benaknya seperti ada suatu pertanda dan perintah untuk mencegat Dion pergi. Tapi apa? Apa yang ada di dalam benaknya? Apa hati? Tidak mungkin. Ia sudah melupakan perasaannya.
•••••
Di perjalanan belum jauh dari tempat Keisya terdiam. Dion melajukan kecepatan motor sportnya hingga sampai di pertigaan ada sebuah truk yang melaju di depannya. Dan sontak membuatnya...
Citttt...
Brakkk
Sebuah truk itu bertabrakan dengan motor yang dikendarai oleh Dion. Truk yang terguling ke bahu jalan itu menyisakan seorang supir yang ternyata sedang dalam kondisi mabuk. Pantas saja, tapi- tunggu!
Dion bagaimana?!
Dion terkejut hebat saat melihat jelas truk tersebut ugal-ugalan di depan matanya hingga dirinya tak bisa menolak untuk menghindari.
Dion terpental jauh dari lokasi gulingnya truk dan rusaknya motor yang di kendarai itu. Akh, sial! Motornya hanya lecet sedikit, sedangkan Dion? Dia terkapar lemas. Matanya mengerjap berharap ia masih dapat melihat langit malam walau tak begitu jelas di matanya. Kepalanya terasa pusing, tangannya terasa basah seperti ada sesuatu tetapi bukan air, mungkin itu adalah Darah. Darah Dion mengalir di bagian kepala, kakinya mengeluarkan darah segar akibat tergores aspal.
Samar-samar ia masih mencoba mengerjapkan matanya. Terlihat bayangan tak jelas seperti warga yang sedang mengerumuni dirinya. Belum sempat ia melepas rasa sakitnya, terdengar jelas suara seseorang memanggilnya. Yah, suara itu sangat tidak asing. Tentu, Keisya. Gadis tersebut berlari seketika mendengar kabar dari warga yang saling berlarian heboh.
Gadis itu mengikuti warga, pasalnya warga memberitahu bahwa ada kecelakaan yang memakan korban dengan ciri-ciri seorang siswa remaja SMA. Dengan warna jaket orange dan motor sport berwarna hitam.
Semua yang diceritakan oleh warga adalah ciri-ciri Dion. Kini Keisya memangku kepala Dion yang sudah sangat lemas. Nafasnya terengah engah. Keisya menangis sejadi jadinya. Rasanya begitu hancur, jangan lupa penyesalan tengah Keisya rasakan saat ini juga. "Dion ... Lo bertahan ya ... Plis jangan pergi, jangan tinggalin gue dulu ... Gue udah maafin lo kok. Plis Dion ... Jangan pergi tinggalin gue, lo bertahan yaa." Nada Keisya bergetar hebat.
Keisya memangku tubuh lemas Dion.
"Gu-gu-gue, sa-ss-sayang sama lo-Kei-sya. Akh—" ucap Dion dengan sisa suara seraknya yang mulai menghilang.
Keisya menggeleng kuat. "Nggak! Lo jangan pergi tinggalin gue, Di! Gue sayang sama lo tau nggak sih, gue dari dulu sayang banget sama lo meski lo selalu cuek sama gue." Tangisan gadis itu semakin memecah.
Beberapa warga yang masih mengerubungi Dion pun menatap sedih. "Mbak, saya telponin ambulans ya?" Inisiatif cepat dari salah satu warga seorang bapak bapak.
Keisya mendongak. "Iya, Pak. Cepetan ya!"
Dion masih memiliki sedikit sisa tenaga dari tangannya akan mengusap air mata Keisya.
"Cantik masa nangis sih? Jangan nangis dong, Sayang." Huaaa ucapan Dion benar-benar membuat Keisya menyesali perbuatannya. Satu kata gadis itu nantikan dari sekian lama akhirnya Dion mengucapkan kata itu, tapi kenapa harus dengan keadaan yang seperti ini?
Kepala Dion semakin pusing, ia sudah tak mampu menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dan perlahan matanya pun mulai menutup.
"Dionnn!!" Jerit Keisya diiringi suara tangisnya. Hidupnya benar-benar dibuat menyesal atas perbuatannya tadi.
...•...
...•...
...•...
..."Memang ya? Seseorang akan dibuat menyesal setelah ia kehilangan seseorang yang disayanginya. Seperti aku, maaf. Tapi aku tak yakin apa dia akan selamat? Jika tidak terselamatkan, maka aku akan menyesal seumur hidup." ...
...— Keisya Arunika Jian —...