Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 (kedatangan Orion)
Moonveil Corporation.
Mobil mewah itu berhenti tepat di gedung pencakar langit yang terletak di pusat Kota. Salah satu perusahaan ternama yang banyak di kagumi karena kesuksesan dan kejujuran sang CEO dalam mengatur usahanya. Krittin keluar dari mobil dengan Jayden yang membukakan pintu, berjalan masuk dengan tenang yang di sana ke hadirannya langsung di sambut oleh dua pengawal bertubuh tegap dan para karyawan yang tertunduk dalam untuk memberi hormat.
Keheningan beberapa saat itu hancur ketika pria paling berpengaruh di sana sudah memasuki lift Khusus, para karyawan berhamburan untuk kembali ke tugas mereka masing- masing, ada juga yang masih bergerombol untuk menceritakan kekaguman terhadap pria pujaan dengan kekehan kecil dan mengutarakan harapan- harapan gila jika suatu hari mereka bisa berkencan dengan sang CEO. Melupakan kenyataan jika pria tampan yang menggugah keimanan kaum hawa itu telah memiliki pasangan yang sah.
Setibanya di ruangan, Krittin menjatuhkan diri di kursi kebesaran nya, memejamkan mata dengan tangan yang tak henti memijat tengkuk leher yang sedari tadi menegang.
" Tuan anda baik-baik saja? " Tanya Jayden, menyadari guratan tak biasa dari wajah Krittin yang biasanya hanya menampilkan ekspresi datar dan dingin.
Perlahan Krittin membuka matanya, "yah, aku hanya merasa sedikit sesak. "
" Tuan, sepertinya anda sudah berlebihan." Kata Jayden yang lekas mengembalikan ekspresi datar Krittin karena tahu ke mana arah pembicaraan pria itu.
" Apa sekarang kau mulai berpihak padanya? " Tekan Krittin dengan sorot mata tajam dan helaan nafas panjang.
" Tidak seperti itu tuan, hanya saja saya berpikir nyonya Velora tak mengetahui apapun tentang masalah yang di perbuat ayah nya dan... "
" Tapi dia anak dari pria iblis itu, " Sela Krittin cepat, membungkam rapat mulut Jayden yang sudah tak memiliki kesempatan untuk memberi saran.
" Darah lebih kental dari air, itu yang harus kau ingat ketika merasa iba padanya, salahkan dia yang memiliki ayah seorang psikopat. "
siapa pun tak bisa memilih orang tua tuan, anda tahu jika perbuatan anda selama ini salah, anda juga tersiksa... Tapi kenapa anda tak berniat menyudahi nya saja, malah memilih menikmati rasa sakit itu sendirian. Keluh Jayden dalam hati.
" Baik tuan. "
Krittin meraih dokumen yang tersedia di meja kerja nya, namun tak lama setelah menyusuri setiap kata di sana, pandangnya kembali pada Jayden yang juga fokus mengoreksi setiap lembar dokumen.
" Bagaimana dengan rencana kita? " Tanya Krittin menyadarkan Jayden hingga berposisi tegap menghadap nya.
" Sejauh ini aman tuan, pihak Raventhorn Corp masih tak ada yang menyadari, orang-orang kita sangat mampu untuk mengalihkan badan keuangan mereka sampai berpikir semua nya berjalan dengan sesuai padahal sebagian saham sudah berada di bawah kendali anda. "
Krittin tersenyum smirk " Bagus, kita lihat saja bagaimana reaksi pak tua itu nanti. Pasti akan sangat menyenangkan jika bisa melihat nya meledak-ledak karena kecerobohan yang di perbuatan bawahan nya. "
.
.
.
Mansion Sylvester.
Setelah hampir tiga jam beristirahat, Velora menjadi terlihat lebih segar walau mata indah itu masih bengkak. Menikmati udara sejuk dengan netra yang tak teralihkan dari rimbunnya tumbuhan bunga mawar hingga membuat Velora lupa jika diri nya sudah terduduk di sana hampir dua jam. Tak melakukan aktifitas apa pun, hanya menyiram dan sesekali menghirup aroma semerbak bunga favorit nya, lalu terduduk untuk mengamati kecantikan yang begitu memanjakan mata.
Bagaimana Tin sekarang? Apa dia akan pulang terlambat lagi untuk menghindari ku? Ini memang salahku... seharusnya aku bisa menahan diri agar tak membuat nya marah. Dia pasti sangat kelelahan karena pekerjaan kantor, Dan aku tidak bisa menyalahkan Tin jika dia melampiaskan hal itu padaku.
Velora menghela nafas panjang, memejamkan mata dengan kepala menyandar pada sandaran kursi taman, membiarkan dedaun pohon Ek berguguran mengenai wajahnya. Pikiran Velora menerawang pada tiga tahun lalu tepat pertama kali dirinya bertemu dengan Krittin, mengingat bagaimana ekspresi khawatir pria itu ketika mendapati dirinya kesakitan akibat terjatuh hingga membuat luka berdarah di betisnya. Sejak awal Krittin tak pernah ramah, perkenalkan mereka di mulai dengan kecanggungan yang mungkin hanya di rasakan oleh Velora. Tapi meski begitu dingin, kepedulian Krittin yang membantu mengobati luka Velora membuat hati wanita itu menghangat, merasakan debaran jantung yang menggila ketika Krittin dengan lirih membuka percakapan di antara mereka.
" Masih bisa berjalan? " Suara Krittin terdengar biasa saja waktu itu, tak ada kebencian ataupun perhatian yang menonjol, namun hal itu menjadi kan nya terlihat menawan di mata Velora.
" Emm... Yah, luka nya tidak terlalu parah. " Velora kepalang malu karena bersikap ceroboh, tapi sedikit pun ia tak ingin membuang muka atau memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya, karena dia tidak mau sedetik pun mengabaikan Krittin yang saat itu terlihat sangat tampan dengan setelah All black.
Tanpa mengatakan sepatah kata setelah terdiam cukup lama, Krittin bergerak turun, berjongkok di hadapan Velora. Terkejut? Tentu saja, Velora tidak pernah memiliki bayangan jika pria berwajah datar itu bisa melakukan hal yang manis, bahkan tanpa kata-kata pujian atau gombalan, hati Velora sudah terombang- ambing hingga tak bisa menutupi raut wajah bahagia nya.
" Naik, sebelum aku berubah pikiran! " Tutur Krittin, tak menoleh sedikit pun untuk bersitatap namun tangan nya tar angkat seolah menunggu tangan yang lain untuk melingkar di lehernya.
Tak mau membuang kesempatan langka, Velora dengan sangat hati- hati mendekat pada tubuh Krittin, memeluk leher Krittin dan membiarkan pria itu menahan kedua tangan nya di paha Velora untuk menyeimbangkan berat beban tubuhnya. Suara langkah kaki mengalun di jalan setapak menuju mansion, tubuh mereka menempel. Velora dapat menghirup aroma yang mengguar dari tubuh Krittin, keharuman yang asing tapi begitu memabukkan hingga rasanya Velora ingin lebih lama berada dalam posisi itu.
Ingin sekali mengulang hari itu lagi, meski tak akan ada perubahan karena harapan itu terasa sangat mustahil, tapi Velora yakin Tuhan memberikan cinta ini bukan untuk di sia-siakan.
" Nyonya, "
Velora membuka mata, mendapati seorang pelayanan berdiri di samping nya, " Ada apa? "
" Tuan Orion berkunjung ke mansion. "
" Ayah? " Velora mengerut bingung, pasalnya yang ia tahu jika beberapa tahun terakhir sang ayah sedang berada di luar negeri untuk mengurus bisnis, bahkan mereka tak pernah berkomunikasi atau saling tanya kabar sejak pelaksanaan pernikahan Velora dan Krittin.
" Apa ayah baru saja sampai? " Tanya Velora sambil bangkit dari duduk nya.
" Sekitar lima belas menit lalu, sejak saya berdiri di samping anda nyonya. "
" Apa? " Velora menghentikan langkah nya, dan melihat pada sang pelayan " Kenapa tak memberitahu ku lebih awal?! "
" Maaf nyonya, saya pikir anda terlelap. "
" Aku tidak tidur. "
" sekali lagi maafkan saya nyonya, saya tidak tega membangunkan anda, karena ini baru pertama kali nya saya melihat anda tersenyum begitu tulus dan... Bahagia. "
Velora terdiam, kembali mengingat hal yang selalu membuat nya melakukan sesuatu seperti yang pelayan itu katakan. Selama bertahun-tahun kenangan itu yang mampu mengembalikan semangat Velora, menjadi pelipur lara setiap kali perdebatan terjadi dengan suaminya.
" Nyonya, " Suara pelayan itu terdengar, menghentikan lamunan singkat Velora.
Tak ingin membuat ayah nya menunggu lebih lama lagi, Velora dengan langkah tergesa mulai memasuki mansion. Hingga beberapa detik berlalu, akhirnya ia tiba di ruang tengah dan di sana sudah terlihat Orion sedang terduduk di kursi Sofa bersama orang lain yang selalu ia rindukan. Velora merasakan jantung nya berdebar, rasa senang dan bahagia membuat langkah nya berat untuk mendekat, entah apa yang sedang di bicarakan kedua pria di sana sampai terlihat begitu serius, tapi Velora menikmati pemandangan itu. Menikmati raut wajah tenang namun selalu terlihat mengesankan dari sosok Krittin yang sangat ia puja.
Krittin menoleh kala merasakan kehadiran orang lain di sana, begitu pula dengan Orion. Tatapan suami istri itu bertemu, terkunci beberapa saat sebelum akhirnya Krittin memilih untuk menyudahi nya dengan membuang pandangan ke arah lain.
" Kalian bisa mengobrol, jangan sungkan meminta jika ada yang anda perlukan tuan Orion. "
Velora menatap punggung lebar itu dengan sendu, tapi cepat- cepat menyudahi karena ada sang ayah yang tengah memperhatikan nya.
" Kenapa ayah tak memberitahu ku dulu jika mau berkunjung. " Ujar Velora, berhambur ke dalam pelukan sang ayah yang sangat ia sayangi guna menumpahkan segala perasaan nya yang ia pendam selama ini.
" Maaf ayah tak sempat mengabari mu, bagaimana kabar mu? Apa kau bahagia? "
Velora mengangguk dengan air mata yang menitik membasahi pipi nya, bahagia? Iya aku sangat bahagia ayah, siapapun pasti akan merasa bahagia jika hidup dengan orang yang dicintai, dan aku tidak pernah menyesali kebersamaan kami selama ini. Meski kadang kala aku berpikir sudah tidak mampu untuk bertahan di samping nya.
" Iya ayah. " Jawab Velora, setelah berhasil memenangkan hati nya. Melepas pelukan dan menatap wajah sang ayah dengan penuh sayang.
" Ayah sendiri bagaimana kabarnya? "
" Baik seperti yang kamu lihat. " Orion melempar senyuman " Lalu, Di mana anak mu? "
Kening Velora mengerut " A-anak... "
" Iya, pernikahan kalian sudah lama, seharusnya kalian sudah punya anak bukan? "
" Ayah... " Velora kesulitan menjawab pertanyaan itu, tatapan nya gelisah dengan tangan yang meremat ujung dress nya.
" Ada apa? Hubungan kalian baik-baik saja kan Velora? "
" Tentu saja, memang nya apa yang bisa terjadi. " Sekuat tenaga Velora terdengar teguh, berharap bisa menghapus keraguan di mata ayah nya.
" Tapi kenapa sampai sekarang kamu belum hamil? "
" Kami sudah berusaha ayah. "
" Sebaiknya cepat lah, aku sangat menginginkan cucu sekarang. "
Velora mengulas senyum untuk membalas perkataan sang ayah, bukannya aku tidak mau menuruti permintaan mu ayah, tapi itu sangat sulit karena selama ini Tin tidak pernah menyentuh ku, Tin membenci ku ayah, tapi anakmu ini sangat mencintai nya, anak mu sangat amat cinta pada menantu mu yang kau pilihkan untuk nya.
Next
Don't forget to like, komen dan subscribe. Bantu kasih bintang juga ya....
Lop yuu