Rumah yang baru dibangun diujung desa kini menjadi kosong setelah beberapa tahun yang lalu menjadi tempat meninggalnya seorang ibu dan anak laki-laki nya..
meninggal tanpa sakit dan tiba-tiba menjadi perbincangan masyarakat setempat karna mereka meninggalnya ditahun yang sama
tapi, ini bukan tentang seorang ibu dan anak laki-laki nya,
namun, ini tentang sepasang pengantin baru yang lebih memilih untuk menempati rumah tersebut.. dan disitulah awal malapetaka bagi sepasang pengantin baru itu terjadi terus menerus...
penasaran..?
yukk ikuti kisahnya..
ini karya perdana author ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NauraAini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perdebatan masih berlanjut
Ingin sekali rasa nya Niah pergi meninggalkan Nabil. Bukan masalah harta dan Nabil yang tidak bekerja, memang harta itu penting tapi bukan hal itu yang membuat Niah prustasi. Tidak pernah Niah bayangkan kehidupan nya setelah menikah akan seperti ini, dulu ia merasa jika hidup nya terasa sangat berat dan berpikir akan membaik dan bahagia setelah menikah seperti Cinderella di negeri dongeng.
Namun kenyataan tetap lah kenyataan yang tak bisa di putar kembali, memang benar kata orang kehidupan rumah tangga tidak selalu berjalan mulus, akan ada banyak rintangan yang menguji hati, menguji iman, menguras emosi , dan air mata harta tahta dan sertifikat tanah. Ehh,
keduanya, selisih dan perdebatan sudah pasti ada dalam setiap kehidupan.
"Tidak pernah aku bayangkan akan jadi seperti ini nasib ku setelah menikah hiks.." Niah terisak menutupi wajah nya dengan kedua telapak tangan nya
"Aku tidak sanggup ya Allah... Aku tidak mau lagi berlama-lama tinggal disini.. tolong berilah hamba tempat tinggal yang layak yang aman dari hewan-hewan itu.. hiks..."
"Kemana aku harus pergi... Kemana .?? Huhuhuhu
Sungguh aku tidak sanggup lagi untuk tinggal di sini.."
Niah menangis sambil meluapkan isi hati nya.. dia hanya ingin menjalani masa kehamilan nya dengan tenang tanpa rasa takut dan was-was. Takut pula berpengaruh untuk janin nya jika untuk istirahat saja sulit, makan tidak tertelan dan semua aktivitas rumah di hadapi dengan hewan-hewan itu yang berkeliaran di dalam maupun di luar rumah. Belum lagi dengan kotoran ayam dan burung serta segala bau nya.
Sungguh tekanan yang sangat luar biasa sekali yang seharus nya tidak di alami apa lagi ini dalam keadaan hamil.
Nabil pusing memikirkan diri nya yang belum mempunyai pekerjaan yang tetap, tapi Niah tidak peduli akan hal itu toh Niah juga bekerja dan tidak meminta apapun, bahkan bukan sombong tapi dari gaji Niah saja selama ini bisa menyambung untuk hidup mereka tanpa takut kelaparan. Jadi untuk apa bertahan di sini dengan segala masalah yang ada. Tapi Nabil berpikir jika itu bukan masalah yang serius dan masih bisa di atasi.
Sungguh perbedaan pendapat yang sangat bertolak belakang.
"Kenapa kamu takut sekali dengan hewan-hewan itu Niah, bahkan jika nanti mati pun kita akan di kubur bersama hewan-hewan tanah, dan bahkan yang di dalam kubur jauh lebih mengerikan dari yang ada disini" tukas Nabil dengan segala pembenaran nya. Karena menurut nya kita hanya boleh takut dengan sang pencipta.
Yah.. siapapun tau akan hal itu, tapi ini beda cerita nya. Geram sekali dengan sikap Nabil yang seperti ini .
"Semua orang juga tahu mas akan hal itu, tau....
Tapi siapa yang mau hidup dengan keadaan seperti ini !?
Dan tidak pernah ada pula rumah-rumah orang yang begitu banyak sekali hewan-hewan menjijikan itu bermunculan. Ini itu lebih seperti ke sarang nya." Prustasi sudah Niah rasakan jika berbicara dengan suami nya. Harus bagaimana lagi Niah menjelaskan, sungguh terlalu sekali.
"Kamu jangan egois jadi orang!, aku ini lagi hamil anak mu mas, bagaimana aku menjalani hari-hari disini kedepan nya, aku membutuhkan tempat tinggal yang layak, yang bersih, tidak kotor, yang aman dari hewan-hewan itu .." ucap Niah lelah juga lama-lama berbicara dengan orang yang tidak mengerti kondisi nya.
"Terus kamu mau gimana, kan kamu tau sendiri mas belum punya pekerjaan yang tetap, kita juga enggak bisa ngebangun rumah untuk sekarang, aku juga pusing Niah.." ucap Nabil yang lebih mementingkan isi pikiran nya sendiri.
"Kalau kamu enggak mau mikirin aku, seenggak nya pikirkan untuk calon anak kita !." Geram Niah ingin rasa nya mencakar Nabil saja.
Lelah sudah mereka berdebat dan kini hanya diam diaman saja.
Niah lebih memilih untuk duduk termenung di atas motor nya.
"Udah malam Niah ngapain kamu di atas motor terus." Ucap Nabil dari tempat tidur karena pintu kamar nya terbuka lebar.
"Aku mau disini saja. Karena cuma di atas motor ini aku tidak was-was " balas Niah datar
"Yang benar saja, nanti kamu jatuh bagaimana pula jadi nya" heran Nabil karena di mana ada orang tidur dengan duduk di atas motor.
Namun Niah cuek saja karena sudah amat kesal dan lelah.
Pagi hari Niah bersiap-siap untuk berangkat kerja seperti biasa, ia tidak mau sarapan dan tidak membawa bekal, berangkat pun lebih awal dari biasa nya.
"Aku berangkat kerja sekarang assalamualaikum." Pamit Niah datar dan dingin
"Iyah hati-hati di jalan, mas juga hari ini mau berkunjung ke rumah ibu" ucap Nabil memberi tahu Niah.
"Iyah" balas Niah singkat dan segera keluar rumah.
Brruuummmm...
Suara motor Niah terdengar menjauh dari rumah dengan segera.
"Tumben dia berangkat kerja awal sekali dan dingin sekali sikap nya. Apa dia masih marah yah " Nabil membatin melihat kepergian istri nya yang pagi-pagi sekali.
Awan yang sehari ini cerah perlahan berubah menjadi lembayung yang menghiasi langit senja. dengan langkah gontai Niah berjalan ke parkiran setelah jam pulang kerja.
"Huhhh kapan aku bisa merasakan tidur nyenyak lagi seperti dulu, aku jadi merindukan kamar ku yang sebelum aku menikah. " Niah membatin sepanjang perjalanan dengan helaan nafas yang sering terdengar.
"Ya Allah " lirih Niah ingin sekali merasakan suasana kamar masa lajang nya dulu, bisa istirahat melepas penat.
"Sampai kapan ini ya Allah, bagaimana pula dengan kandungan ku.?" Sungguh lelah sekali keadaan mental dan psikis Niah.
Walaupun malas tingkat dewa, sampai juga Niah di rumah itu.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. kamu udah pulang, gimana hari ini ?" Ucap Nabil pada Niah yang terlihat seperti tanpa tulang itu.
"Entahlah aku lelah" jawab Niah pelan karena benar-benar lelah segala nya.
"Sini aku ada kabar baik buat kita," Nabil dengan sumringah nya mengajak Niah duduk.
Niah hanya diam menatap Nabil
"Tadi kan mas ke rumah orang tua mas yah, dan ada kak Ani juga disana. Mas kan cerita kalau kamu ingin pindah kontrakan karena banyak gangguan dan keadaan yang kotor oleh kandang ayam dan burung. Nah ternyata kak Ani juga berpendapat kasian ngeliat mas yang belum kerja tetap harus bayar kontrakan tiap bulan nya, Kak Ani menyarankan kita untuk membuat emperan rumah. Kan di sana sudah ada emperan nya tapi masih tanah nanti mau di belikan bahan-bahan nya untuk merenovasi. Kamu mau tidak kalau kita tinggal di emperan seperti itu." Jelas Nabil pada Niah
"Aku ikut aja mas, yang penting bersih tidak ada hewan-hewan lagi . Dan untuk masak pun kita misah saja, aku tidak mau nyampur kan kita sudah punya kompor dan lain nya." Ujar Niah yang mempunyai firasat ini tidak akan terjadi dengan mulus .
"Nanti kita bicarakan lagi dengan kak Ani yah, " Nabil sedikit lega dan berharap ini jalan keluar yang terbaik.
,"orang tua kamu gimana mas?" . Tanya Niah menatap Nabil
"Mereka mah setuju saja, karena kata mereka dari pada bayar kontrakan mending uang nya di tabung buat bangun rumah, selama belum ke bangun kita ngemper dulu disana" terang Nabil tersenyum senang
"Hhhh orang tua aku juga ngomong nya gitu dari awal, dari pada bayar kontrakan mending bangun rumah, asal kebangun nanti tinggal di rapihkan sambil berjalan " ucap Niah pelan.