Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Jatuh Cinta Lagi
"Apa yang ingin kamu katakan sama aku?" tanya Delila dengan jemari tangan yang bergetar mengancingkan kemeja Alan satu persatu dan kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah suaminya itu yang kini tengah memandangnya secara lekat. bahkan hembusan nafas Alan terasa hangat menerpa pucuk kepalanya.
"Aku ... aku mengambil fotomu tanpa ijin ketika kamu sedang tersenyum tadi malam," ucap Alan setengah takut.
Delila mendongakkan kepalanya menatap suaminya itu.
"Dan aku mempostingnya di akun sosial mediaku, tanpa izinmu." Lanjut Alan.
Tampak Delila terdiam mematung, tak ada sepatah kata apapun yang keluar dari bibirnya. Alan yakin kalau istrinya tengah marah padanya.
"Maaf ... maafkan aku, Delila." Alan begitu menyesal atas apa yang dia lakukan tadi malam. Tangannya begitu lancang memposting foto Delila ke akun sosial medianya tanpa izin terlebih dulu dari sang empunya.
"Seharusnya kamu bilang aku dulu, kalau kamu mau ambil foto. Dengan begitu aku bisa berpose yang lebih bagus lagi agar terlihat lebih langsing lagi," jawab Delila terkekeh.
"K- kamu nggak marah Delila?" tanya Alan.
"Marah? Kenapa harus marah? Justru aku yang khawatir, memangnya nggak apa-apa kamu pajang foto aku? Pasti fans kamu pada cemburu," tanya Delila sembari terus mengancingkan kemeja suaminya itu dengan tangan yang bergetar.
"Itu nggak masalah Delila. Mereka juga tahu kalau aku udah nikah. Dan dia bilang kalau istriku cantik," jelas Alan menatap lekat istrinya.
Delila dapat mendengar ucapan Alan dengan jelas namun dia berusaha acuh tanpa menanggapi.
Kini jantung Delila berdetak kencang ketika Alan mengatakan kata istriku.
"Done ...," ujar Delila dengan tersenyum ketika selesai mengancingkan kemeja suaminya dan Alan tidak menyadari itu.
"Terimakasih Delila," jawab Alan yang tiba-tiba merasa canggung karena saat ini posisi mereka tengah berhadapan dengan begitu intimnya.
"Sama-sama," jawab Delila berusaha bersikap sebiasa mungkin.
"Kamu tenang aja Alan, aku nggak marah kok." Lanjutnya berusaha menenangkan suaminya.
"Maafkan aku Delila. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Tapi ...." Alan menghentikan ucapannya karena merasa ragu.
"Tapi apa?" tanya Delila.
"Mmm ... apa aku boleh menyimpannya? Bolehkah fotomu tetap berada di media sosialku?" tanya Alan takut-takut.
"Tentu saja boleh. Asal tidak jadi masalah buat kamu dan para pengikutmu," jawab Delila santai.
"Terimakasih Delila." Terlihat jelas perasaan lega di raut wajah Alan.
"Sama-sama. Tapi ... by the way fotonya yang mana kalau boleh aku tahu?" tanya Delila penasaran.
"Kamu lihat aja sendiri di IG aku," jawab Alan.
"Maaf, aku sudah kesiangan Delila. Tak mungkin aku memperlihatkannya sekarang, kecuali nanti malam." Lanjutnya yang masih sibuk memasukkan berkas ke dalam tas kerjanya.
"Kalau begitu sarapannya kamu bawa aja ke kantor," ucap Delila.
"Boleh," jawab Alan.
🌷🌷🌷
Setelah mengantar suaminya, kini Delila kembali ke kamarnya. Dia mengambil benda pipih yang di simpan di dalam nakas. Dengan perlahan Delila mengusap layar ponselnya dan membuka akun sosial medianya.
Ini pertama kali bagi Delila membukanya setelah 2 minggu berlalu dari pernikahannya.
Dengan lihai jemari tangannya mengetikkan nama Alan di mesin pencarian dan tak lama nama itu muncul. Delila pun tertawa melihat fotonya sendiri.
"Tuh kan ... harusnya posisi aku sedikit miring biar terlihat tirus," decak Delila yang masih fokus memandang layar ponselnya, melihat fotonya berada disana.
Delila merasa bingung dengan apa yang Alan lakukan. Kenapa Alan menginginkan fotonya tetap berada disana.
Seketika Delila memejamkan matanya untuk beberapa saat dan mengambil nafas dalam-dalam untuk menetralkan perasaannya.
"Jangan berpikiran yang jauh Delila. Ingat jangan jatuh cinta lagi. Jangan biarkan dirimu terluka lagi, berdoalah agar Alan secepatnya menemukan wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi, agar kamu bisa segera berpisah dengannya," gumam Delila lirih.
"Jangan jatuh cinta lagi, Delila. Ingat bagaimana perasaan mu hancur karena seorang pria." Delila terus menekankan kata jangan jatuh cinta lagi padanya dan air mata mulai berjatuhan membasahi wajahnya.
Delila berusaha sekeras mungkin untuk membatasi dirinya sendiri, rasa sakit yang di tinggalkan oleh Lucas masih menghantuinya. Dia tak ingin mengulang kembali kesalahan untuk kedua kalinya dengan memberikan hatinya pada seorang pria yang berujung rasa sakit yang dia terima.
Tidak, itu tidak akan terjadi. Dan sampai kapanpun Delila tak akan membiarkan dirinya masuk ke dalam jurang yang sama. Hingga berakhir dia berada di pusara yang menyakitkan. Cukup sekali saja dia merasakan rasa sakit itu, selebihnya dia akan lebih berhati-hati untuk melangkah ke depan.
10 tahun bersama bukanlah waktu yang sebentar, tapi pada akhirnya lelaki yang Delila cintai dan percaya begitu mudahnya pergi dengan wanita lain begitu saja meninggalkannya luka yang teramat dalam.
Tak ada seorangpun yang tahu bahwa Delila masih menangis lirih dalam setiap malamnya jika dia teringat lelaki yang bernama Lucas itu. Rasa benci dan sakit bercampur aduk menjadi satu masih merambati hatinya.
Tak ada yang tahu jika Delila belum berani Kemabli ke rumah lamanya hanya karena dia tak punya nyali untuk memasuki kamarnya. Disana banyak benda yang mengingatkan Delila pada lelaki yang dengan tega meninggalkannya begitu saja.
Selain itu, tak ada satupun yang tahu bila Delila merasa hampa dan kesepian jika dia harus melewati kesendirian sedangkan Alan pergi bekerja. Hingga dia selalu menunggu kedatangan suaminya itu setiap malamnya.
Kini hanya Alan menjadi tempat bersandarnya.
Delila hanya wanita biasa yang sedang dalam titik terendahnya. Dengan hati yang hancur dia berusaha untuk kuat.
Sperti wanita lain pada umumnya, kehadiran dan perhatian Alan cukup menyita dan mempengaruhi hatinya.
Di satu sisi Delila merasa senang karena kehadiran Alan yang meringankan rasa sakitnya. Namun di sisi lain dia sungguh takut bila pada akhirnya dia akan menaruh hati pada suaminya itu karena segala perhatian yang Alan berikan padanya. Padahal Delila tahu betul ini bukanlah pernikahan yang mereka inginkan. Pernikahan ini hanya sebatas kesepakatan saja.
Alan adalah seseorang yang sangat baik dan lembut, meskipun pada awal dia sempat menolaknya tapi lelaki itu berubah begitu cepat. Mereka bisa dekat dalam waktu yang sangat singkat saja. Alan memperlakukan dirinya dengan sangat baik, tapi tetap saja Delila tak boleh terkena karena Alan tak lebih hanya sebatas teman saja.
"Kamu harus tetap dengan pendirian mu, Delila ... jangan jatuh cinta lagi. Jangan biarkan hatimu tersakiti lagi untuk kedua kalinya." Delila mengingatkan dirinya sendiri.
🌷🌷🌷
Di tempat lain tampak Alan membuka kotak bekal yang telah di siapkan Delila. Di dalamnya terdapat semua makanan yang Alan suka. Sebuah lengkungan indah menghiasi wajahnya.
Seketika dia teringat akan kejadian tadi pagi. bagaimana tangan lembut istrinya membantu dirinya bersiap. Wajah merona Delila adalah hal terindah yang dia lihat sepanjang pagi ini. Delila yang malu-malu begitu menggemaskan.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna