NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TES

Ray tak terbiasa bangun pagi. Kebiasaanya adalah bangun jam sepuluh pagi atau bahkan jam dua belas siang, apalagi di saat libur seperti ini. Liburan panjang setelah kelulusan SMA. Di hari-hari sekolah, Ray pun terbiasa untuk terlambat dan itu membuat kedisiplinannya sangatlah rendah. Dan begitu juga hari ini. Hari dimana dia mengikuti tes masuk perguruan tinggi di Universitas Sepuluh April. 

Normalnya, ketika waktu tes dimulai pukul tujuh pagi, seseorang akan datang maksimal tiga puluh menit sebelum tes. Tentunya untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan tes, termasuk otak dan mental mereka. Tapi, Ray tiba dengan senyuman tak tahu dirinya pada pukul tujuh lewat lima belas menit. Panitia saja sampai memakinya karena terlambat. 

Sebenarnya Ray tak pernah masalah dengan itu. Ia suka dan bangga akan hal itu. Ia suka karena ia merasa menjadi orang yang ditunggu-tunggu dengan datang terlambat. Pemikiran gila, dia pikir dia presiden, artis, atau selebritas ? Tapi Ray tak peduli. Dia adalah dia. Pemikirannya adalah kebebasannya. Tak heran ayahnya, Tebas menganggapnya sebagai kuda liar. 

“ Kau harus menunggu giliran lagi. Peserta setelahmu tadi sudah masuk duluan. Nanti setelah dia, baru kau masuk, “ ucap panitia itu kepada Ray, yang hanya mengangguk saja. 

Ray kemudian duduk di bangku dekat panitia yang berada persis di depan ruang tes. Ia melihat para peserta lainnya yang duduk di belakangnya, terlihat begitu cemas. Beberapa dari mereka masih ada yang membaca buku, ada yang saling berdiskusi, bahkan tak sedikit mereka yang merapalkan doa. Seperti mau kiamat saja, batin Ray. 

Ray dasarnya memang santai. Dalam ujian seperti ini saja, ia tidak cemas atau takut. Ia diberitahu oleh Andi bahwa ujiannya adalah tentang kejujuran hati. Jadi ia akan menerima apapun hasilnya. Tak ada hasil buruk baginya karena ini adalah tentang hatinya. 

Jurusan sastra adalah tebakan dari Andi, meski ia memikirkan untuk masuk ke jurusan filsafat. Ia ingin mendalami ilmu-ilmu filosofi seperti itu. Entah kenapa masa remajanya lebih sering tertarik dengan pemikiran ataupun paham-paham daripada angka seperti teman-temannya yang lain. 

Antara sastra dan filsafat, keduanya tak disukai ayahnya. Tapi, masa bodoh dengan itu. Toh, kuliah tak lagi harus butuh uang ayahnya seperti sekolah. Yaps, pemerintah menerapkan kuliah gratis. Ini sebenarnya menjadi jackpot baginya. Kuliah gratis dan di jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Nikmat mana lagi yang tak lebih istimewa dari ini ? 

Maka dari itu, ia bisa memilih jurusan dengan sesukanya tanpa harus khawatir tak mendapat dukungan dari ayahnya. Lagipula ia benci dengan ayahnya yang terlalu mengaturnya. Bahkan dengan teman-temannya, ayahnya membenci mereka. Kata ayahnya, teman-temannya membawa pengaruh buruk. “ Padahal cuma rokok.. dan pulang malam saja., “ kata Ray saat itu sebagai pembelaan dan itu membuahkan sepaket komplit tamparan di pipi kanan dan kiri dari ayahnya. Mulai dari itu, ia tak diizinkan pergi kemana-mana lagi. Setelah pulang sekolah, pulang ke rumah dan ikut les atau belajar di rumah. 

Ray juga berpikir bahwa ayahnya adalah seseorang yang tak mengenal cinta kasih. Dalam benaknya, ayahnya merupakan seorang egois yang selalu menjaga martabat dan harga dirinya dengan memakai tameng nama baik keluarga. Andai saja ibunya masih hidup, nasibnya mungkin akan lebih baik. Atau justru cinta kasih itu tidak ada. 

Ya, sebuah pertanyaan. Ayahnya tak pernah mengajaknya ziarah ke makam ibunya. Padahal itu masih satu kota, dan dekat lagi. Sebegitu dingin dan tak berhatinya kah ayahnya ? Ray sempat diam-diam mengunjungi makam ibunya, dan melihat bahwa makam itu tak terawat dengan baik. Makam itu bahkan lebih mirip kebun tanaman liar daripada sebuah makam. Ia kemudian membersihkan makam itu, dan memberinya bunga tabur dengan layak untuk makam ibunya. Di makam itu, ia berbisik bahwa ia akan membalas ayahnya suatu saat nanti. 

“ Rayendra Putra Nugraha ! “ Namanya telah dipanggil. Ray kemudian bangkit dari kursinya. Dari ruang tes itu, ia melihat seorang gadis berjalan keluar dengan mata berkaca-kaca. Tak jelas menangis lega, atau menangis sedu. Dugaannya menangis stress, sih. Ujian seburuk itu, ya, batinnya sebelum memasuki ruang tes. 

Di ruang tes, Ray bersama dengan beberapa orang lain yang namanya juga dipanggil, dijelaskan tentang tata cara tes secara singkat oleh panitia. Tes ini dilakukan dengan sistem TBM ( Test Berdasarkan Minat dan Bakat ), dimana nanti setiap peserta akan diberikan pertanyaan dan memilih setiap pilihan untuk setiap pertanyaan yang disediakan berdasarkan minat dan bakat masing-masing peserta. Dilarang keras untuk mengelabui dengan memilih pilihan yang tidak sesuai dengan hati karena para peserta akan duduk di kursi yang telah dipasang sistem pendeteksi kebohongan. Jadi, bila alarm pada sistem berbunyi tiga kali, maka peserta akan didiskualifikasi dari tes. 

Ray hanya mengangguk-angguk saja dengan penjelasan itu. Ia cuma ikut tes supaya bisa kabur dari ayahnya saja. Harapannya jurusan yang ia inginkan, yang penting bukan Hukum. Ia tak mau ayahnya girang. Ia mau ayahnya kecewa dan melupakannya. 

“ Tes dimulai dari 1.. 2.. 3.. “ 

Setiap peserta langsung mulai untuk mengerjakan soal yang ada pada layar komputer. Ray pun sama, dan mendapat soal aneh. Soal yang tak ia duga ada. Soal matematika !

X + Y \= 6, jika diketahui Y \= 9, maka X adalah..

A. Tak ada jawabannya

B. -1

C. Tidak tahu

Ray tahu betul ini adalah soal aljabar kelas delapan SMP. Tapi, karena selama bersekolah ia hanya tidur melulu, ia tak bisa mengerjakan ini sama sekali. Namun, ia kemudian menjawab pilihan B (-1) karena hanya pilihan itu yang ada angkanya meski ia tak yakin. 

TIT TIT TIT TIT 

Alarm di kursi Ray berbunyi keras. Sial aku melakukan kesalahan, pikirnya. Seorang panitia mendatanginya. Dia menatap Ray dengan tatapan tegas, lalu berkata, “ Peringatan untukmu, pilihlah jawaban karena murni dan keyakinan hatimu bukan karena kesempatan. Karena itu akan menentukan kualitas pribadimu. “ Setelah mengucapkan kata-kata puitis itu, sang panitia kembali ke tempatnya. Sementara Ray masih bingung dengan kata-kata panitia itu. Ia kemudian memutuskan untuk menjawab soal dengan cepat dan yakin. 

Perlahan-lahan, ia menjawab soal yang bersyukurnya tak ada angka-angka lagi. Semuanya lebih kepada pertanyaan moralitas dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Ia menjawab pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya sesuai keyakinan hatinya. Hingga muncul pertanyaan yang sulit lagi. 

24. Bila anda seorang pejabat negara Dinas Sosial lalu melihat seorang pengemis, apa yang anda lakukan ? 

A. Memberinya uang

B. Membiarkannya saja

Hanya dua pilihan saja. Ini pertanyaan moral, menguji hati, dan ia tahu bahwa jelas ini pertanyaan yang pernah ia lihat. Setidaknya ini tipe soal serupa yang pernah dibahas oleh Andi. 

Hukum adalah tentang keadilan, bukan kebenaran dan kejujuran. Memberi uang pada pengemis adalah tindakan yang benar. Tapi, Hukum Negara melarangnya karena itu akan membuat pengemis tak berkembang sama sekali. Pengemis dan orang-orang seperti itu dipelihara negara melalui Dinas sosial. Itu yang dia ingat dari penjelasan Andi tentang soal ini. Andi benar-benar hebat prediksi soal-soalnya.. atau justru ada yang bocor. Ah, emang genteng, bisa bocor.., batin Ray dalam hatinya. 

Tangannya kemudian menggeser kursornya ke pilihan A, agar ia tak masuk ke jurusan Hukum. Ia yakin pilihan A akan menghindarkannya dari jurusan Hukum. Lagipula, ia juga akan melakukan itu karena jujur saja ia tak tahan untuk tidak memberi pada orang-orang miskin di jalanan. Tapi.. Matanya tertipu !

Pejabat negara.. ini kata yang sulit. Ia menjauhkan kursornya, muncul keraguan dalam hatinya. Hadeuh, ini tes yang sulit, Ray mulai merasakan apa yang dirasakan gadis tadi setelah selesai tes. Menangis stress. 

Kalau pengemis dipelihara negara melalui Dinas Sosial, dan memberi uang pada pengemis itukan kewajibannya. Tak salah secara hukum. Justru kalau membiarkannya, itu adalah kesalahan. Begitulah pemikiran Ray yang sedang terombang-ambing dalam pertanyaan yang terlihat mudah, namun sulit sebenarnya. 

“ Berarti B.. eh tapi.. A.. kan.. “ Ray mulai bercucuran keringat. Hatinya penuh kebimbangan. Tangannya lalu menggerakkan mouse, memilih pilihan A. Sesuai pilihan awalnya, tapi dengan keraguan seratus persen. 

Dan sedetik kemudian, alarm di kursinya berbunyi lagi. Pengawas ujian segera mendatanginya. Dengan wajah kesal, pengawas itu berkata, “ Nak, kerjakan ujian dengan penuh keyakinan. Jawaban keraguan akan membuat alarm di kursi ini berbunyi terus. Jangan berusaha menipu tes, atau kau akan gagal ! “ Peringatan pengawas itu begitu tegas hingga membuat Ray ciut. Dia panik, cemas, khawatir, tegang, dan muak. Rasanya ia ingin meninju komputer didepannya, yang telah memberikan soal-soal gila padanya. 

Tapi, beruntung saja baginya karena sepuluh soal sisa bisa dikerjakannya dengan sukses. Ia tak memikirkan itu berhubungan dengan hukum, atau apalah itu. Masa bodoh dengan dia diterima atau tidak di jurusan Hukum, yang penting setelah masuk masa perkuliahan, ia bebas dari sang ayah. Karena kabarnya, Universitas Sepuluh April menerapkan sistem asrama bagi para mahasiswanya. 

“ Well, I’m done, “ katanya sambil keluar dari ruang tes dengan ekspresi yang tak bisa lagi disebut ekspresi selain kehancuran. 

~~

1
wiz khalifa
lanjut thor, nungguin nih
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!