NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat / Tamat
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aurora

Pintu besar di ujung aula itu tertutup rapat, hanya menyisakan celah kecil di bagian bawahnya. Dari sana, cahaya kekuningan samar-samar menyelinap keluar.

Aroma aneh, perpaduan antara bahan kimia dan sesuatu yang terbakar, mulai tercium, membuat Yansya mengerutkan kening.

Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres di balik pintu itu, tetapi rasa penasarannya jauh lebih besar. Ia melangkah maju, tangannya memegang erat senjatanya.

Ia berhenti tepat di depan pintu, telinganya menempel pada permukaan besi yang dingin. Dari dalam, terdengar suara bisikan, bercampur dengan suara gesekan benda logam, menambah misteri yang sudah ada.

Yansya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang, lalu ia mendorong pintu itu hingga terbuka lebar.

Di dalam, sebuah laboratorium dadakan yang dipenuhi peralatan aneh menyambutnya. Beberapa meja kerja dipenuhi tabung reaksi, kabel-kabel melilit di mana-mana.

Sebuah layar monitor besar menampilkan grafik-grafik yang tidak bisa Yansya pahami. Di tengah semua kekacauan itu, seorang wanita berambut merah berdiri membelakanginya, sibuk dengan sesuatu di tangannya.

Wanita itu menoleh perlahan saat mendengar pintu terbuka. Matanya yang tajam langsung menatap Yansya, dan sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.

"Akhirnya kamu datang," ucapnya, suaranya terdengar renyah, tetapi ada nada perhitungan di sana. "Sudah kuduga kamu tidak akan melewatkan kesempatan emas ini."

Yansya mengangkat senjatanya, mengarahkannya tepat ke arah wanita itu. "Siapa kamu?" tanyanya, suaranya dingin dan waspada. "Dan apa maumu?"

Yansya tidak akan membiarkan dirinya lengah, meskipun wanita itu terlihat tidak mengancam.

Wanita itu hanya terkekeh, lalu ia meletakkan benda di tangannya. Benda itu ternyata sebuah kunci pas.

"Aku tahu banyak hal, Yan," balasnya, lalu ia mengambil sebuah tablet dari meja. "Termasuk fakta bahwa kamu sedang mencari Fabian, dan kamu ingin membunuhnya."

Yansya mengeraskan rahangnya. "Bagaimana kamu tahu namaku?" tuntutnya, matanya menyiput. "Dan bagaimana kamu tahu tentang Fabian?" Wanita itu tahu terlalu banyak, itu membuatnya semakin curiga.

Wanita berambut merah itu tersenyum lagi. "Aku tahu lebih dari yang kamu pikirkan," ucapnya, lalu ia mengetik sesuatu di tabletnya.

Layar besar di belakangnya langsung menampilkan foto-foto Fabian, lengkap dengan lokasi-lokasi persembunyiannya. "Aku juga punya dendam pribadi pada Fabian. Dia menghancurkan hidupku."

Yansya menatap layar itu, terkejut. Informasi yang ditampilkan di sana sangat akurat dan terperinci, jauh lebih lengkap daripada yang ia miliki.

"Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Yansya, ia mulai menurunkan senjatanya sedikit. Wanita itu bisa jadi sekutu atau musuh, Yansya harus berhati-hati.

"Aku butuh bantuanmu," jawab wanita itu, lalu ia menatap Yansya lekat-lekat. "Aku sudah menyiapkan semuanya. Kita hanya butuh seseorang yang berani dan secepat kilat sepertimu untuk menyelesaikannya. Seseorang yang tidak terikat oleh prosedur."

Yansya menatapnya ragu. "Apa yang sudah kamu siapkan?" tanyanya. "Dan kenapa kamu tidak melakukannya sendiri?" Ada sesuatu yang aneh dari semua ini, terlalu mudah, terlalu sempurna.

"Karena aku tidak bisa keluar dari tempat ini," balas wanita itu, lalu ia menunjuk ke arah kakinya yang terlihat lumpuh. "Aku terluka parah saat mencoba menghadapi Fabian sendirian. Aku hanya bisa menggerakkan jariku, mengendalikan sistem ini dari sini." Matanya memancarkan kesedihan, tetapi juga tekad yang kuat.

Yansya mendekat, mengamati kaki wanita itu. Memang benar, kakinya terlihat membengkak dan ada luka lama yang terlihat parah. "Jadi, kamu ingin aku menjadi kakimu?" tanya Yansya, nadanya datar.

"Tepat sekali," ucap wanita itu. "Aku akan memberikan semua informasi yang kamu butuhkan, membantumu melacak setiap pergerakan Fabian. Kamu hanya perlu melakukan bagianmu." Ia mengulurkan tabletnya kepada Yansya.

Yansya mengambil tablet itu, matanya menyapu informasi yang terus bergulir di layar. Sebuah rencana yang sangat detail, bahkan peta gudang tempat Fabian bersembunyi pun sudah ditandai. Ini adalah kesempatan yang tidak bisa ia lewatkan.

"Apa jaminannya aku bisa mempercayaimu?" tanya Yansya, menatap wanita itu. "Bagaimana jika ini jebakan?" Ia tidak bisa begitu saja mempercayai orang asing, terutama di situasi seperti ini.

Wanita itu tersenyum, senyum yang sedikit pahit. "Aku tidak punya apa-apa lagi untuk kehilangan, Yan," ucapnya. "Jika aku berkhianat, aku hanya akan merugikan diriku sendiri. Dan, aku tahu kamu tidak akan segan-segan membunuhku jika aku berani macam-macam, bukan?"

Yansya terdiam, menimbang-nimbang. Ia melihat kejujuran di mata wanita itu, meskipun ada banyak hal yang masih ia tidak tahu. "Siapa namamu?" tanya Yansya, ia memutuskan untuk mengambil risiko.

"Namaku... Aurora," jawab wanita itu, suaranya sedikit bergetar, seolah sudah lama tidak menyebutkan namanya sendiri. "Dan aku siap membantumu memburu Fabian."

Yansya mengangguk. "Baiklah, Aurora," ucap Yansya, nadanya kini lebih tenang. "Mari kita berburu." Tekadnya kembali bulat, amarahnya masih membara. Kali ini, Fabian tidak akan lolos.

Aurora tersenyum. "Bagus," ucapnya. "Kita akan mulai sekarang. Fabian tidak akan menyangka." Ia mulai mengetik cepat di keyboard, dan layar besar itu kembali menampilkan peta, lengkap dengan jalur-jalur yang harus Yansya ikuti.

Yansya menerima tablet itu, merasa bobotnya di tangan seolah memegang takdir. Aurora menunjuk sebuah titik di layar, "Fabian ada di gudang penyimpanan di sisi timur. Ada enam penjaga di pintu masuk utama, dan dua lagi di bagian belakang. Tetapi, ada satu celah di ventilasi atas yang tidak terjaga. Itu rute tercepat."

Yansya memutar tumit, melangkah cepat keluar dari pabrik tua. Di sepanjang perjalanan menuju gudang penyimpanan, tablet di tangannya terus berkedip, menampilkan informasi real-time dari Aurora.

Adrenalinnya memompa kencang, setiap tikungan jalan, setiap bayangan yang melintas, terasa seperti tantangan yang menunggu. Ia tidak peduli dengan rasa lelah atau kantuk, fokusnya kini hanya satu: Fabian.

Suara Aurora terdengar samar dari earpiece di telinganya, "Hati-hati, Yan, ada mobil patroli yang lewat di persimpangan berikutnya, belok kiri sekarang."

Yansya merespons cepat, membelokkan mobilnya dengan presisi. Aurora memang mata dan telinganya, membimbingnya menembus gelapnya malam.

Keraguan tentang Aurora kini sirna, digantikan oleh kepercayaan yang terbentuk seiring setiap instruksi yang terbukti akurat.

Ketika Yansya tiba di area gudang, ia segera memarkirkan mobilnya jauh di balik semak-semak, persis seperti yang Aurora sarankan.

Dari sana, ia bisa melihat gudang itu menjulang di hadapannya, dikelilingi pagar kawat berduri dan lampu sorot yang menari-nari di kegelapan. Aurora benar, ada penjaga yang berpatroli, jumlahnya bahkan lebih banyak dari yang dibayangkan, menandakan Fabian benar-benar ada di dalam.

"Tunggu sinyal dariku, Yan," bisik Aurora, suaranya tenang, tetapi ada urgensi yang terselip. "Aku akan menonaktifkan salah satu kamera keamanan di sektor tiga. Itu akan memberimu waktu lima belas detik untuk menyelinap masuk lewat ventilasi. Jangan membuat kesalahan, atau semuanya akan sia-sia."

Yansya mengangguk, napasnya tertahan, matanya menatap tajam ke arah target. Ini bukan hanya pembalasan dendam, ini adalah pertarungan hidup dan mati yang akan menentukan segalanya.

1
Was pray
kemenangan yang menyakitkan, kenangan yang tidak seharum bunga kenanga itulah yansya dan maria
Khusus Game: Makasih k. udh baca sampe tamat.
total 1 replies
Was pray
berakhir sudah agen yg katanya khusus tetapi terpuruk dlm kekalahan demi kekalahan
Was pray
nasi sudah jadi bubur, menyesal tetap udah hancur
Glastor Roy
yg bayak la tor up ya
Was pray
semoga semakin berkualitas kedepannya thor
Glastor Roy
npa mkin dikit tor up ya
Was pray: othornya udah puyeng ngelola agen yg dapat gelar istimewa "agen khusus-" tetap selalu selangkah lebih lambat dari musuh2 nya kak.....
total 1 replies
Was pray
kalah lagi dan lagi sebutan agen khusus tapi khusus untuk selalu kalah....agen khusus yg mengecewakan..../Casual//Casual/
Was pray
agen khusus masih terlalu lemah untuk peringkat khusus
Was pray
udah bertarung sampai napas mau habis masih berkata ini baru awal pertarungan, emang tadi kamu tidur waktu bertarung? kata ini baru awal dan ini baru permulaan udah hafal Krn sering sekali digunakan dipertengahan konflik/pertarungan
Was pray
yansya masih kalah jauh sama jouneli dlm strategi dan kemampuan bertarung
Was pray
yansya masih terlalu lemah sebagai ketua tim, yg Gedhe cuma omongan sama mata duitan doang
Was pray
"kalimat ini baru permulaan" terlalu sering digunakan, cari kosa kata lain thor
Khusus Game: ok. makasih sarannya.
total 1 replies
Was pray
yansya terlalu PD dengan kemampuan yg dimilikinya, kesannya jadi sombong dan egois , jadi kurang sreg ma tabiat yansya, kurang cocok jadi seorang pemimpin
Eskael Evol
keren thor
good 👍👍👍👍❤❤❤❤
Khusus Game: wkwk. tencyu
total 1 replies
Khusus Game
wkwkwk. emng gblk dia
Was pray
yansya payah dan parah, tidak bisa lihat situasi dan kondisi dimana saat bercanda dan serius
Eskael Evol
tim kompak dan keren 👍👍👍👍
Eskael Evol
ceritanya bagus singkat ringkas padat
menegangkan ❤❤❤❤❤
Eskael Evol
waduh tegang!
good thor👍👍👍👍👍
Eskael Evol
keren thor ceritanya
good job👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!