NovelToon NovelToon
Rujuk Kembali

Rujuk Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cerai / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: Butterfly93_

Damar, seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Fasion dan Mode. Dia tidak bisa tidur dengan tenang ketika melihat nama seorang wanita yang ditugaskan sebagai perwakilan dari perusahaan luar negeri.

Thasya Wilona Adimerta, nama yang sama persis dengan mantan istrinya yang telah dia ceraikan dua tahun silam. Mereka harus berpisah dengan alasan yang tidak bisa Damar terima.

Tapi, setelah Damar tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu sebelum perceraian mereka, dia bertekat untuk memperbaiki hubungan mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Butterfly93_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3. TIDAK BERJALAN MULUS

Damar yang masih melihat Thasya diam melanjutkan pertanyaannya. “Kenapa? Karena sayang dulu kamu tidak dapat uang kompensasi?”

Thasya semakin tidak kuat mendengarkan tuduhan mantan suaminya itu. Dia datang menemui Damar tidak ada niat sedikit pun menggunakan statusnya yang pernah menyandang nama Nyonya Dawson.

“Maaf, saya sudah berpikiran pendek datang ke sini” kata Thasya langsung bangun dari duduknya. Dia tidak mau lagi mendengarkan tuduhan-tuduhan Damar yang nyatanya tidak benar.

“Saya pergi dulu” lanjut Thasya dan melangkah pergi.

Melihat Thasya yang akan pergi langsung menghentikannya. “Berhenti, tunggu dulu!”

Damar berdiri lalu berjalan mendekati Thasya sambil mengambil sebuah map file yang sudah dia siapakan di

meja kerjanya tadi.

“Sekarang giliran kamu yang harus tandatangani” lanjut Damar menyerahkan berkas di tangannya.

Setelah pertemuan itu, asisten Damar yang mengetahui pertemuan tadi dan melihat situasi yang sepertinya kurang baik membuat Ciko dan Alex tidak berani masuk ke dalam.

Alex yang sedang membawa berkas yang harus segera ditandatangani atasan mereka itu sekaligus minuman, hanya bisa berdiri di depan pintu. Ciko sampai mendorong-dorong Alex agar segera masuk, tetapi rekana kerjanya itu masih tidak berani.

“Setelah kepergian Ibu Thasya tadi, perasaan Pak CEO kelihatannya tidak baik ya?” kata Alex. Tangannya

sudah mulai pegal.

“Sepertinya begitu” jawab Ciko membenarkan.

“Sepertinya kalau aku masuk sekarang akan kena semburan api nggak, ya?” Dari tadi Alex mendung-duga apa yang akan terjadi nanti jika dia menemui atasannya itu dalam keadaan hati yang masih buruk.

Bisa-bisa dia nanti yang kena imbas omelan karena pertemuan sang bos dengan mantan istrinya yang kurang berjalan dengan baik tadi.

“Tapi kamu harus tetap masuk, Alex!” Ciko tetap mengingatkannya. Dia juga mulai mendorong tubuh Alex agar segera menjalankan tugasnya. Kalau cuma mau ngantar kopi masih bisa ditunda. Tapi berkas yang harus ditandatangani itu harus segera dikerjakan.

“Ha-harus sekarang, ya? Harus banget?” Wajah Alex mulai panik dan terlihat pucat padahal dia masih di luar.

“Iya! Memang sampai kapan kau berdiri di sini? Mau sampai kau lumutan? Ayo sana masuk!” bujuk Ciko.

Akhirnya dengan memberanikan diri, Alex masuk ke dalam ruang kerja Damar dengan Ciko membantu membukakan pintu ruangan itu. Sementara di dalam, Daren masih pusing memandangi berkas surat kesepakatan pembatalan kontrak yang sudah ditandatangani Thasya tadi.

Dia terlihat beberapa kali menghembuskan napas dengan kasar.

Tok… Tok… Tok…

“Masuk…!!!” terdengar suara Damar yang memerintah dari dalam.

“Pak Damar, saya membawakan kopi anda, pak.”

“Aku lagi tidak mood minum kopi sekarang. Bawa kembali saja!” jawab Damar.

“Apa lagi itu?” tanya Damar ketika Alex meletakan map file di mejanya. Sementara jantung Alex sudah dag dig dug dari tadi dan berusaha bersikap sebaik mungkin agar tidak memancing emosi Damar yang lagi tidak stabil.

“Ah, Ibu Riska menitipkan dokumen ini karena butuh persetujuan dan tandatangan Pak Damar secepatnya” kata Alex menjelaskan.

“Lalu gelas ini? Bukannya tadi aku sudah bilang membawanya keluar?”

“Maaf Pak Damar, itu teh hijau yang dititipkan Ibu Thasya untuk anda sebelum beliau pergi tadi.”

Jantung Alex semakin berdebar-debar tidak karuan dan berkeringat dingin ketika dia memberitahukan kalau itu pemberian dari mantan istri sang atasan. Dia sudah mempersiapkan diri menjadi tempat penampungan sumpah serapah sang bos nantinya.

Tetapi untungnya tidak terjadi. Dengan sopan, Alex undur diri keluar dari ruang kerja atasannya itu. Semantara Damar malah teringat ketika dia masih dengan Thasya masih bersama. Di mana saat itu dia sedang sakit.

“Damar, kamu tidak apa-apa? Coba minum ini” Thasya membangunkannya dan menyuruhnya minum ramuan

herbal buatannya.

“Minuman apa ini?”

“Ah, ini rebusan rempah dan madu. Ini cocok untuk kamu yang sedang sakit” Thasya menjelaskan. Walaupun saat itu mereka menikah atas nama bisnis, di saat Damar membutuhkan peran istrinya Thasya selalu melayaninya. Contohnya; ketika dia sakit.

“Sebelumnya dia sudah memberiku bubur, jus, sekarang ramuan herbal. Besok-besok dia memberikan apa lagi?” batin Damar saat itu sambil menerima gelas dari tangan Thasya.

Dia juga kaget dan tidak menyangka ketika Thasya mendaratkan punggung telapak tangannya di kening Damar. “Sekarang demammu sudah turun. Kamu akan baik-baik saja dan segera pulih.”

Mengingat momen itu, Damar tidak sadar jika dia juga meletakkan telapak tangannya di keningnya. Seolah-olah dia seperti diarahkan untuk melakukannya.

“Hufff…! Apa yang sedang kulakukan” cicitnya ketika sadar apa yang sedang dia lakukan.

Di Ciroz’s Café

Seorang gadis staf pelayan café bernama Fami sedang sibuk membuatkan pesanan pelanggan. Dia mendengar suara lonceng pintu berbunyi, menandakan ada yang datang berkunjung ke café tersebut.

Triiing…!!!

Selamat datang di Ciroz’s caf…” Fami terdiam ketika dia dia melihat siapa yang datang.

“Pak bos ada di lantai atas.” Fami berkata dengan wajah judes. Ada rasa kesal ketika dia melihat orang yang datang barusan. Sepertinya ada rasa marah setiap kali Fami melihat orang itu.

“Huh…! Hari ini hari sialku. Kenapa juga aku harus melihat wajah laki-laki itu” batin Fami kesal sendiri.

Ya, laki-laki yang barusan datang itu adalah Damar. Dia ingin menjumpai seorang teman sekaligus pemilik café di bawah. Dan lantai dua bagunan itu dijadikan sebagai hunian pemilik café.

Ding… Dong…

Ding… Dong

Ding… Dong…

Berulang kali Damar menekan tombol bel rumah tersebut. Hingga siapa pun yang mendengarnya akan merasa risih dan kesal.

Tak terkecuali yang punya rumah sekarang. Dia langsung membuka pintu dan memarahinya tanpa mengkonfirmasi siapa yang datang. Karena si pemilik rumah sudah tahu kelakuan siapa itu yang selalu bermasalah dengan bel rumahnya.

“Damar…! Bisa nggak cukup sekali saja menekan belnya. Gara-gara kamu bel rumahku selalu rusak!” teriak Vino kesal.

“Aah, diam! Resepkan aku obat tidur, cepat!” perintah Damar tidak menghiraukan kekesalan Vino.

Temannya itu pemilik café dan sekaligus berpfofesi sebagai dokter.

Mendengar permintaan pasien abdinya itu, kekesalan Vino seolah sirna. Yang tadinya dia bersikap keras berubah menjadi lunak. “Kamu kan sudah berhenti minum obat tidur! Apa belakangan ini ada yang membuatku stres lagi?”

“Perusahaan yang aku kelola selalu masuk dalam pemberitaan utama di televisi dan surat kabar. Apa kamu tidak pernah melihat atau membaca berita?” kata Damar langsung duduk di sofa tanpa sang empunya suruh.

“Lalu kenapa? Memang ada hubungan dengan masalah sebelumnya?”

“Bahkan kamu tidak kaget sama sekali ketika Dawson Company selalu menjadi headline news setiap hari” kata Damar sambil memperhatikan sekeliling ruangan itu tanpa melihat sedikit pun ke arah Vino.

“Kalau pemberitaan itu hal yang baik dan menguntungkan bagi perusahaan kalian, lebih baik kamu olahraga saja. Jangan terlalu mengandalkan obat tidur. Kamu nanti bisa…”

Vino berhenti sejenak ketika dia melihat Damar lebih tertarik melihat isi ruangan rumahnya itu dari pada mendengarkannya yang sedang berbicara.

“Kamu mendengarkan aku tidak…?!” tanya Vino dengan nada kesal.

“Tidak” jawab Damar santai dengan sikap acuhnya.

Rasanya Vino ingin sekali melemparkan temannya itu lewat jendela lantai dua rumahnya ke luar sana.

1
aira aira
thasya
Agus Tina
Kayaknya bagus, langsung subscribe .. dan berharao ditamatkan
Butterfly93_: Terima kasih kak atas dukungannya/Smile/
total 1 replies
Anto D Cotto
Luar biasa
Anto D Cotto
Biasa
Yuno
Nggak bisa berhenti!
Nakayn _2007
Sumpah lega banget nemu cerita yang bagus kayak gini di platform ini!
Butterfly93_: Terima kasih kak, semoga seterusnya suka dengan karya saya kak/Smile//Kiss/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!