NovelToon NovelToon
Pendekar Sakti Thung Seng

Pendekar Sakti Thung Seng

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / kelahiran kembali menjadi kuat / Dunia Lain / Dendam Kesumat / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pencari keabadian

Thung Seng seorang jenius beladiri yang juga memiliki seorang istri yang cantik jelita, dimana hal tersebut memancing iri dan dengki dari kakak seperguruannya sendiri.

Dengan memanfaatkan kekuasaannya sebagai seorang Raja dan melakukan kolaborasi dengan orang kepercayaannya Thung Seng, maka kakak seperguruan Thung Seng berhasil menangkap bahkan menghancurkan ilmu kungfu yang dimiliki oleh Thung Seng.

Sanggupkah Thung Seng yang kehilangan ingatan dan kehilangan kungfunya melakukan balas dendam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pencari keabadian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Kakek He Si VS Peng An.

“Ayo kejar!”perintah Kakek He Si kepada burung tunggangannya sambil menepuk punggung burung tersebut.

Burung raksasa segera mengejar larinya Peng An dan jarak mereka semakin mendekat.

Keringat dingin membasahi tubuh Peng An yang ketakutan.

“Aku harus bagaimana? Oh ya Aku punya pil ajaib penambah tenaga,”pikir Peng An yang kemudian mengambil sebutir pil dari kantongnya dan segera menelannya.

Setelah minum pil tersebut lari Peng An menjadi sangat bertenaga, dan jarak mereka semakin menjauh.

Kakek He Si mengarahkan racun-racun hitamnya dan pasir-pasir berhamburan di belakang, sisi kiri dan kanannya Peng An, karena Peng An pun berloncatan ke kiri dan ke kanan.

Duar! Druar! Darr! Bunyi ledakkan membahana ketika serangan tenaga dalam dari Kakek He Si mengenai pasir-pasir.

Kakek He Si menyalurkan tenaganya ke burung raksasa, sehingga burung raksasa mampu menyamai larinya Peng An.

Kejar-kejaran mereka berlangsung selama satu jam lebih.

“Kakak seperguruan lihat Peng An lari terbirit-birit. Apakah Kita akan membantunya?”

“Huh buat apa, Adik Kau baru saja turun ke dunia persilatan, Kau harus banyak belajar dan berhati-hati. Salah bertindak nyawa Kita akan melayang, lebih baik Kita melihat saja dari kejauhan.”

“Kakak benar.”

Peng An dan Kakek He Si melewati mereka berdua.

Dua jam keadaan masih tetap sama, aksi Kakek He Si dan Peng An telah ditonton oleh banyak pesilat dan tak ada satupun pesilat yang berani turun tangan untuk menolong Peng An.

“Sial dasar manusia-manusia tak tahu balas budi, tak ada seorang pun yang menolongKu. Dengan lariKu yang seperti ini, dalam dua jam lagi Aku sudah akan meninggalkan padang pasir dan masuk ke hutan bambu, untung pil ajaibKu masih tersisa satu,”pikir Peng An yang kemudian menelan pil ajaibnya yang terakhir.

“Hei Peng An Kau pikir Kau bisa mencapai hutan bambu, huh sungguh naif pikiranMu!”seru Kakek He Si yang kemudian membaca sebuah mantra dan melemparkan guci nya ke arah depan atas.

“Sial apa yang akan dilakukan oleh Kakek itu? Aku tidak boleh lengah,”pikir Peng An yang makin mempercepat larinya.

Seperti tidak peduli dengan larinya Peng An, Kakek He Si tetap statis diam di tempat.

Tangan Kakek He Si bergerak-gerak membentuk suatu formasi dan tak lama kemudian dari guci yang melayang di angkasa keluar sebuah awan hitam yang meluncur dengan sangat cepat mengejar Peng An.

“Nasib Peng An sebentar lagi akan berakhir”ucap seorang Lelaki paruh baya kepada anak GadisNya.

“Hmm tapi bukankah Ayah bilang jikalau dalam pertempuran kadang kala ada keajaiban?”tanya Mey Lan dengan heran.

“Hmm Nak, sangat tipis keajaiban apabila biang racun He Si sudah memakai guci pusakanya,”ucap Lelaki paruh baya tersebut dengan yakin.

Awan hitam yang keluar dari guci makin mendekati Peng An, dengan panik Peng An melemparkan pisau terbangnya ke arah awan hitam tersebut.

Sebuah usaha yang sia-sia karena pisau terbang Peng An hanya menembus awan tersebut tanpa ada hasil yang lain.

Awan hitam dengan cepat sudah berada sepuluh meter di atas kepala Peng An dan kemudian turun hujan dengan cepat.

Peng An yang terkena tetesan hujan tersebut merasa kesakitan karena tetesan hujan itu bukanlah air biasa melainkan semacam asam yang membuat baju Peng An bolong-bolong dan kulit tubuh Peng An terkelupas berdarah.

Usaha Peng An untuk menghindari tetes hujan itu sia-sia karena kemanapun Peng An berlari, awan tersebut selalu berada di atas Peng An.

Walaupun bajunya bolong-bolong dan sekujur tubuhnya terluka namun Peng An tidak terlihat panik.

Peng An mengangkat tubuh Thung Seng dan memakainya sebagai payung pelindung tubuhnya.

“Hahahaha Kakek He Si, apakah Kau punya mainan yang lain?”ejek Peng An sambil berlari dengan cepat.

“Apa? Bagaimana bisa? Ya Aku harus mendapatkan benda yang dipakai oleh Peng An untuk melindungi tubuhnya. Manusia atau bukan, Aku harus mendapatkannya,”pikir Kakek He Si.

“Ayah lihat, rupanya keajaiban sudah terjadi,”ucap Mey Lan sambil tersenyum.

Lelaki paruh baya yang dipanggil sebagai Ayah oleh Mey Lan hanya bisa bengong sesaat melihat kejadian di depan matanya.

“Ayah hei Ayah kenapa diam saja?!”seru Mey Lan.

“Oh eh …hmm mari Kita ikuti mereka, sepertinya Peng An memiliki benda pusaka, tak heran biang racun He Si mengejarnya dari tadi,”ucap Lelaki paruh baya tersebut.

Peng An yang terluka, dengan satu tangan menyangga tubuh Thung Seng sedangkan tangan yang lainnya mengambil pil untuk mengobati lukanya.

“Hmm untung hanya semacam hujan asam bukannya hujan racun jadi Aku hanya terluka sedikit. Luar biasa patung ini mampu menahan hujan asam dan mampu menahan serangan senjata tajam. Hei aneh kenapa tanganKu berwarna putih? Oh itu berasal dari patung ini, sepertinya patung ini terkelupas terkena asam dan warna putih pada patung ini pun luntur,”pikir Peng An dengan seksama.

Kakek He Si yang mengejar dari belakang dengan burung raksasanya juga mengamati perubahan tubuh Thung Seng.

Tubuh Thung Seng yang terkena hujan asam mulai berbentuk kembali sebagai manusia bukan seperti patung lagi.

“Hmm sepertinya benar dugaanKu, yang dipegang oleh Peng An bukankah patung melainkan tubuh manusia. Tubuh yang mampu menahan serangan hujan asam milikKu dimana besi saja bisa berlobang dan larut bila terendam hujan asam.Luar biasa,”pikir Kakek He Si.

“Hey Peng An, Aku akan mengampuni kesalahanMu dengan syarat berikan benda yang Kau pegang!”seru Kakek He Si.

“Aneh kenapa Rubah tua itu berubah pikiran? Satu jam lagi Aku akan sampai di hutan bambu disana guruKu pasti akan melindungiKu,”pikir Peng An.

“Berikan Aku waktu satu jam untuk berpikir,”jawab Peng An.

“Huhh Kau pikir Aku bodoh, dalam waktu satu jam Kau sudah sampai di hutan bambu, disana ada Guru dan saudara seperguruanMu!”seru Kakek He Si dengan gusar.

Peng An tidak menjawab sama sekali dan tetap berlari dengan cepat.

Di belakang Kakek He Si beberapa pesilat mengikuti arah larinya Peng An.

“Aku harus bagaimana, masa Aku kalah oleh bocah kemarin sore,”pikir Kakek He Si.

“Apa yang dipikirkan oleh si Rubah tua itu sekarang? Apapun yang dipikirkannya, mudah-mudahan Aku sudah sampai di hutan bambu. Lebih lama berpikir lebih baik. Atau Dia sudah kehabisan ide,hahaha,”pikir Peng An dengan senang.

“Tidak bisa, kalau Aku pakai petir takutnya tubuh yang kuidam-idamkan akan hancur, tapi kalau Aku biarkan tubuh itu akan dimiliki oleh Peng An,”pikir Kakek He Si dengan penuh dilema.

Peng An sudah berlari keluar dari padang pasir.

“Ya Aku tidak bisa membiarkan Peng An menguasai tubuh itu, hancur lebih baik bersama hancurnya tubuh Peng An,”pikir Kakek He Si yang kemudian mengeluarkan sebuah bola kecil berukuran sebesar bola bekel.

Di dalam bola bekel tersebut terlihat kilat yang menyambar-nyambar.

Kakek Han Si segera melemparkan bola petir pusaka yang terbang dengan cepat masuk dan bersatu dengan awan hitam.

Dengan cepat terdengar gemuruh dan petir segera menyambar ke arah tubuh Thung Seng.

Duar! Duart! Duarr!

Dalam waktu singkat tubuh Thung Seng terkena sambaran petir belasan kali dan listrik dari petir tersebut juga tersalur ke tangan Peng An.

Walaupun Peng An merasa kesakitan akibat terkena sengatan listrik tapi Peng An tetap membulatkan tekad dan tetap berlari.

“Aku tidak boleh menyerah,”pikir Peng An dengan tekad bulat.

Bersambung :))

1
ayub tambunan
ini yang bikin malas baca masa jadi anak 12 tahun giman mau berkelahi nya maaf nda jadi lanjut baca
RisingPhoenix: Terima kasih atas kunjungannya. 🙏🏼.

Justru di situ uniknya cerita ini, karena dengan tubuh istimewanya serta kungfunya yang naik dengan cepat serta interaksi yang unik dengan burung besar 🙏🏼😃.
total 1 replies
jaka saba jati
katanya pek liong...knapa manggilnya tung seng
RisingPhoenix: Pek Liong nama pemberian ketika Dia tidak tahu nama aslinya, sedangkan Thung Seng adalah nama aslinya.

Terima kasih sudah berkunjung membaca 🙏🏼🙏🏼🙏🏼.
total 1 replies
Membo 69
cocok judulnya pendekar bloon😆😆😆
RisingPhoenix: 😂😂namanya juga lupa ingatan jadi minim pengalaman 😃😃😃😅🙏🏼
total 1 replies
Membo 69
kalau alur cerita ada POV sepertinya kurang apik Thor..Napa ngga dijadikan satu dgn. plot ceritanya .seakan terkesan cerita dipaksakan jadinya🥱
RisingPhoenix: Baik, terima kasih atas sarannya 🙏🏼
total 1 replies
Membo 69
jgn diulang ulang kalimat yg sama..dan kosakata juga perlu dibenahi bro
Razali Azli
cerita novel dah menarik. tapi nama² watak sangat tidak menarik. saranku thor, akan datang atau jika ada novel baru usahakan agar nama watak dan tempat dijadikan lebih baik.
RisingPhoenix: Razali Azli, terima kasih atas masukannya 🙏🏼
total 1 replies
RisingPhoenix
Terima kasih 🙏🏼🙏🏼🙏🏼😃
Ismaeni
lanjut thor,ceritanya menarik
RisingPhoenix: Terima kasih atas dukungannya @ismaeni 🙏🏼
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!