NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menikah

Hari ini Ibu Sara ke pasar untuk membeli ikan asin dan garam karena persediaan di rumah sudah habis, sementara para pedagang hanya datang berjualan ke desa tempat tinggal mereka hanya sekali seminggu.

"Siapa laki-laki yang menjemput Naya kemarin?" tanya Mak Titin kepada Ibu Sara dengan volume suara yang sengaja dikeraskan untuk mengundang perhatian ibu-ibu yang sedang berbelanja ikan.

"Oh, iya, saya juga lihat mereka lewat, sepertinya orang baru," timpal Mak Suri tetangga Mak Titin.

"Katanya tukang ojek dari kampung sebelah," sahut Ibu Sara.

"Nggak percaya deh, soalnya saat berpapasan di belokan ke kebun tampak Si Naya memeluk erat laki-laki yang memboncengnya," ucap ibu-ibu yang lain.

"Ihhh, jangan-jangan pacarnya dari kota," sambung yang lain.

"Katanya menuntut ilmu di kota, ujung-ujungnya...," seorang ibu mencibir dan tidak melanjutkan kalimatnya.

Perkataan Si ibu tersebut sontak membuat wajah Ibu Sara merah padam. Ia ingin marah tetapi tidak punya alasan yang tepat karena ia tidak tahu secara persis siapa sebenarnya yang datang menjemput anaknya, yang ia tahu orang tersebut adalah tukang ojek seperti pengakuan dari Naya sehingga ia hanya bisa mengurut dada untuk menenangkan dirinya lalu bergegas meninggalkan kerumunan ibu-ibu itu yang sedang memperbincangkan Naya.

Dengan langkah cepat Ibu Sara pulang ke rumah. Tiba di sana ia duduk di bangku tua dan merenungi kata-kata yang dilontarkan oleh ibu-ibu di pasar tadi.

Tidak ada yang bisa dilakukan karena kampung mereka belum terjangkau dengan alat komunikasi yang canggih.

"Tuhan, tolonglah anakku, karunia-kan hikmat kepadanya sehingga tidak melakukan sesuatu yang tidak baik." Ibu Sara berdoa dalam hati. Untuk saat ini hanya doa yang bisa membuat hatinya tenang.

***

Tinggal hitungan bulan, Naya akan segera mengikuti Ujian Nasional dan kedua orang tua Robin sudah menyusun rencana untuk segera menggelar pernikahan anaknya.

Hari ini Robin pulang dari sekolah lebih awal dan ia tidak langsung pulang ke rumah melainkan membelok kendaraanya menuju ke sekolah Naya. Ia ingin menjemput kekasihnya atas permintaan Sang ayah.

Pak Melki sangat terkesan dengan kepribadian Naya yang mempunyai daya tarik dan bisa pengaruh besar terhadap kehidupan Robin sehingga hampir tiap hari menyuruh anaknya untuk menjemput Naya di sekolah.

Hal ini membuat Ibu Karina kecewa karena pekerjaan di rumah menumpuk namun ia merasa tidak enak untuk melarang Robin yang selalu datang menjemput Naya.

"Ehh, Naya...udah pulang sekolah?" tanya Pak Melki basa-basi ketika berpapasan di pintu.

"Iya, Om," sahut Naya sopan.

Ibu Noni langsung mempersilahkan Naya dan Robin ke meja makan karena makanan sudah tersedia.

"Kamu jangan malu-malu, Naya, soalnya nggak lama lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami di sini," ucap Ibu Noni dengan serius.

"Naya masih mau sekolah, Tante," sahut Naya dengan ragu.

"Nggak masalah..., nanti selesai ujian kalian langsung menikah dan untuk kuliahnya nanti di belakang persolan," kata Pak Melki meyakinkan.

Naya melirik Robin yang duduk di sampingnya karena gugup.

***

Dua hari setelah Naya mengikuti Ujian Nasional di sekolah, pesta pernikahannya pun dengan Robin segera digelar di kampung.

Tidak banyak keluarga dari pihak Robin yang hadir karena kondisi jalan yang rusak parah di beberapa titik akibat hujan deras yang mengguyur daerah pegunungan di sekitar kampung tersebut dan sudah hampir satu minggu ini hujan turun di sore hari hingga tengah malam.

Pesta pernikahan digelar secara sederhana sesuai dengan adat yang berlaku di desa tersebut.

Kini di pelaminan telah duduk pasangan pengantin yang sangat serasi. Tampan dan cantik. Pakaian adat yang dikenakan pas di tubuh serta make up yang menempel di wajah semakin menampilkan kesan istimewa.

Senyum pada wajah Robin dan Naya selalu mengembang pertanda bahwa keduanya sangat bahagia bisa bersanding di pelaminan untuk meresmikan hubungan sebagai suami-istri.

Dari jauh sepasang mata menyaksikan kebahagiaan mereka dengan dengan hati menangis. Leo, teman sepermainan Naya sejak kecil hingga tamat di Sekolah Menengah Pertama. Hatinya terluka melihat kenyataan bahwa sahabatnya telah menjadi milik orang lain.

Perasaan suka hingga tumbuh menjadi benih-benih cinta ketika mereka duduk di kelas dua SMP sampai saat ini masih utuh dan yang menjadi persoalan karena Leo tidak pernah mengungkapkan secara langsung karena menurutnya waktu itu, umur keduanya masih sangat belia untuk menyatakan cinta.

Liburan yang lalu, Leo sangat berharap bisa bertemu dengan Naya karena ia pikir, sudah waktunya untuk menyatakan perasaan cinta kepada sahabatnya itu namun ketika ia hendak pulang ke kampung tiba-tiba pamannya jatuh sakit dan tidak ada yang bisa merawat.

Dulu ketika lulus di Sekolah Menengah Pertama Leo melanjutkan sekolah di kota yang lain dan menginap di rumah pamannya yang memang tinggal sendirian. Istrinya sudah menikah dengan laki-laki lain karena tidak betah lagi hidup dengan Sang paman yang ringan tangan.

Leo sangat kaget karena ia baru tiba di kampung tadi malam dan mendengar kabar dari orang tuanya bahwa besok ada acara nikahan di rumah Pak Rusdi. Berita ini membuat dirinya gelisah sepanjang malam hingga hari ini ia nekat untuk menghadiri pesta tersebut.

"Hm, ibu-ibu, benar kan apa yang saya katakan dulu tentang pria yang menjemput Si Naya itu? Lihatlah mereka segera dinikahkan padahal baru aja selesai ujian, atau jangan-jangan...!" kata Mak Titin ketika sudah duduk di antara para tamu lainnya.

"Iya juga ya, kok buru-buru amat nikahnya?" timpal seorang ibu yang duduk di belakang kursi tempat Mak Titin.

"Ada baiknya nikahannya dipercepat dari pada nunggu perut buncit," seru tamu yang lain.

Tak sengaja percakapan mereka didengar oleh Vina, adik Robin yang kebetulan duduk tak jauh dari tempat ibu-ibu yang sedang bergosip itu.

"Hey, ibu-ibu yang kampungan, hati-hati kalau bicara!" Seru Vina sambil berkacak pinggang dengan wajah merah padam menahan emosi.

Ibu-ibu yang bergosip tadi saling berpandangan.

"Ehh, orang baru, kamu jangan ikut campur dengan urusan kami!" ujar Mak Titin tidak mau kalah.

"Apa kata Ibu? Jangan ikut campur? Nggak terbalik? Justru kalianlah yang ikut campur dengan urusan kakak saya. Ingat! Kami ini berasal dari keluarga baik-baik, jadi tidak mungkin kakak saya itu menghamili anaknya orang baru diperistri, Paham!"

Satu per satu ibu-ibu yang duduk di sekitar situ mulai mencari tempat yang masih kosong karena merasa terusik dengan pertengkaran tersebut sedangkan Mak Titin masih ingin beradu mulut dengan Vina tapi dicegah oleh seseorang sehingga ia kembali duduk dengan perasaan kesal.

Vina meninggalkan tempat duduknya dan kembali bergabung dengan keluarga dari kota.

Acara demi acara berlangsung dengan baik sesuai dengan harapan hingga tiba pada acara penutup yaitu makan bersama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!