Dina, Syifa dan Juned mereka bertiga adalah anak Sania dari Sofwan. setelah mengalami pahit dan manisnya kehidupan, hidup mereka kembali diuji.
Setelah Sofwan bapak mereka meninggal dunia, menyusul lagi ibunda tercinta pergi menghadap yang kuasa. Dina sebagai anak sulung harus berjuang untuk adik-adiknya.
Mampukah mereka bertiga melewati semua cobaan yang kelak akan dilewati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senajudifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kembalinya Hans Ke Kafe
Sedikit lagi cakaran kuku Via akan meremas mulut Dina, gadis manis itu tiba-tiba menggeser duduknya ke samping. Karena kuatnya daya dorong tubuh Via, membuat wanita itu terdorong kedepan dengan kelima kuku jarinya menggaruk kursi besi yang tadi disandari oleh Dina.
KRAKKK...
ADUHHHH...
Terdengar jeritan kesakitan Via saat kuku jari tangannya berpatahan dan mengakibatkan jari tangannya juga ikut lecet dan sakit akibat bergesekan dengan bangku besi.
"Sayang....!!" Teriak Bram lalu dengan cepat dia melompat turun dari mobil menghampiri wanita yang entah istri atau hanya sekedar simpanannya belaka.
"Dasar gadis binal kurang ajar!!" Rutuk Bram seraya hendak menampar Dina.
Tapi dengan cepat gadis itu menahan tamparan Bram dengan menggenggam pergelangan tangan Bram.
"Apa itu binal om tua??" Tanya Dina serius yang semakin membuat Bram menjadi geram dipanggil om tua oleh gadis belia itu.
"Binal itu liar seperti kamu ini dasar ja*lang kecil lepaskan tangan saya!!" Kata Bram yang berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari tangan jari gadis itu.
"Ja*lang kecil? Berarti om dan tante yang kukunya patah itu ja*lang tua dong!!" Kata Dina lagi.
"Keparat...mulut kamu memang minta dihantam, kamu sekolah atau nggak sih?? Nggak tau sopan santun banget sama orang tua!!" Teriak Via lalu menyerang Dina dengan cakaran kukunya yang telah banyak berpatahan.
Dengan santai Dina menggeser pergelangan tangan Bram yang masih ada di dalam jepitan tangannya menangkis cakaran Via hingga alhasil...
AARRGGHHH
Mengapa lenganku yang kamu cakar Via?? Dasar wanita bodoh, sakit tau!!" Teriak Bram menahan marah dan sakit yang luar biasa di lengannya.
"Maaf...maaf Bram!!" Kata Via panik sambil melihat lengan Bram mengucurkan darah.
"Dasar gadis gila...aku akan melaporkanmu ke polisi??" Teriak Bram.
"Melaporkan aku??? Hiiiii takut!!" Teriak Dina pura-pura menunjukan wajah takutnya.
"Tapi boong!!" Katanya sambil tertawa.
Kalian berdua boleh tua, tetapi kalian belum katarak apalagi buta kan??" Kata Dina santai.
"Di sini ada beberapa cctv dan tentu saja tante Della juga merekam penyerangan kalian padaku, wahai om dan tante??" Kata Dina sambil tertawa.
"Kampret!!" Kata Bram seraya menghempaskan tangan Dina dari pergelangan tangannya.
"Silakan jika kalian mau melaporkan dan aku ingatkan pada kalian para orang tua, jangan ganggu tante Dellaku lagi karena kami selalu ada di belakangnya dan akan menghalau orang-orang seperti kalian." Kata Dina lalu mengajak Della berlalu dari sana saat taxi online pesanan mereka telah tiba.
Sepeninggal Della dan Dina...
"Sialan...siapa sih gadis ingusan itu?? Kata-katanya tajam dan cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku seperti capitan besi!!" Kata Bram.
"Tapi wajahnya itu seperti tidak asing bagiku, dulu aku pernah melihat seraut wajah dengan mata teduh dan bening sebening kaca seperti itu, iyah....Sania tadi dia memanggil Della dengan sebutan tante berarti itu putrinya Sania." Kata Bram.
"Siapa Sania??" Tanya Via cemburu.
"Dulu aku mengincar Sania, tetapi entah mengapa si Della bodoh yang selalu menggodaku, apalagi saat itu kulihat Sania sudah menikah dan mempunyai seorang bayi kalau tidak salah perempuan!!" Jawab Bram.
"Lalu apa kamu akan melaporkan gadis gila itu ke polisi??" Tanya Via bertambah geram dan cemburu mendengar cerita Bram tentang Sania.
"Kamu gila ya Via, di sini ada cctv dan nyatanya kita yang telah menyerang mereka nanti malah kita yang ketiban tertimpa kasus!!" Jawab Bram.
Di dalam perjalanan pulang tante Della terus murung.
Bram yang menyebabkan dia berani menentang ibu kandungnya sendiri, demi Bram dia tega menjual rumah peninggalan orang tuanya yang menyebabkan Sania dan keluarga kecilnya luntang lantung mencari tempat tinggal kala itu. Dan Bram juga yang telah mencampakan dia di jalan saat dia sudah tidak bisa diandalkan untuk mencari uang lagi.
"Tetapi siapa yang memungut dan mengangkatnya dari kehinaan? Lagi-lagi Sofwan dan Sania walaupun dia kaget saat tau Sofwan dan Sania sudah lama berpisah.
"Tan...tante Della, apakah tante baik-baik saja?" Tanya Dina pada tantenya.
"Tante baik Dina, hanya teringat sedikit pada masa lalu tante yang pahit saat bersamanya." Kata tante Della.
"Ya sudah, kita singgah sebentar ke kafe ya tante? Dina mau mengecek persiapan untuk acara ulang tahun nanti malam." Kata Dina.
"Kamu hebat Dina semenjak bundamu dan om Sultan meninggal, kamu sanggup mengelola kafe itu tetap berkembang sampai seperti sekarang ini, padahal usiamu baru tujuh belas tahun tetapi kemampuanmu mengelola peninggalan ibu dan om kamu benar-benar patut diacungkan jempol, tante sungguh salut padamu!!" Kata tante Della.
"Kan masih ada tante Tuti, tante Tini, dan tante Wati beserta para suami mereka yang turut membantu Dina, tante!!" Kata Dina.
"Hanya sayangnya abang Hans harus resign sebagai koki di sana!!" Kata Dina dengan tatapan menerawang mengingat lelaki tampan yang bekerja sebagai koki di kafe Sultan dan telah mengundurkan diri dari sana.
Dina tau Hans juga mencintai ibunya. Saat ibunya telah meninggal dunia, Hans sangat terpukul dan memutuskan untuk berhenti dari kafe.
Entah kemana dan di mana si tampan itu sekarang selama setahun ini membawa dan menyembuhkan luka hatinya.
Tante mau langsung pulang atau ikut turun di sini??" Tanya Dina pada tante Della.
"Tante langsung pulang aja ya?? Tante capek banget!!" Kata tante Della lagi.
"Ya sudah tante, Dina berhenti di sini ya!! Sampai rumah langsung istirahat ya tante!!" Pesan Dina.
"Truk siapa itu seperti truk pick up milik ayah Juma, tapi dia di mana? Di dalam kafe kah??" Gumam Dina saat melihat sebuah truk pick up terparkir tak jauh dari kafe yang mulai ramai.
Hari ini ada perayaan ulang tahun anak pejabat dan mereka menyewa kafe untuk mengadakan acara.
Dina datang untuk melihat persiapannya sampai sejauh mana karena dia dan adik-adiknya juga mengisi acara menyanyi di kafe ini.
"Bukan om Niko, tapi itu Juma bersama siapa itu?? Oh iya Cecilia!! Berarti benar kabar yang beredar bahwa Juma sekarang pacaran sama cewek teman sekelasnya." Gumam Dina.
Waktu kelas satu Juma dan Dina sekelas. Begitu naik di kelas dua mereka terpisah.
Mulai saat itulah hubungan mereka menjadi renggang. Juma tak lagi mengejar-ngejar Dina seperti dulu, maklum mungkinlah cintanya pada Dina waktu itu hanya sekedar cinta monyet.
Juma dan Cecilia membawa bunga-bunga untuk riasan kafe. Tetapi tatapan Dina terpaku pada satu sosok sangat tampan yang setahun menghilang.
"Itu kan...bang Hans!! Pekik Dina di luar sadarnya.
Cecilia dan Juma menengok kearah Dina. Wajah Juma sedikit berubah mungkin dia merasa tidak enak pada Dina karena telah membawa Cecilia ke kafe untuk membantunya membawa bunga-bunga untuk acara ulang tahun di kafe tersebut. Dia tak menyangka Dina datang sore ini ke kafe.
"Bang Hans!!! Seru Dina lalu lari melewati Juma dan Cecilia.
Hans menoleh kearah suara seorang gadis yang memanggilnya.
"Dina....!!" Serunya.
*
*
***Bersambung...
Akankah cinta monyet mereka bersemi kembali?
Jangan lupa dukungannya ya reader, like, komen, vote, favorit dan rate nya.🙏🙏