NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 5 : Hujan yang Membawa Kenangan

Hujan kembali turun di Semarang, kali ini lebih lembut, seperti bisikan yang menyapa kota dengan penuh kasih.

Aira duduk di sofa kecil di apartemennya, memeluk bantal sambil menatap jendela yang dipenuhi tetesan air.

Di luar, langit kelabu menciptakan suasana melankolis yang entah kenapa terasa pas dengan perasaannya hari ini.

Sudah seminggu sejak kunjungan mereka ke pameran seni, dan hubungannya dengan Raka terasa semakin dekat, tapi juga semakin rumit.

Setiap hari, Raka selalu mengirim pesan, kadang sekadar menanyakan kabar, kadang mengirimkan foto-foto yang dia ambil, atau sekadar berbagi ide tentang desain cover untuk novel Aira.

Mereka juga sering bertemu, entah untuk minum kopi, berjalan-jalan, atau sekadar duduk bersama sambil membicarakan mimpi dan cerita. Tapi di balik semua kehangatan itu, Aira merasa ada sesuatu yang tidak terucapkan, sesuatu yang membuatnya takut untuk melangkah lebih jauh.

Ponsel Aira bergetar di atas meja, mengalihkan perhatiannya dari hujan.

Sebuah pesan dari Raka muncul di layar.

“Aira, aku di dekat tempatmu. Lagi hujan, aku bawa payung. Mau jalan bareng? Aku kangen suasana hujan sama kamu.” Diakhiri dengan emoticon tersenyum. Jantung Aira berdegup kencang.

Dia buru-buru membalas, “Mau! Aku siap-siap dulu, tunggu bentar ya.” Dia melompat dari sofa, berlari ke kamar untuk mengganti pakaian. Dia memilih sweater abu-abu lembut dan celana jeans, lalu mengambil mantel tipis berwarna krem untuk melindungi diri dari hujan.

Sebelum keluar, dia memandang cermin, memastikan rambutnya tidak terlalu berantakan, dan mengoleskan sedikit lipstik untuk memberi warna pada wajahnya yang pucat.

Raka sudah menunggu di depan apartemen Aira, berdiri di bawah payung hitam besar dengan senyum yang langsung membuat suasana hujan terasa lebih hangat.

“Pagi, Aira,” sapanya sambil mengulurkan tangan untuk membantu Aira masuk ke bawah payung.

“Pagi, Raka,” balas Aira, tersenyum kecil. Mereka berjalan beriringan, langkah mereka pelan, seolah tidak ingin terburu-buru menikmati momen ini.

Jalanan di sekitar apartemen Aira sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang dengan payung warna-warni.

Aroma tanah basah dan suara tetesan air yang jatuh ke trotoar menciptakan suasana yang intim, membuat Aira merasa seperti mereka adalah dua orang terakhir di dunia ini.

“Ke mana kita?” tanya Aira, melirik Raka yang tampak santai dengan jaket denim dan syal tipis yang melingkar di lehernya.

Raka tersenyum, matanya berbinar.

“Aku pikir kita jalan aja dulu, nikmatin hujannya. Terus, kita cari tempat buat makan siang. Aku tahu warung kecil yang jual bakso enak, dekat sini.” Aira mengangguk, senang dengan rencana sederhana itu.

Mereka berjalan tanpa tujuan pasti, melewati taman kecil yang biasanya ramai tapi kini sepi karena hujan.

Pohon-pohon di taman itu basah, daun-daunnya berkilau dengan tetesan air, dan Aira tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil foto dengan ponselnya.

“Cantik banget,” gumamnya, menunjukkan hasil fotonya pada Raka.

Raka mengangguk, lalu tiba-tiba mengambil ponsel Aira dari tangannya.

“Aku ambil foto kamu, boleh?” tanyanya, sudah bersiap mengarahkan kamera.

Aira sedikit malu, tapi akhirnya mengangguk. Dia berdiri di bawah pohon besar, tetesan air dari daun jatuh perlahan di sekitarnya, menciptakan efek dramatis.

Raka mengambil beberapa foto, lalu menunjukkan hasilnya.

“Lihat, kamu cocok banget sama suasana hujan,” katanya, suaranya penuh kekaguman.

Aira memandang foto itu, dan dia harus mengakui bahwa Raka memang pandai mengambil gambar.

Cahaya lembut dari langit kelabu membuat wajahnya terlihat lebih hidup, dan senyum kecil yang tanpa sadar muncul di bibirnya terasa tulus.

“Makasih, Raka. Kamu emang fotografer handal,” katanya, tersenyum.

Mereka melanjutkan perjalanan, berhenti sesekali untuk mengambil foto atau sekadar menikmati suasana. Hujan mulai mereda, meninggalkan genangan-genangan kecil di trotoar yang memantulkan langit abu-abu.

Aira dan Raka akhirnya sampai di warung bakso yang Raka maksud. Warung itu kecil, dengan atap seng dan meja-meja sederhana, tapi aroma kuah bakso yang hangat langsung menggoda selera.

Mereka memesan dua mangkuk bakso, lengkap dengan mie kuning, tahu, dan taburan bawang goreng. Aira menyesap kuahnya, merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Ini enak banget, Raka! Makasih udah ajak ke sini,” katanya, matanya berbinar.

Raka tersenyum, menyesap es jeruknya.

“Seneng kamu suka. Aku suka tempat kayak gini, sederhana tapi bikin hati tenang. Kayak… hujan tadi.” Aira mengangguk, lalu tiba-tiba teringat sesuatu.

“Raka, aku boleh tanya sesuatu? Soal… adikmu lagi,” katanya hati-hati, takut kalau pertanyaannya akan membuat suasana berubah.

Raka menatapnya, alisnya sedikit terangkat, tapi kemudian dia mengangguk.

“Tentu. Apa yang kamu mau tahu?” Aira menggigit bibir bawahnya, mencoba memilih kata-kata yang tepat.

“Aku cuma… penasaran. Rani, adikmu… dia suka menulis tentang apa? Maksudku, kalau dia mau jadi penulis, pasti dia punya cerita-cerita yang dia suka, kan?” Raka tersenyum kecil, tapi ada sedikit kesedihan di matanya.

“Rani… dia suka nulis tentang cinta yang enggak biasa. Kayak, cinta yang penuh perjuangan, tapi selalu ada harapan di akhir. Dia bilang, dia mau bikin cerita yang bikin orang percaya kalau cinta sejati itu ada.” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan

“Dia pernah bilang, dia pengen nulis cerita tentang dua orang yang ketemu di bawah hujan, dan hujan itu jadi saksi cinta mereka.” Kata-kata Raka membuat Aira terdiam.

Dia tiba-tiba teringat pertemuan pertama mereka di kafe, saat hujan deras mengguyur Semarang.

“Itu… mirip sama cerita kita, ya,” katanya pelan, hampir seperti bisikan.

Raka mengangguk, matanya menatap Aira dengan intensitas yang membuat jantungnya berdegup kencang.

“Iya. Makanya aku merasa… entah, kayak Rani yang bawa aku buat ketemu kamu. Aku tahu itu kedengarannya aneh, tapi… aku merasa dia ada di sini, lewat kamu.” Aira merasa ada sesuatu yang bergetar di dalam dirinya.

Dia tidak tahu harus menjawab apa, tapi ada rasa hangat yang menjalar di dadanya.

“Aku… seneng bisa bikin kamu merasa kayak gitu, Raka,” katanya, suaranya lembut.

Mereka melanjutkan makan dalam diam untuk beberapa saat, tapi suasana tidak terasa canggung.

Sebaliknya, Aira merasa ada kedekatan baru yang terbentuk di antara mereka, kedekatan yang lebih dalam, lebih emosional.

Dia mulai memahami mengapa Raka begitu terhubung dengannya, dan itu membuatnya merasa istimewa sekaligus takut.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk berjalan lagi, kali ini menuju sebuah taman kecil di dekat warung. Hujan sudah benar-benar berhenti, meninggalkan udara yang segar dan langit yang mulai cerah.

Mereka duduk di sebuah bangku kayu, menghadap ke arah kolam kecil di tengah taman. Beberapa anak kecil bermain di sekitar kolam, tertawa riang sambil melempar batu kecil ke air.

“Raka, boleh aku bilang sesuatu?” tanya Aira, tiba-tiba merasa ada dorongan untuk jujur.

Raka menoleh, matanya penuh rasa ingin tahu. “Tentu. Apa?” Aira mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian.

“Aku… aku merasa ada yang berubah di dalam diriku sejak ketemu kamu. Aku enggak tahu pasti apa itu, tapi… aku merasa bahagia tiap kali kita bareng. Dan… aku takut kalau ini cuma perasaanku sendiri.” Kata-kata itu keluar dengan gemetar, dan Aira langsung menunduk, takut melihat reaksi Raka.

Tapi kemudian, dia merasakan tangan Raka menyentuh tangannya dengan lembut, membuatnya menoleh.

Raka menatapnya dengan mata yang penuh kelembutan, dan senyum kecil muncul di bibirnya.

“Aira, aku juga merasa kayak gitu,” katanya, suaranya rendah tapi penuh makna.

“Aku… aku suka kamu, Aira. Dari pertama kita ketemu di kafe, aku tahu ada sesuatu yang beda sama kamu.” Aira merasa dunia berhenti berputar. Dia menatap Raka, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

“Raka… kamu serius?” tanyanya, suaranya hampir hilang.Raka mengangguk, tangannya masih memegang tangan Aira.

“Aku serius. Aku enggak mau buru-buru, tapi… aku mau kita coba. Bersama. Kalau kamu mau.”Aira merasa ada air mata yang tiba-tiba menggenang di matanya, tapi dia buru-buru mengedipkannya pergi.

Dia tersenyum, meskipun wajahnya memanas.

“Aku mau, Raka,” jawabnya, dan untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa hujan yang membawa mereka bersama telah menjadi saksi dari sesuatu yang baru, sesuatu yang indah.

Sore itu, mereka berjalan pulang dengan tangan yang saling bergandengan, langkah mereka ringan meskipun genangan air di trotoar masih membasahi sepatu mereka.

Di dalam hati Aira, ada harapan baru yang bertunas, harapan bahwa cinta yang mereka mulai di bawah hujan ini akan terus tumbuh, seperti cerita yang pernah Rani impikan.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!