NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga. Eva, perempuan dengan hati selembut embun, dikhianati oleh pria yang dulu ia sebut rumah.

"Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa." gumam Eva Alexia


Bagaimana takdir cinta Eva Alexia selanjutnya? Apakah dia akan tetap mempertahankan pernikahan nya atau mengakhiri semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Gosip Di kantor

Eva melangkah masuk ke dalam kantor yang menjadi salah satu cabang perusahaan milik Wicaksana Group. Sudah cukup lama dia tidak menampakkan diri di sana, dan kehadirannya pagi itu langsung menarik perhatian. Suasana kantor yang awalnya sibuk mendadak terasa lebih hangat. Para karyawan dan karyawati yang mengenalnya dengan baik bergegas menyapa dengan penuh semangat.

"Pagi, Bu Eva," seru mereka hampir serempak, senyum mereka merekah menyambut sosok yang sudah lama dirindukan.

Eva membalas dengan senyum ramah, senyum khasnya yang selalu membawa ketenangan dan energi positif. "Pagi... semuanya. Apa kabar?" sapanya hangat sambil menatap satu per satu wajah-wajah yang dulu begitu akrab dengannya.

"Baik, Bu. Bu Eva sendiri, apa kabar?" salah satu dari mereka bertanya, penuh perhatian.

"Saya baik-baik saja," jawab Eva, meski sorot matanya menyimpan sedikit kelelahan yang tak bisa sepenuhnya disembunyikan.

Setelah berbasa-basi sejenak, Eva melambaikan tangan kecil sebagai tanda pamit. Ia kemudian melangkah menuju ruang kerjanya, langkahnya tegap meski tampak sedikit lebih kurus dibandingkan biasanya.

Sementara itu, begitu Eva menghilang di balik pintu ruangannya, sekelompok karyawati mulai berbisik-bisik di sudut ruangan, mencoba meredam rasa penasaran mereka.

"Kamu lihat enggak? Bu Eva sekarang kelihatan kurus banget, ya," bisik seorang karyawati dengan nada prihatin.

"Iya, apa jangan-jangan Bu Eva sakit? Itu sebabnya dia enggak kelihatan beberapa minggu ini?" sahut yang lain, suaranya semakin lirih.

"Mungkin saja," ujar satu lagi sambil mengangkat bahu.

"Atau mungkin juga enggak," timpal temannya yang lain, mencoba lebih rasional.

Lalu, tiba-tiba seseorang membisikkan informasi yang membuat lingkaran kecil itu semakin memanas.

"Aku dengar kabar, katanya Pak Ardian sudah menikah lagi," ucapnya setengah berbisik, setengah bergosip.

"Apa?!" seru mereka hampir bersamaan, jelas terkejut mendengar berita itu.

"Dari mana kamu tahu? Jangan-jangan cuma gosip," tanya salah satu dengan mata membelalak.

"Teman aku baru pindah rumah, dan dia melihat sendiri Pak Ardian masuk ke rumah tetangganya. Katanya, tetangganya itu menggendong bayi, usia sekitar satu tahun," jawab si pembawa kabar, semakin membuat suasana jadi riuh penuh bisik-bisik.

"Waduh... mungkin Pak Ardian menikah diam-diam, ya? Soalnya kan beliau dan Bu Eva belum punya anak selama ini..." salah satu dari mereka berbisik, nada suaranya mengandung simpati sekaligus penasaran.

Perbincangan mereka semakin ramai, nyaris tanpa kendali, sampai suara tegas seorang laki-laki memotong dengan keras namun tetap berwibawa.

"Kalian mau bekerja atau mau bergosip? Kalau mau bergosip, silakan ajukan surat pengunduran diri. Kalau mau bekerja, lakukan tugas kalian sekarang," tegur pria tersebut, suaranya memenuhi ruangan dengan wibawa yang membuat semua orang langsung terdiam. Dialah Sandi, sekretaris pribadi Eva, yang baru saja masuk dan kebetulan mendengar percakapan tidak pantas itu.

"Maaf, Pak Sandi," ujar mereka serempak, menunduk malu. Suasana yang tadi ramai berubah menjadi hening. Semua kembali ke meja masing-masing dan pura-pura sibuk dengan pekerjaannya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Sandi melangkah mantap menuju ruang kerja Eva. Hatinya agak gusar. Ia tahu, bosnya itu sedang menghadapi badai besar dalam hidupnya, dan ia tidak akan membiarkan orang lain memperburuk keadaan dengan gosip murahan.

Dengan mengetuk pintu pelan, Sandi pun masuk ke dalam ruangan tempat Eva Alexia menunggu, mungkin dengan seribu beban yang tak kasatmata.

***

Di dalam ruangannya yang bernuansa minimalis dan rapi, Eva duduk di balik meja kerjanya yang besar. Di depannya, bertumpuk berkas-berkas yang sudah disiapkan Sandi untuk ditandatangani. Ia menghela napas panjang sebelum mulai bekerja.

Sandi berdiri di sisi meja, membawakan dokumen satu per satu. "Ini laporan keuangan bulan lalu, Bu. Sudah dicek oleh bagian akuntansi, tinggal Ibu tanda tangan," ujarnya sopan.

Eva mengangguk pelan, mengambil pulpen dari tempatnya, lalu membubuhkan tanda tangan di atas dokumen itu. Tangannya tampak sedikit gemetar, namun ia berusaha tetap tenang, tetap menjaga wibawanya di hadapan Sandi.

Satu persatu dokumen ia selesaikan. Meski pikirannya kadang melayang entah ke mana, Eva tetap menyelesaikan semua tugas administratifnya dengan cermat. Ia tahu, bagaimanapun juga, profesionalisme harus tetap dijaga.

Setelah sekitar satu jam, akhirnya semua berkas beres. Eva menutup map terakhir, meletakkannya di sisi meja, lalu bersandar di kursinya, memejamkan mata sejenak.

Sandi melihat itu dengan penuh pengertian. "Semua sudah selesai, Bu. Kalau Ibu mau, saya antar pulang," tawarnya dengan suara lembut.

Eva membuka matanya perlahan dan tersenyum tipis. "Terima kasih, San. Tapi aku bisa sendiri. Aku hanya butuh... sedikit waktu untuk diriku sendiri."

Sandi mengangguk, tidak ingin memaksa. Ia tahu betul, kadang seseorang hanya butuh ruang untuk bernafas tanpa ada orang lain di sekitarnya.

Eva berdiri, merapikan tas tangannya, lalu berjalan keluar dari ruangannya. Sepanjang koridor, semua karyawan berdiri rapi sambil membungkukkan badan, memberi salam hormat. Ada rasa hormat, tapi juga rasa iba yang samar tergambar di wajah mereka.

Tanpa banyak kata, Eva membalas dengan senyum tipis, melangkah tenang ke arah lift. Saat pintu lift tertutup, Eva akhirnya membiarkan dirinya menghela napas panjang, seolah membebaskan semua beban berat yang sejak tadi ia tahan.

Di parkiran basement, ia masuk ke dalam mobilnya. Begitu duduk di balik kemudi, ia diam sejenak, menatap kosong ke depan. Hatinya sesak, namun ia memaksa dirinya tetap kuat.

Mesin mobil dinyalakan. Dengan perlahan, Eva membawa mobilnya keluar dari gedung kantor, meninggalkan semua hiruk-pikuk di belakang. Jalanan kota yang ramai seolah berbaur dengan pikirannya yang penuh kekacauan.

Hari itu, Eva pulang. Pulang bukan hanya ke rumah sahabatnya, tapi juga pada dirinya sendiri—mencoba menemukan kembali serpihan-serpihan hatinya yang sempat berserakan.

***

Sepanjang perjalanan, pikiran Eva terus menerawang, dipenuhi bayang-bayang tentang suaminya. Setiap deru mesin kendaraan seolah mengiringi gelisah yang mengendap dalam dadanya. Dia menggenggam erat tas kecil di pangkuannya, seolah mencari pegangan di tengah kekacauan perasaannya. Di dalam hatinya, hanya ada satu harapan: semoga Ardian — lelaki yang pernah bersumpah akan mencintainya seumur hidup — bersedia menandatangani surat gugatan yang sudah dikirimkan dan hadir di sidang perdana perceraian mereka besok pagi.

Sejujurnya, Eva tidak pernah membayangkan akan sampai di titik ini. Dulu, saat mengenal Ardian, ia yakin laki-laki itu adalah jawaban dari semua doanya. Mereka pernah begitu bahagia, saling melengkapi satu sama lain, dan bermimpi membangun masa depan bersama. Namun, kenyataan perlahan mengubah segalanya. Luka demi luka menumpuk, membuat cintanya yang dulu begitu kuat, perlahan terkikis.

Hatinya sudah terlanjur hancur. Eva tahu, dirinya tidak mampu lagi berpura-pura kuat, berpura-pura bahagia. Terlebih, ia tidak sanggup berbagi cinta dengan perempuan lain. Baginya, cinta adalah sesuatu yang utuh, bukan untuk dibagi. Setiap kali mengingat bagaimana Ardian mulai berubah, bagaimana perhatian suaminya terpecah untuk orang lain, rasanya dada Eva seperti diremas-remas.

Air matanya hampir tumpah, namun ia cepat-cepat menghapusnya. Tidak, dia tidak boleh rapuh. Bukan sekarang. Bukan di saat ia sudah mengambil keputusan besar untuk menyelamatkan harga dirinya, meski itu berarti harus berpisah dari lelaki yang dulu begitu dicintainya. Di tengah goncangan hatinya, Eva berusaha menguatkan diri. Ini bukan sekadar tentang perasaan. Ini tentang menghormati dirinya sendiri, tentang memilih untuk tidak terus-menerus terluka.

***

1
Mundri Astuti
bongkar sekalian Adrian....biar tau kebenarannya...
tapi kamu juga salah si Adrian ...
Mardathun Lie: otw bongkar semuanya
total 1 replies
Nur Nuy
lanjut lah ungkapin semuanya eneg sama jalang sama adenya Adrian ga ada yg bener
Nur Nuy: semangat author😍
Mardathun Lie: oke siap
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
lagiii donk...penisirin ini
Mardathun Lie: tungguin yaa hehe
total 1 replies
Nur Nuy
so sweet persahabatan ini
Nur Nuy: hehehe author
Mardathun Lie: kita juga bisa jadi sahabat KK 😁😂
total 2 replies
Nur Nuy
hahahaha mampus jalang, mampus mantan mertua eva tau kenyataan mantu jalang lu ga bener wkwkwkkw
Mardathun Lie: enaknya di apain yaa tuh mantu 😅🤣/Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
enak kan Adrian diselingkuhi ....pro...prok...
itu yg dirasakan Eva saat ia tau kamu selingkuh
Mardathun Lie: tersiksa lahir batin yaa /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeeee
total 1 replies
Nur Nuy
kasih tau tuh jalang bayar pembunuh bayaran, biar mertua nya kaget wkwkkwwk
Mardathun Lie: ide yg bagus 🤣
total 1 replies
Nur Nuy
lah ngapa jadi perkosa bukannya siksa kurung, tololl anak itu juga bukan anaklu biarin aja sih dia dipenjara
Mardathun Lie: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: okeeee
total 1 replies
Mundri Astuti
nah harus sebanding ntu balesannya, dah nyelakain Eva, mestinya penjara
Mardathun Lie: di siksa Ardian dulu yaa, baru di penjara 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
haha kebusukannya jalang dikasi tau Adrian mampus lu jalang, udah bukan anak Adrian itu jangan jangan sama adenya Adrian dia punya anak wkwkwkwk tunggu jeruji besi nunggu lu pelakor
Mardathun Lie: lu semangat banget kalau pelakor kena siksa yaa kak 🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
jangan baik banget eva jadi orang, cukup lu sampein depan keluarga Adrian kalau pelakor yang sengaja celakain lu, dan tara anaknya lisna bukan anak Adrian mampuskan
Nur Nuy: hahahaha
Mardathun Lie: yaudah deh, gpp. lanjutkan 🤣🤣🤣 senggol bacok yaa
total 4 replies
Mundri Astuti
perlu dipertimbangkan tuh va idenya Julia, hayyoo arsenn sok lahhh..gas keun...
Mardathun Lie: wih 😁😁/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
kapan terbongkarnya yak
Mardathun Lie: sabar yaa 🤩
total 1 replies
Mundri Astuti
adriann kamu tanyeee.../Frown/
Mardathun Lie: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
yg nyelakain Eva ngga dilanjutkan ke jalur hukum
Mardathun Lie: Belum, satu persatu yaa konfliknya /Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
semoga arsen jodoh eva☺☺☺kalian terlalu manis, ih kapan pelakor ketahuan ini up dikit banget y
Mardathun Lie: Itu banyak lho, 1410 kata sangat sedikit yaa /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤣🤣🤣
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
dalam penulisan kata katanya bagus
saya suka
Mardathun Lie: Makasih 🤩🤩🤩
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
aku suka penulisan nya 👍
Mardathun Lie: Makasih ❤️🤩🤩🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!