NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecelakaan

Truk pengangkut semen bergerak tak terkendali setelah mengalami masalah pada remnya. Mendadak rem kendaraan berat itu tidak berfungsi normal, padahal beberapa menit lalu masih berjalan baik. Sopir truk sudah ketar-ketir mengendalikan laju kendaraannya yang tidak menentu, ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat yang aman untuk menghentikan paksa laju truk.

Sampai di persimpangan jalan, hal yang tidak diinginkan terjadi, dengan naas, truk itu menabrak sebuah sedan putih sangat keras. Hingga sedan itu terguling berkali-kali menuju sisi jalan yang lain, mobil-mobil di sekitarnya pun ikut menjadi sasaran, dan tabrakan beruntun tak terelakkan.

Body mobil ringsek, kaca pecah, dan mobil dalam keadaan terbalik. Sudah bisa dipastikan pengemudinya tidak akan terselamatkan.

Lima mobil ambulance dan banyak mobil polisi turut mengamankan tempat kejadian, beberapa saat setelah kecelakaan terjadi.

"Sebuah truk pengangkut semen kehilangan kendali saat melaju dari arah kota menuju stasiun lama. Truk bermuatan semen itu menabrak sebuah sedan putih dan beberapa kendaraan lain yang melaju berlawan arah, kecelakaan beruntun itu menelan dua korban jiwa dan lima lainnya terluka parah...... "

Jessy berjalan gontai diiringi headline news yang menggema di balik keruwetan UGD. Wanita itu menatap kosong dengan air mata yang membanjiri pipinya.

"Kumohon bertahanlah, Ris."

...****************...

Marissa meringis pelan saat seluruh badannya terasa sakit hanya untuk sekedar mengambil napas, kelopak matanya terasa berat dan telinganya mendengung. Namun, selang beberapa detik, rasa sakit itu perlahan mereda. Marissa bisa membuka kelopak matanya, mengedarkan pandangannya pada sekitar. Wanita itu mengerutkan keningnya saat aroma melati yang kuat merasuk ke hidungnya.

Langit-langit dan semua ornamen itu, Marissa mulai berpikir dimana ia sekarang berada? Apakah ini surga? Ah, ingatan tentang kecelakaan hebat yang ia alami berputar di kepalanya, semakin menambah pening yang tak kunjung mereda.

Saat rasa sakit di sekujur tubuhnya perlahan menghilang, wanita cantik itu mendudukkan tubuhnya. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menelisik ruangan tempat ia berada. Marissa mengamati punggung tangannya, tidak ada selang infus. Ya, tentu saja tidak ada. Mustahil ia berhasil selamat setelah kecelakaan hebat itu. Apa mungkin ini surga? Tapi Marissa merasa sangsi dirinya berada surga saat ini. Mungkin ia adalah seorang dokter, dan banyak menyembuhkan pasien kecilnya. Tapi dosa segudangnya tidak mungkin hilang begitu saja. Lalu, apa ini neraka? Tapi mengapa seindah ini?

Marissa meneliti ruangan yang tengah ia tempati, ruangan dari kayu dengan ukiran dan ornamen kuno, bahkan ubinnya pun terbuat dari kayu. Oh, dan jangan lupakan bahwa wanita itu tadi berbaring di sebuah dipan dengan ukiran naga yang mempesona.

"Oh, astaga, Yang Mulia sudah kembali sadar. Dayang! Dayang! Cepat panggilkan tabib."

"Baik, Dayang Yi." balas seorang gadis muda, ia menunduk lalu pergi.

Seorang wanita yang dipanggil Dayang Yi tadi berjalan menunduk menghampiri Marissa, "Apa Yang Mulia masih merasakan sakit?"

"Sebaiknya, Yang Mulia kembali berbaring saja, sebentar lagi tabib akan datang." ujarnya sambil menunduk, tidak berani menatap mata Marissa.

"Yang Mulia?" beo Marissa.

Marissa terdiam, apa Jessy lagi-lagi menjahilinya? Dimana ia sekarang? Dan siapa wanita itu? Mengapa ia memanggilnya Yang Mulia dan lihatlah pakaian itu, seperti para dayang di drama kolosal China yang sering ditonton Jessy.

Marissa mengerjap beberapa saat, lalu. menunduk melihat tubuhnya sendiri.

"HAHH!!!!!" pekik Marissa.

"Ada apa, Yang Mulia?"

"Ada apa ini? Kenapa bajuku jadi seperti ini?" Marissa menatap sang dayang kebingungan.

"Maaf, Yang Mulia, tapi ini adalah hanfu kesukaan anda."

"Hanfu?" beo Marissa. Hanfu, Dayang Yi, apa-apaan semua ini. "Dimana Jessy? Aku harus memberi pelajaran pada wanita licik itu." ujar Marissa sengit, wanita itu turun dari dipannya sambil mengangkat hanfu panjangnya tinggi-tinggi.

Dayang Yi gelagapan melihat tingkah aneh sang junjungan, tapi ia juga terlalu takut untuk melarang. "Ada apa, Yang Mulia? Dan apa itu Je... Jes.. Jessy?" Dayang Yi kesulitan mengucapkan kata aneh yang baru ia dengar pertama kali.

Marissa tidak mengubris ucapan Dayang Yi, wanita itu berlari keluar melewati pintu-pintu kayu, tak menghiraukan tatapan bingung para dayang lainnya.

Pintu berwarna merah, ya, itu pasti pintu keluarnya. Pintu itu memiliki ukuran yang lebih besar dengan ukiran yang lebih indah. Marissa harus segera keluar, ia tahu pasti Jessy sedang menunggu di luar dengan wajah tengilnya.

Brakkkk.......

Lutut Marissa seketika melemas, di balik pintu itu bukan Jessy, melainkan pria paruh baya berbaju putih bersama seorang dayang kecil tadi. Marissa benar-benar dibuat terkejut saat mendapati halaman luas dan sebuah danau teratai yang indah. Wanita cantik itu membulatkan matanya saat dari kejauhan ia bisa melihat pemandangan sebuah bukit yang sangat indah.

"Dimana aku?" Marissa luruh, wanita itu bersimpuh dengan wajah kalut.

"Yang Mulia apa yang anda lakukan? Ayo bangkitlah." Tabib dan dayang tadi merangkul kedua lengan Marissa, membawa wanita berbalut hanfu putih itu kembali ke dalam.

Dayang Yi datang dan turut membantu Marissa berbaring di kasur beludru yang sangat nyaman.

Tabib dengan cepat memeriksa keadaan Marissa, memastikan bahwa ia baik-baik saja. Setelah berbincang dengan Dayang Yi, tabib itu langsung undur diri.

"Apa Yang Mulia menginginkan sesuatu?"

Ya, aku ingin pulang, batin Marissa. Wanita itu masih menatap langit-langit dengan gamang.

"Tolong ambilkan air, aku haus." ujar Marissa.

Dayang Yi terdiam heran mendengar sang junjungan mengatakan kata 'tolong'. Tak urung, ia cepat mengambilkan air minum di cangkir porselen yang indah.

Marissa bangkit, ia terduduk dan menerima uluran cangkir dari Dayang Yi. Ia meminum air itu hingga tandas, otak dan tubuhnya perlu didinginkan dengan air.

"Jadi, kau Dayang Yi?" tanya Marissa.

Dayang Yi mendongak, lalu menganguk dua kali.

"Siapa aku?" tanya Marissa lagi.

"Maksud anda?" Dayang Yi mengerutkan keningnya. "Tentu saja anda adalah Selir Agung Wu Li Mei."

"Maksudmu aku berada di Dinasti Ming?"

Dayang Yi mengangguk.

"Kaisar....Zhou Xiu Huan?"

Dayang Yi kembali mengangguk dengan wajah bingung.

Marissa tertegun, menoleh ke kanan dan kiri, berharap ini hanya mimpi. "Tolong, ambilkan aku cermin."

"Baik, Yang Mulia."

Dayang Yi mengambil sebuah cermin di meja rias sang selir, memberikannya pada Marissa.

"Terima kasih, sekarang pergilah."

Saat Dayang Yi sudah pergi, Marissa mengangkat cermin itu.

"TIDAKKKKKKK!!!!!!!"

...****************...

Setelah satu hari penuh menangis sampai tertidur, Marissa terbangun saat perutnya meronta minta diisi. Ia baru sadar jika kemarin ia tidak menyantap apapun, terlalu kaget membuatnya lupa untuk mengisi perutnya.

Marissa mendesah pelan, ia kembali berkaca dan mendapati wajah yang sama. Wajah cantik Wu Li Mei, Selir Agung Kekaisaran Ming.

Wu Li Mei dari Dinasti Ming, adalah seorang tokoh cerita fiksi karya sang sahabat. Benar, Jessica, berjudul 'Back In Time'. Jika saat ini dirinya terlempar ke dalam sebuah cerita fiksi, apa yang harus ia lakukan? Apakah ini adalah kehidupan kedua yang diberikan Tuhan untuknya? Marissa berpikir demikian, mengingat kecelakaan yang ia alami, mustahil ia bisa selamat dan kembali hidup sebagai Marissa Darwanti.

Wu Li Mei, mengapa ia harus hidup kembali sebagai tokoh jahat dalam novel Jessy itu. Selir tamak yang haus akan cinta dan kekuasaan, terkenal jahat dan bengis, sangat beringas dalam membasmi siapapun yang menghalangi jalannya. Cintanya pada sang kaisar yang tak terbendung, membuatnya buta akan kebenaran. Wu Li Mei selalu menghalalkan segala cara untuk mencari perhatian sang kaisar, padahal kaisar sendiri membencinya. Mungkin semua orang di dinasti ini membencinya.

Marissa bergidik ngeri saat ia mengingat bagaimana akhir hidup seorang Wu Li Mei, karena Risa sendiri sudah membaca novel Jessy hingga akhir. Diakhir novel itu, tidak ada secercah kebahagiaan untuk Wu Li Mei, bahkan sang selir harus mengakhiri hidupnya karena dipenggal oleh sang kaisar.

"Jika ini kehidupan kedua ku, tentu saja aku harus hidup sangat lama. Aku tidak mau berakhir tragis seperti Wu Li Mei dalam novel Jessy." Marissa kembali mengangkat cerminnya, menatap pantulan wajah cantik Wu Li Mei, seingatnya selir ini sudah berusia sekitar 35 tahun. Tapi mengapa wajahnya masih begitu cantik, terlihat seperti gadis 17 tahun.

"Apa kau bodoh Risa, tentu saja kulitnya sangat bagus. Dia kan seorang selir." Marissa beranjak dari ranjangnya. Membuka jendela kamar yang sudah lama sekali tidak pernah dibuka, terlihat dari bagaimana macetnya engsel jendela itu.

Marissa menghela napas pelan, menikmati udara dingin dan segar. "Jelas saja kau sangat cantik Li Mei, udara disini sangat sehat, sama sekali tidak ada polusi."

"Baiklah, kalau aku harus jadi Wu Li Mei. Maka aku akan hidup lebih baik dari dirinya yang dahulu."

"Omong-omong, kemana perginya jiwa Wu Li Mei yang asli?" Risa bermonolog.

Marissa mengangguk yakin, "Aku harus mencari informasi dari Dayang Yi."

"Dayang Yi!"

"Dayang Yi! Dimana kau?"

"Dayang Yi?"

Marissa mencari sang dayang keluar dari paviliunnya, sekali lagi wanita itu terkesima dengan design dari paviliun ini. Mirip sekali dengan istana kekaisaran di Tiongkok. Risa patut bersyukur karena Jessy membuat latar cerita yang begitu indah.

"Dayang Yi!" Risa berteriak memanggil sang dayang.

"Ya, Yang Mulia."

Dayang Yi datang dengan tergopoh-gopoh, berjalan sambil menunduk, Marissa tentu tahu mengapa satu pun dari mereka tidak ada yang berani mendongak. Karena Wu Li Mei sangat kejam, tapi sekarang tubuh ini miliknya kan. Jadi, ia akan merubah citranya mulai sekarang.

"Kemana saja kau?"

"Ma-maaf, Yang Mulia. Saya menyiapkan air dan sarapan untuk anda."

Benar juga, Risa mengangguk pelan, memegang perut ratanya, "Ya kau benar, aku sangat lapar."

"Apa Yang Mulia ingin menyantap hidangan lebih dulu?"

Risa menggeleng, "Aku ingin mandi lebih dulu, badan ku terasa sangat lengket." Risa mengipasi lehernya, rambut panjang itu membuatnya merasa gerah, sekalipun udara di luar dingin. Belum lagi hanfu putih pucat yang Wu Li Mei kenakan, sungguh membuatnya terlihat seperti hantu.

Para dayang membimbing Risa menuju tempat biasa Wu Li Mei berendam. Saat melewati taman bunga di halaman paviliun, Risa berhenti sejenak.

"Dayang Yi?"

"Iya, Yang Mulia."

"Mengapa taman ini sangat gersang, tidak ada bunga atau tanaman disana?" tanya Marissa terheran, "Oh, mengapa dinding ini juga kosong sekali? Apa tidak ada design interior di negeri ini. Polos sekali seperti bangunan terbengkalai."

"Bukankah anda yang meminta semua ini?"

"Aku?"

Dayang Yi mengangguk dua kali dengan wajah bingung, "Anda, Yang Mulia."

"Oh, astaga! Wu Li Mei." pekik Marissa sembari memijat pelipisnya. "Aku tidak tahu kalau Wu Li Mei ini sangat kuno dan tidak mengenal estetika. Sungguh sebuah ironi mengingat dia sangat cantik dan kaya raya." gumannya.

"Dayang, mulai sekarang aku mau ada bunga di taman itu, bukan hanya semak berduri. Aku juga ingin lukisan atau ... guci ... atau hiasan semacam itu diletakkan di pelataran paviliun."

Dayang Yi dan dayang lain menatap heran pada sang selir, bukankah dulu ia sendiri yang meminta paviliun ini bersih dan kosong tanpa hiasan. Karena dulu Wu Li Mei benci dengan segala bentu dekorasi. Mereka saling tatap, tapi juga mengangguk.

"Dan satu lagi, Dayang Yi. Jika aku berbicara padamu, tataplah mataku. Kau tidak perlu takut lagi sekarang."

1
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
missyy
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!