Caca gadis muda berusia 21 tahun, hidup sebatang kara, semenjak Ayah dan Ibunya meninggal Caca tinggal dirumahnya sendiri, Paman Jaka, adik dari Ayah Caca sudah beberapa kali mengajak Caca untuk tinggal bersama, tapi Caca selalu menolaknya.
Niat baik Caca untuk menolong seorang pria yang ditemukan Pingsan di pingir sungai samping rumahnya, harus berakhir dengan mengakhiri masa lajangnya, dan menikah dengan lelaki yang tidak di kenalnya.
Tidak ada rencana, malam ini Caca harus menikah dengan Arkana pria tampan yang tidak di cintanya, semua itu terjadi karena kesalahpahaman warga, yang melihat Caca membawa masuk pria kedalam rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Doni omes
Doni yang melihat wajah Ana menatapnya sangat lama hanya terdiam, karena Ana masih memeluknya.
"Senyaman itukah memelukku, Ariana," goda Doni sambil menaikkan kedua alisnya.
Ana yang baru menyadari kebodohannya segera melepaskan pelukannya, dan berlari ke kamar mandi karena malu. Doni melihat itu hanya tersenyum.
Setelah itu Doni keluar kamar untuk mengambil handphonenya yang tertinggal di sofa. Doni membuka handponenya melihat panggilan tak terjawab dari ayah Joni dan Papa Adrian.
Doni segera menghubungi Ayahnya, takut mereka mengkhawatirkan Ana, Ana yang sudah siap mandi keluar kamar menuju kedapur, Doni yang mendengar langkah kaki menoleh kebelakang.
Doni terkejut melihat Ana memakai kaos warna putih tanpa dalaman membuat Doni menelan salvianya, Doni segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain, bagaimanapun Doni lelaki normal.
Ana dengan santai berjalan menghampiri Doni berdiri tepat di depannya, Doni hanya diam mematung saat Ana menatap wajahnya. mata Doni tanpa sadar turun kearah dada Ana yang terlihat jelas membentuk karena kaos yang di pakai Ana tipis.
Ana mengikuti arah pandangan Doni ke arah dadanya, langsung teriak sambil menutup dadanya.
"Ih...., kak Doni Mesum!" ucap Ana kemudian pergi kekamarnya Doni lagi.
"Kamu yang menggoda duluan," jawab Doni.
Ana yang baru masuk belum menutup pintu kamar mendengar ucapan Doni segera membalikkan badannya melangkah menghampiri Doni, merasa tidak terima dirinya di bilang menggoda Doni.
Ana mendorong tubuh Doni hingga terjatuh di sofa, Ana makin mendekatkan wajahnya ke wajah doni, Doni yang sudah duduk bersandar di sofa hanya diam saat Ana semakin mendekatkan wajahnya.
Ana yang tidak terima dibilang menggoda, langsung naik ke pangkuan Doni, kini keduanya sama-sama saling pandang dengan jarak yang sudah sangat dekat.
Jantung Doni berdetak sangat cepat saat menyadari sesuatu di bawah sana tertekan oleh tubuh Ana.
"Shit," ucap Doni
Ana tetap cuek saat mendengar Doni mengumpat, Doni yang hendak mengangkat tubuh Ana supaya turun tidak bisa karena Ana melingkarkan kedua tangannya di leher Doni.
"Ana tolong turun, ini tidak benar," ucap Doni.
Ana menggelengkan kepalanya, membuat Doni semakin frustasi, Ana tiba-tiba menempelkan benda kenyal kebibir Doni, mata Doni seketika melebar, saat merasakan benda hangat menempel di bibirnya.
Ana memejamkan matanya, Doni yang merasakan Ana hanya diam saja, mulai mengerakkan bibirnya, keduanya sibuk saling membalas tidak sampai di situ, bagaimanapun Doni lelaki normal, tangannya mulai menjamah bagian tubuh Ana yang lain, membuat Ana mengeluarkan desahan.
Keduanya terkejut dengan bel pintu yang berbunyi. ada rasa cangung diantar keduanya. Doni yang menyadari Ana hanya diam mematung, segera menurunkan tubuh Ana dari pangkuannya.
"Masuklah kekamar, jangan keluar sebelum Kakak panggil," ucap Doni sambil mengecup kening Ana, seketika wajah Ana memerah dan buru-buru masuk kekamar dan menguncinya.
Setelah Ana masuk kamar, Doni membuka pintu apartemen benar tebakannya pasti Ayahnya yang datang.
"Dasar Anak nakal," ucap Ayah Joni sambil memukul pundak Doni. Doni terkekeh menangapi ucapan Ayahnya.
"Ayah sudah sarapan?" tanya Doni.
"Alhamdulillah sudah, Nak," jawab Ayah Joni.
"Apa Ana belum bangun?" tanya Ayah.
"Mungkin sebentar lagi bangun," jawab Doni.
"Bangunkan dia, Ayah menunggu di bawah, dan ini baju gantinya setelah ini kita jemput Arkana," ucap Ayah berlalu pergi meninggalkan Doni.
Doni tersenyum mengingat apa yang baru saja keduanya lakukan, untung Ayah datang tepat waktu kalau tidak bisa kilaf, Doni melangkah menuju kamar.
Tok..tok..tok, Ana yang mendengarkan ketukan pintu segera membuka pelan-pelan. Doni mendorong pintu kamar membuat Ana terkejut.
"Ini Ayah membawakan baju ganti," ucap Doni sambil memberikan paper bag ke Ana.
"I....ia Kak," ucap Ana gugup membuat Doni tersenyum sambil mengacak rambut Ana.
Entah kenapa Ana merasa senang dengan perlakuan Doni hari ini. Setelah selesai berpakaian Ana segera keluar dari kamar, Ana terkejut melihat Doni yang sudah rapi.
"Kakak mandi dimana?" tanya Ana.
"Kamar mandi dekat dapur," jawab Doni sambil memberikan susu ke Ana.
"Terima kasih Kak," ucap Ana kemudian meminum susu buatan Doni.
"Ayo, kita jemput Kakakmu," ucap Doni sambil menautkan tangannya ke tangan Ana, kedua jalan beriringan, Ana tersenyum melihat Doni berjalan sambil menggengam tangannya.
Keduanya masuk lift, masih dengan tangan saling bertautan, "Ayah ada di bawah, sementara kita diam-diam dulu tentang hubungan kita berdua," Ucap Doni tersenyum melepaskan genggaman tangannya, tapi berpindah memeluk pinggang ramping Ana.
"Biarkan seperti ini sampai kita kelantai bawah," ucap Doni.
Ana tidak menjawab ucapan Doni, tapi Ana menggengam tangan Doni yang melingkar pingangnya.
Dirumah sakit.
Caca terlihat begitu bahagia, karena hari ini akan pulang tinggal menunggu kedatangan Doni saja, Arkana tersenyum menatap wajah istrinya yang terlihat berseri, sudah tidak pucat lagi.
"Mas kok lama ya?" tanya Caca
"Sabar sayang, mungkin mereka bangun kesiangan, karena Ana membuat kekacauan lagi," jawab Arkana sambil tersenyum membayangkan kehebohan yang di buat oleh adiknya.
Caca menautkan kedua alisnya, merasa tidak percaya kalau Ana suka membuat kekacauan, gadis yang feminim dan terlihat anggun seperti Ana pasti jauh dari kekacauan.
"Mas yakin Ana melakukannya?" tanya balik Caca
"Ia sayang, katanya Ayah dia ikut jemput," jawab Arkana.
"Mas kenapa Ana orangnya ramai sedangkan Mas dingin banget," ujar Caca.
"Kamu ini, suami sendiri di bilang dingin, tunggu jahitannya kering, nanti Mas kembali hangat," goda Arkana.
Caca mencibirkan bibirnya ke arah Arkana, suaminya selalu ke arah sana saat di ajaknya ngobrol, tak lama pintu terbuka Caca dan Arkana langsung menoleh melihat siapa yang datang.
"Assalamualaikum, Nak," sapa Ayah Joni sambil tersenyum hangat menatap Caca.
"Walaikumsalam Ayah, hai Ana apa kabar?" sapa Caca yang melihat Ana dari tadi hanya diam.
"Alhamdulillah baik, Ca," jawab Ana.
"Serius kamu baik-baik saja," ucap Arkana sambil menaikkan alisnya satu.
"Huwaaa, Kakak harus tolongin Ana, dari kemurkaan Mami," ucap Ana langsung memeluk Kakaknya.
"Cih...kebiasaan," jawab Arkana ketus.
"Kak," Rayu Ana sambil bergelayut manja di tangan Arkana
"Ana, Kakak sudah menikah, jangan sampai Caca cemburu," ucap Arkana sambil mengedipkan matanya ke arah Caca.
"Astagfirullah Kak, Kakak tadi kepentok dimana kepalanya? kenapa jadi romantis." ucap Ana dengan seringai jahatnya.
Arkana mendengar ucapan Ana langsung menyentil kening Ana. "Aduh...., Arkana Sakit," teriak Ana sambil mengusap keningnya.
"Rasain," ucap Arkana cuek.
Caca hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat suaminya yang selalu usil kepada adik kembarnya.
"Apa semua sudah siap?," tanya Doni menghentikan perdebatan Ana dan Arkana.
"Sudah Mas, tadi Caca bereskan," jawab Caca
"Ya sudah, ayo kita pulang, atau masih mau menginap disini, Nak," goda Ayah Joni sambil tersenyum.
"Ayah...," ucap Caca manja, langsung memeluk lengan Ayah Joni.
Arkana menggelengkan kepalanya melihat wanita yang kini sangat di cintai bermanja ke Ayah Joni.
Mereka melangkah keluar menuju mobil yang sudah terparkir, setelah semuanya sudah masuk, mobil mulai meninggalkan rumah sakit.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, hening tidak ada suara, Ayah Joni yang duduk di samping Doni hanya diam menatap kedepan. Di belakang Arkana duduk di samping Caca, sambil membelai rambut Caca dengan lembut.
Diam-diam Doni suka mencuri pandang ke Ana, tanpa yang lain menyadarinya. terkadang kedua mata Doni dan Ana saling bertemu, dan tersenyum.
Melihat anaknya mengemudikan mobil sambil senyum-senyum, Ayah Joni menatapnya dengan intens.
Bersambung ya...
Jangan lupa dukung Menikah Muda dengan like dan votenya, kalau suka berikan hadiahnya 🙏🙏🙏
Waah gercep banget Doni langsung meluk2 aja..🤔🤔