"Loh, Kok Bisa Kamu Suka Aku?"
Kalau ada penghargaan “Cewek Paling Ngejar Cowok di Sekolah”, semua orang sepakat,pialanya pasti buat Mayra.
Axel adalah cowok paling dingin di sekolah. Tatapannya kosong, sikapnya rapi, dan geraknya terlalu sempurna untuk sekadar remaja SMA.
Saat dunia modeling mempertemukan mereka di bawah sorotan kamera, chemistry yang tak seharusnya ada justru tertangkap jelas.
Mayra mengira Axel hanya sulit didekati.
Ia tidak tahu bahwa Axel adalah manusia ciptaan.
Di antara audisi, photoshoot, dan rahasia yang tak boleh terbongkar, satu pertanyaan mulai menghantui mereka berdua:
Jika perasaan tidak pernah diprogram…
loh, kok bisa kamu suka aku?
~Salam Hangat Dari Penulis🤍
ig:FahZa09
Tiktok: Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Audisi Agensi MG
Ruangan Audisi yang di sediakan Agensi tidak terlalu luas. Hanya satu ruangan dengan lorong yang ada kursi untuk tempat tunggu peserta.
Lorong itu sudah di isi oleh beberapa peserta.Benar kata VJ,mereka tampil dengan sangat menarik. Pakaian mereka semuanya branded.
Melihat Axel dan Mayra datang bersama Nathan,mata mereka melirik penuh penilaian.
"Siapa yang bersama Nathan?"
"Apa anak baru itu orang bawaan Nathan."
"Cowoknya ganteng,ceweknya juga cantik sih."
Beberapa mereka berbisik-bisik.
"Heh,kalian! Urus saja modal (wajah) kalian.Tidak usah sibuk menilai orang lain!" Nathan memberi peringatan.
Sebagai model senior yang cukup di segani di tempat itu.
Nathan menoleh pada Axel dan Mayra."Axel, Mayra. Kalian tunggu di sini dulu ya.Aku ke dalam menemui senior."
Axel mengangguk,Mayra juga.
***
Di dalam ruangan yang tertulis ruang Audisi,sudah duduk empat orang. Diantaranya seorang wanita dan tiga lainnya laki-laki.
Mereka sibuk dengan kertas-kertas.Mereka adalah Ryu–Casting Director
Yerim –Talent Manager
Adrian–Creative Director.
Theo–Photografer.
Adrian mendongakkan kepalanya,saat Nathan masuk ruangan.
"Qyn Nathan,tumben sekali kau mau sibuk dengan urusan audisi?"
"Aku menemukan orang yang aku cari,jelas aku akan ikut."
"Benarkah? Apa dia sangat menonjol?"
"Kalian lihat saja nanti."
"Suruh dia masuk segera,jangan biarkan dia antri. Aku tidak sabar melihatnya.Sudah lama aku tidak makan dengan lauk –Istilah yang di pakai untuk seseorang yang berbakat."
Nathan sedikit mengerjakan suaranya...
"Axel,Mayra...masuklah."
Karna pintu terbuka,dan ruangan tidak terlalu besar,suara Nathan terdengar jelas.Orang-orang yang ada di lorong itu,melirik tajam . 'Apa-apaan,kenapa mereka yang cepat di panggil.'
Mayra dan Axel sebenarnya tidak enak,tapi mereka masuk saja ke ruangan itu.Lagi pula mereka tidak tahan dengan tatapan menilai dari orang-orang di lorong tadi.
Adrian yang dari tadi tidak sabar,langsung antusias saat melihat kedatangan Axel dan Mayra.'Couple Fashion,Perfect.'
"Sebutkan nama kalian." Ryu masih tidak terlalu tertarik.Baginya,wajah cantik dan tampan tidak ada artinya kalau tidak memiliki skill apa-apa di dunia artis.
"Axel,aku Axel Andrico dan ini pacarku Mayra."
Axel yang kini selalu bangga menjadi pacar seorang Mayra.
Ryu hanya melihat dari balik kaca mata yang turun sedikit ke bawah,lalu kembali pada kertas-kertas.
Berbeda dengan Ryu,Yerim lebih antusias saat melihat Axel.'Dimana bisa menemukan orang sesempurna ini? Dia masih kelihatan segar'.
Ryu membenarkan kacamata tipisnya, membuka map tanpa menatap mereka.
“Silakan berdiri di tanda.”
Axel melangkah duluan. Jaket denimnya bergeser saat ia berhenti tepat di tanda silang kiri. Mayra menyusul, berdiri di sebelah kanan. Jarak mereka pas—tidak terlalu dekat, tidak berjauhan.
Lampu dinyalakan lebih terang.Menyorot pada mereka berdua.
"Sebutkan nama masing-masing kalian bergantian". Ryu menatap lebih serius .
“Axel,” jawabnya singkat.
“Mayra,” suara Mayra menyusul, stabil.
Yerim mencoret sesuatu di kertasnya.
“Tatap kamera.” Lanjut Ryu
Axel mengangkat wajah. Tatapannya datar dan tenang. Mayra menarik napas tipis, lalu mengunci pandangan ke lensa. Tidak tersenyum. Tidak menantang. Tapi hadir sepenuhnya.
“Jalan dua langkah ke depan dan berhenti.”
Langkah mereka hampir bersamaan.
Ryu akhirnya mengangkat kepala. Matanya berpindah dari Axel ke Mayra, lalu kembali ke Axel. Seperti bukan sekadar observasi biasa.
“Sekarang,saling hadap.”
Mayra menoleh lebih dulu.Axel menyusul setengah detik kemudian.
Tatapan mereka bertemu—tanpa dialog, tanpa isyarat. Ekspresi keduanya berubah tipis. Axel mengendurkan bahunya. Mayra menahan senyum yang hampir muncul.
“Dekatkan satu langkah.”
Mereka menurut.
Kini jarak itu tinggal satu tarikan napas. Axel bisa melihat pantulan lampu di mata Mayra. Mayra bisa merasakan hangat tubuh Axel meski tak bersentuhan.
“Cukup!”
Yerim akhirnya berbicara. Suaranya rendah, tenang.
“Kalian tidak sedang akting,” katanya. “Tapi kamera menyukai ini.” Ia mengetuk meja satu kali.
“Coba kalian berdua,” Theo sang fotografer sambil mengangkat kamera. “Bikin gerakan. Bebas.”
Axel melirik Mayra sekilas,memastikan ritme.Ia melangkah setengah langkah ke depan, lalu berhenti di samping Mayra. Jaket denimnya bergeser saat ia memutar bahu, satu tangan masuk ke saku celananya. Tubuhnya miring sedikit, memberi ruang tanpa menjauh.
Mayra menangkap isyarat itu.
Ia menggeser posisinya, berdiri sejajar. Jaket crop topnya jatuh rapi saat ia menyilangkan satu kaki ke depan, bahunya condong tipis ke arah Axel. Tidak menyentuh—tapi cukup dekat untuk terasa.
“Hold.”
Axel menurunkan dagunya, tatapannya jatuh ke arah Mayra sesaat, lalu kembali ke kamera. Senyum tidak muncul, tapi sudut matanya tenang, yakin.
Mayra mengangkat wajahnya. Tatapannya tidak ke lensa, melainkan ke arah Axel, seolah kamera hanyalah saksi. Rambut panjangnya bergerak ringan saat ia menggeser badan.
Klik.
Klik.
“Jangan berubah,” suara fotografer sedikit meninggi. “Itu...itu bagus.”
Axel mengangkat tangannya, jarinya berhenti tepat di belakang punggung Mayra. Tidak menyentuh. Jaraknya tipis, hampir menyentuh udara yang sama.
Mayra menarik napas pelan. Bahunya turun, ekspresinya melembut.
Klik.
Klik.
Semua yang di ruangan menghembuskan napas tak sadar.
“Sekarang, jalan satu langkah,” perintah fotografer. “Bersama.”
Langkah mereka jatuh bersamaan. Axel menoleh ke samping, Mayra menatap lurus. Gerakan itu sederhana—tapi sinkron.
Klik.
Fotografer menurunkan kameranya perlahan. Ia menatap monitor, lalu tersenyum lebar.
“Gila,” gumamnya. “Kalian nggak akting. Tapi kelihatan seperti sudah lama satu frame.”
Di layar, foto-foto itu muncul—dua sosok berdiri dekat tanpa perlu sentuhan,gerakan kecil yang saling mengisi,dan chemistry yang terasa nyata bahkan tanpa suara.
Axel hanya mengangguk tipis.
Mayra menelan ludah.
Ruangan itu tidak terdengar seperti audisi—
melainkan seperti awal dari sesuatu yang besar.
“Terima kasih. Kami akan hubungi.”Ryu yang dari tadi sperti tidak tertarik,kini justru paling antusias.
"Axel,Mayra...selamat kalian masuk sebagai trainee kami. Mulai besok kalian sudah harus masuk kelas latihan selama 1 bulan. Kalian masuk di di kelas A."
Adrian menatap takjub pada dua orang itu.
"Apa,kami sudah mendapatkan honor?" Axel bertanya,karna di otaknya adalah dia sedang mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang agar bisa berpacaran dengan Mayra.
"Tentu,kalian sudah mendapatkan honor,dan semua fasilitas akan di sediakan Agensi.Termasuk uang makan kalian."Adrian menjawab.
Axel tersenyum senang.'Akhirnya aku bisa mendapatkan uang untuk biaya kencan dengan Mayra'.
"Karna kalian masih sekolah SMA,jadi nanti jadwalnya akan menyesuaikan ya." Tambah Adrian lagi.
Nathan yang sedari tadi menyaksikan di sisi ruangan. Berjalan mendekati Axel.Mengulurkan tangan bersalaman pada Axel
"Selamat bergabung Axel,kau tampak luar biasa di kamera."
Tentu bukan itu tujuan Nathan,dia sedang menyedot energi murni milik Axel yang terasa sangat nikmat baginya. Tapi ada yang aneh kali ini,ada desiran halus terasa sejuk yang juga keluar dari tangan Nathan.
Mereka seperti sedang bertukar energi murni.
Axel menatap Nathan,tidak percaya dengan yang ia rasakan.'Nathan,kenapa aku bisa merasakan energinya? Siapa Nathan. Dan wajahnya itu, benar-benar milikku dulu.'
*
*
*
~Apa yang sebenarnya terjadi?
~Kenapa Nathan dan Axel bisa bertukar energi?
~Simak kelanjutan cerita ini,jangan lupa like,koment,dan rating 5 ya...
~Salam hangat dari Penulis🤍