NovelToon NovelToon
Mengapa Harus Aku?

Mengapa Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Duda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arion Alfattah

Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.

Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.

"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.

"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora

Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.

Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.

Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Nasehat Bapak

"Qeela, kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada suami kamu. Dia itu lelaki yang harus kamu hormati, Nak. Kamu istrinya dan seharusnya bersikap sopan terhadap Narendra," seru Mulyana memberikan nasehat untuk anak perempuannya.

"Bagaimana aku bisa sopan padanya, Pak? Dia saja tidak sopan sama Bapak, aku masih terima kalau dia tidak menghormati aku, tapi aku tidak rela Bapak dihina seperti ini," balas Naqeela.

Bukan hanya sekali dirinya dan keluarganya mendapatkan hinaan begini dari orang-orang, tapi rasanya tidak sesakit saya ini ketika suaminya sendiri menghina bapaknya.

"Sekalipun kita tidak punya uang, kita tidak pernah meminta-minta dan tidak pernah mau menerima uang dari orang lain. Bapak itu bapak Qeela, Bapak harus di hormati termasuk dia." Dalam kesedihannya Naqeela mencoba menyusun kata demi kata untuk meluapkan kemarahannya yang selalu dia tahan-tahan.

"Zae juga tidak bisa terima sikap dia sama Bapak, daripada kita mengambil uang itu lebih baik kita kerja buruh panggul saja, aku tidak ikhlas Bapak direndahkan," timpal Zae.

"Zae, Qeela, Bapak tahu kalian sayang sama Bapak, tapi bukan berarti Qeela harus melawan suami apalagi membentaknya. Itu tidak baik, Nak. Buat Nak Narendra, Bapak kesini hanya ingin melihat Qeela saja, tidak ada maksud apapun selain untuk mengunjungi putri bapak ini. Sejak kecil Naqe5 tinggal sama bapak, ketika dia sudah menikah bapak merasa kesepian dan kehilangan. Untuk sekedar melepas rindu, bapak datang kesini dan maaf jika kedatangan bapak membuat kamu terganggu."

"Terlepas dari apapun itu, saya tahu kalau Anda sedang membutuhkan uang." Dengan nada arogan, Narendra bicara. Dia juga mendekati Mulyana dan mengambil dompet yang dia bawa sejak tadi. "Saya tahu betul saat ini kalian sedang kesulitan, maka dari itu saya ingin memberikan sepeser uang ini buat kalian. Anggap saja ini sebagai pemberian Naqeela." Narendra menyimpan beberapa lembar uang itu dipangkunya Mulyana lalu dia mundur kebelakang.

Tingkah Narendra membuat Naqeela dan Zae tertegun, uang yang tadi dilemparkan ke lantai tidak diambil lagi, tapi diganti oleh uang yang ada di dompetnya.

"Tidak usah ..."

"Saya tidak mau ada penolakan! Itu buat kalian dan kamu ..." Narendra menunjuk Zae, "Bawa Bapak kamu berobat dan pastikan dia sehat. Kalian jangan besar kepala dulu, saya melakukan ini karena saya tidak ingin melihat Naqeela berisik menangis," kata Narendra lalu pergi dari sana membiarkan ketiganya diam dengan segala pikirannya.

"Mas," ucap Naqeela begitu lirih. Ada apa dengan Narendra? Kenapa pria itu seringkali berubah sikap? Kadang kasar, kadang jahat, kadang baik, kadang arogan. Naqeela belum mengerti sifatnya Narendra seperti apa.

"Pak, ini Zae tidak salah lihat 'ka? Pria arogan itu memberikan uang pada Bapak tanpa mengambil lagi uang yang dia lemparkan ke lantai. Perlakuannya pun terkesan baik."

"Ada sisi lain yang tidak bisa kalian lihat tentang Narendra. Bapak justru merasa kasihan sama dia."

Naqeela dan Zae menoleh, "kenapa harus kasihan, Pak? Dia kan jahat," kata Naqeela.

"Betul Pak, Pria itu kasar."

"Kita bicara di taman, bisa?" ajak Mulyana pada Inara, anggukan pun di berikan Inara.

Dan di sinilah mereka bertiga berada, di taman depan dibawah pohon.

"Ra, menurut bapak, suami kamu itu baik, hanya saja ada hal yang membuat dia bersikap seperti ini. Bapak lihat dia tidak sejahat yang kamu dan kita pikirkan dan sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan."

"Sesuatu? Apa?" tamat Inara penasaran.

"Bapak juga tidak tahu, ini tugas kamu sebagian seorang istri untuk membuat suami kamu nyaman sama kamu dan mau berbagi masalah sama kamu. Kamu harus berbakti sama dia, nurut sama dia, rawat dia dengan ikhlas meski dia suka kasar sama kamu. Kelak, kelembutan kamu akan mengubahnya dan bapak yakin kamu akan bahagia bersama dia."

"Qeela tidak yakin Pak, semuanya sulit dikendalikan dan tidak tahu akan seperti apa kedepannya." Ia menghela nafas panjang, ia menunduk sedih dengan kebingungan selalu mendominasi.

"Ikhlas, kunci utama dalam semua kehidupan, sabar adalah tindakan yang harus kamu lakukan, dan tulus serta percaya adalah tahta tertinggi dalam sebuah hubungan. Bapak hanya minta kamu lakukan itu saja, carilah ridho suami kamu niscaya kamu akan bahagia. Hati dia terlihat baik, hanya sikapnya yang kurang baik. Kamu jalani saja pernikahan ini sampai kamu benar-benar lelah bertahan dalam ikatan ini, tapi jika suatu hari nanti kamu mendapatkan kebenaran maka jangan pernah merasa bersalah. Insting bapak begitu kuat tentang dia, bapak yakin dia jodoh pilihan Tuhan untuk kamu dan kamu pelengkap dalam hidupnya. Sekarang kamu masuk dan minta maaflah pada suami kamu, ajak dia bicara baik-baik dan perlakuan dia secara baik pula." Petuah demi petuah Mulyana berikan untuk putrinya, sebagai seorang ayah hanya bisa menasehati tanpa bisa ikut campur urusan keluarga anaknya. Hanya saja doa terbaik selalu dia panjatkan demi kebaikan kedua anaknya.

"Bapak yakin?" tanya Zae meyakinkan.

"Hati kecil bapak mengatakan iya."

*****

Langkah kaki Naqeela tertuju ke kamar Narendra, ia kembali teringat pada nasehat yang di berikan bapaknya.

"Apa iya aku harus baikin dia? Nanti dia malah ngelunjak dan marah-marah lagi," ujarnya seraya bolak balik di depan pintu kamar Narendra.

"Masuk enggak, masuk enggak, masuk enggak." Ucapan itu terus Naqeela ucapannya sampai beberapa kali, tanpa sadar jika Narendra sudah membuat pintunya.

Keningnya mengkerut, menatap heran pada wanita yang sedang ada di depan pintu kamarnya. "Kamu ngapain disini?"

Hah.

Naqeela menoleh. "Eh, a-aku .. I-itu.."

Kenapa jadi gagap gini sih?

Kegugupan pun tiba-tiba melanda Naqeela.

"Ngapain? Bukannya bekerja malah berdiri disini, mau apa? Saya mau pergi."

"Pergi? Kemana? Emangnya bisa pergi memakai kursi roda? Apa perlu aku temani kamu supaya nanti bisa bantu kamu?" Repleks Naqeela berjongkok di hadapan Narendra. Matanya pun menatap lekat bola mata hazel milik suaminya.

"Bukan urusanmu saya mau pergi kemana juga. Tidak perlu kamu ikut dan tidak usah bilang saya begini. Saya tahu kalau saya cacat," balas Narendra dingin sambil menggerakkan tombol yang ada di kursi rodanya.

Namun Naqeela mencekal kursinya, dia masih menatap Narendra. "Maaf."

Pandangan Narendra seketika tertuju pada mata gadis itu. "Ck, saya tidak akan mempan sama rayuan kamu, minggir!"

Helaan nafas pun keluar dari mulut ini. "Ini bukan gombalan Mas, tapi ini emang tulus dari hatiku. Aku minta maaf sudah amarah sama kamu dan terima kasih juga atas uang yang kamu berikan sama bapakku. Uang itu akan bapak gunakan dengan baik dan ini ...," lalu Naqeela menggenggam tangan Narendra, pria itu terhenyak tapi diam setelah melihat Naqeela memberikan uang yang tadi dia lemparkan ke lantai.

"Aku kebalikan uang ini sama kamu."

"Tidak usah, ambil saja!" Narendra menepis tangan Naqeela.

"Tapi ..."

"Kamu tuli, hah? Saya bilang ambil ya ambil! Itu buat bekal kamu, anggap saja gaji kamu selama dua Minggu tinggal disini, paham!" sentak Narendra lalu pergi dari sana.

"Gaji?"

1
Siti M Akil
Nalendra hilang ingatan atau aqella muka nya berubah
Siti M Akil
🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!