Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9# Mengandalkan satu sama lain
(Lengkara Savio) Asli? Namanya kaya orang Jepang. Aduhh kok bayanginnya jadi bayangin samurai X 😩
(Aluna Senja) Jae🤔 Jaenudin? Kenapa ngga Kawa sih manggilnya By, kordesnya anak teknik, again...sudah kuduga 😪 seperti tonggak yang turun temurun.
(Raras Nalula) Jaenudin 🤣🤣 Woww cewek semua. Keren...
(Meidina Sastro) Good. Pemimpin kan ngga harus cowok melulu.
(Arshaka Mandala) Gue lebih penasaran sama Senja wanna be 🤣
(Nararya Zaltan) Kasiannya mereka 🥹
(T. Zioma Arlan) Anak teknik? Foto Lo burem...coba yang jelas fotonya. Suruh foto KTP, sungkem sama suhu...penasaran gue, jarang kan cewek ambil teknik, mesin pula...suruh tunggu gue... harus gue ospek dulu, adu mekanik.
(Purwanga Mahadri) 🤣🤣🤣 mekanik versi Lo ngeri.
(Sultan Tri Alby) jangan salah, doi pake motor gede. Gahar rawrrr....jadi inceran Jovi tuh kayanya.
(T. Zioma Arlan) Bentar dulu, inceran...inceran....emang anaknya beres? Siapa tau ngga doyan laki. Atau maling.
(Aluna Senja) nih, si manusia paling suudzon lagi berkoar. Biarin aja kenapa sih, Jovi tuh lagi keluar dari kutukan jomblo akibat berteman sama Lo sama Alby. Emangnya Lo, ngga ada usahanya buat nyari... Anak gue butuh Tante, Lan...
(Nagara Kertamaru) Lan@ T. Zioma Arlan, maling yang pake motor kemaren udah ketemu?
(T. Zioma Arlan) Udah...udah. Baru aja.
(Aluna Senja) Lo kecolongan apa sih, Lan? Sampe nelfonin Maru nyuruh ketemu pak Kapolda.
(T. Zioma Arlan) Keperjakaan gue
(Aluna Senja) Arlan Jing 🔪🔪
(Lengkara Savio) 🤕 paling males nanya Arlan, ngga pernah serius. Untung Yara mirip bapaknya ngga mirip Arlan, kalo engga udah gue uwek-uwek sama nasi.
.
.
Arlan menyunggingkan senyumnya, apa sekarang? Setelah ia memasrahkan dan memilih menyerah, Tuhan seolah sedang memberinya jalan selebar-lebarnya. Apa bisa ia artikan ia dan Jae berjodoh? sebab Allah selalu mendekatkannya. Apa itu artinya, ia harus mengejar Jaekawa?
Namun gadis itu pernah bilang, jika ia tak mau lagi memiliki urusan dengannya? Ck, akhh! Persetan, itu kan dia yang bilang, bukan gue.
Sementara grup KKN 21 kini sudah tang--ting--tung, berisik sekali di sana. Jovian masih membantu Sandi menggiring anak KKN 30 memasukan barang-barang mereka masuk posko.
"Makasih bang." Ucap Sesil, sementara Jae masih mengangkut barang bersama si gadis swag Maharani.
Bianca langsung berlari terbirit-birit masuk ke dalam sambil menahan bagian bawahnya, "pengen pipisssss!"
Namun sedetik kemudian, "Jaheeee!!!"
Jae langsung masuk ke dalam bersama Sesil, sementara Salsa hanya bisa mengumpat, "poor Bu kordes...kalo gue jadi Jae udah mau pensiun dini aja, apa-apa Jae, apa-apa Jae..."
Jovi tertawa kecil bersama Sandi, "teh Nja kedua ya, a..." Sandi sangat hafal dengan itu.
Bang Jing!! Bahkan masih terngiang-ngiang di otak Jovi.
"Ada apa sih, Sil?" tanya Rani kemudian sesaat setelah Sesil keluar kembali, "kodok kecil doang."
Salsa tertawa paling renyah, "emang sering ada ya, a?"
"Kalo hujan, ngga sengaja masuk mungkin teh." Jawab Sandi.
"Untung teh Jae sabar ya teh," ucap Sandi lagi diangguki Rani, "banget, tunggu aja besok, tau-tau pada digantung Jae."
"Beres, barang udah masuk semua kan? Besok bisa langsung diberesin..." ujar Jovi diangguki Sesil, "makasih banyak bang, udah dibantuin."
Jovi mengangguk, menunjuk mobil Rani, "besok accunya di setrum lagi agak lama, nanti bisa bareng ke tempat genset."
Rani mengangguk, "siap bang. Thanks ya!"
Jae keluar bersama Bianca, "gue ngga mau pipis disana lagi, gue mau pindah posko, Jae...gue ngga mau lama-lama disini, bisa bilang pak Sul ngga kita disini jangan lama-lama, proker kita sat set aja lah, toh tematik kan cukup kali dua minggu..." wajahnya itu begitu mengenaskan menghadapi hari ini.
"Ck. Drama banget nih queen satu...my trip my adventure, remember?" tanya Rani langsung ditertawai Salsa dan Andara.
Jovi kembali tertawa kecil, ingat dengan kejadian kelompoknya itu.
"Thanks ya bang...maaf jadi ngerepotin." Jae meringis mengatupkan kedua tangannya di depan dada, Jovi mengangguk, "belum terbiasa. Ntar juga betah, justru sampe ngga mau balik." Ucapnya, tak lama...seorang perempuan datang membawa rantang makan.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam, ibu..."
"Teteh, kirain belum sampai. Macet ya teh? Eh Ada a Jovi juga..."
Dan diantara mereka, hanya Jae dan Andara yang memutuskan untuk bersih-bersih sebab kehujanan. Sementara yang lain, apalagi Bianca, ia langsung menyelimuti dirinya dengan selimut.
"Lo mandi, ya Jae, Dara? Gila, dingin ogah...gue sekaan aja pake tisu basah."
Di depan mereka kini ada nasi putih hangat, semur jengkol, goreng tahu dan tempe, lalapan dan sambal.
Bianca mencomot tahu dan tempe saja serta sambal. Begitupun Maharani, "itung-itung diet, Bi...biar nanti Rizal makin sayang..."
Andara menggeleng dengan gumaman lirih Bianca.
"Lo ngga doyan ini, Bi?" tanya Andara menunjukan potongan jengkol berlumurkan bumbu semur yang *lekoh*.
"Ini tuh surga dunia menurut beberapa orang, asli enak, coba deh, ngga bau kok." Salsa sudah mengunyahnya nikmat.
Bianca bergidik begitupun Maharani, "gue ngga pernah coba. Bau...ngga suka." Geleng keduanya menjauhkan rantang berisi makanan berbau itu.
"Nah, catat girls...siapa punya alergi, biar nanti waktu gue sama Bian belanja bisa hindarin makanan yang bikin alergi." ujar Maharani.
"Gue. Alergi makanan laut, Ani..." ucap Bianca, "gue juga ngga suka pete, jengkol.."
Maharani mengangguk-angguk.
"Asli, Bi? Lo alergi seafood?" Bianca mengangguk, "langsung gatal-gatal, langsung bengkak, ngga bisa nafas."
"Parah sii...padahal makanan laut enak." Andara mengangguk mantap disetujui Sesil.
"Ini kita mau langsung eval, rapat buat nentuin jadwal piket sama belanja? Jangan menitik beratkan sama Rani sama Bian?"
Sesil mengangguk, "baiknya gitu, Jae. Biar besok ngga saling tuduh buat beres-beres."
"Sehari dua orang apa tiga orang?" tanya Jae.
"Tiga aja, berat sama dipikul ringan sama dilempar." jawab Bianca.
Diantara suasana malam yang dihiasi oleh suara binatang bertrakea, tanpa televisi tanpa kehangatan keluarga, keenam gadis ini hanya bisa mengandalkan kebersamaan satu sama lain.
Setelah merapikan bekas makan, mencucinya masing-masing, mereka kembali berkumpul masih membalut badan dengan jaket dan selimut masing-masing mereka merapatkan agenda pertama di ruang depan.
*Piket bergilir*,
*Hari pertama : Andara, Sesil, Salsa*.
*Hari selanjutnya : Bianca, Jae, Maharani*.
"Yang piket, ngga belanja dan masak. Yang masak ngga piket." Kini Maharani yang bertanggung jawab mengatur itu sebagai sie Logistik dan Konsumsi.
Salsa mencatatnya, lalu menempelkan itu di sterofoam yang kini sudah tertempel di dinding.
Setiap agenda dan kegiatan mereka harus selalu terarah dan terencana rapi, begitu kata Jae.
Dan satu kamar itu mereka isi bersama-sama.
Setelah berkoordinasi, memasukan motornya ke ruang dapur sempit, Jae mengunci seluruh ruangan.
Bianca masih memandang langit -langit kamar dengan sorot nyalang, bersama cicak yang diam membeku seolah bersiap-siap untuk buang air, "liatin deh...dia kalo buang air disini, gue bakar rumah ini sekalian." tunjuknya dengan mata yang telah berkaca-kaca, bahkan tidur saja ia melingkarkan tangannya di lengan Jae.
"Aaa...pengen pulang," lirihnya lagi merengek sambil merapatkan selimut di badan.
"Karena Lo belum terbiasa, Bi...coba dirasa-rasain dulu. Masa baru datang udah mau pulang sih. Sia-sia dong jauh-jauh datang kesini, kita kesini kan buat KKN bukan buat liburan, tapi ya anggap aja lagi backpacker-an." Jawab Andara berusaha membantu Jae menenangkan si nona tantrum itu.
"Ngga bisa Dara, disini ngga seperti yang gue bayangkan..."
"Emang Lo bayangin bakal gimana, tinggal di hotel? Segini harusnya Lo bersyukur loh Bi, ada yang mau nampung, beginilah Bi, kondisi orang-orang yang ngga seberuntung Lo bisa tinggal di rumah gede dengan fasilitas lengkap atau segalanya tinggal hap dan pake..." kini timpal Sesil, rupa-rupanya bukan hanya Bianca saja yang kesulitan tidur dengan suara tokek di dinding luar rumah, seolah sedang mengintip para gadis KKN 30 ini.
"Bisa Lo usir ngga tokeknya, Jae....berisik banget deh, gimana gue bisa tidur.."
Bukan beranjak atau bangkit, Jae justru melempar sesuatu ke arah jendela tepat dimana tokek itu berada di baliknya.
Dughh!
Bianca tertawa, begitupun Salsa, Sesil dan Andara.
Maharani menggeleng, "kordes kita ini emang hebat. Tokek aja langsung pergi dong. Apalagi po cong."
Mereka semua langsung merapat ke arah Jae dan Bianca mendengar ucapan Maharani.
"Woyyy, engap lah!"
"Ani-ani kalo ngomong nih!"
"Do'a dulu makanya kalo mau tidur.." Maharani mengehkeh.
"Yo pimpin do'a, Bi..."
"Kenapa jadi gue?"
Namun tak urung Bianca memulai, "bismillah ...."
Mereka berdo'a bersama layaknya para bocah SD.
"Aamiin!!"
Baru saja amin, dan posisi sedikit merenggang kini,
Uekk...
Hening. Mereka langsung terdiam sejenak, dan kembali merapatkan posisi tidurnya pada Jae.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
lah ini apa🤣🤣🤣
coba pas sama jae... mendadak jadi gentleman yg soft spoken berkharisma 😅
gak melok gawe, kok arep susah... Yo wegah🤣🤣🤣🤣🤣🤣