NovelToon NovelToon
Dosen LC Itu, Milikku

Dosen LC Itu, Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Hamil di luar nikah / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Berondong
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Niat hati ingin menghilangkan semua masalah dengan masuk ke gemerlap dunia malam, Azka Elza Argantara justru terjebak di dalam masalah yang semakin bertambah rumit dan membingungkan.

Kehilangan kesadaran membuat dirinya harus terbangun di atas ranjang yang sama dengan dosen favoritnya, Aira Velisha Mahadewi

Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua? Apakah hubungan mereka akan berubah akibat itu semua? Dan apakah mereka akan semakin bertambah dekat atau justru semakin jauh pada nantinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Suara isakan tangis milik seorang perempuan terdengar masuk ke dalam telinga Azka, membuat cowok itu yang masih terlelap di dalam alam mimpi secara perlahan-lahan mulai membuka mata—merasa sangat terganggu olehnya.

Azka mengedipkan mata beberapa kali guna menormalkan kembali indera penglihatan yang masihlah sangat buram pada saat ini, lantas segera menoleh ke arah kiri, berusaha melihat serta mengetahui sosok perempuan yang telah mengganggu ketenangan tidurnya pada pagi hari ini.

Kening Azka secara perlahan mulai mengerut, saat mendapati sosok seorang perempuan asing tengah memeluk erat selimut tebal yang menutupi seluruh bagian tubuh, sambil terus-menerus menangis dan menyembunyikan wajah tengah-tengah lutut.

“Dia siapa? Kenapa bisa ada di kasur yang sama dengan aku? Apa yang sebenarnya udah terjadi?” batin Azka, dengan gerakan pelan dan penuh kehati-hatian mulai bangun dari posisi tidurnya, sembari terus-menerus berusaha mengingat tentang sosok perempuan yang sedang menangis di samping kirinya.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung, karena kepala Azka tanpa aba-aba diserang secara membabi-buta oleh rasa pusing yang tiba-tiba saja melanda. Ia refleks menggerakkan tangan kanan untuk menyentuh serta memberikan pijatan lembut pada bagian kening, sembari sedikit mengeluarkan suara rintihan penuh kesakitan.

Detik demi detik berlalu, Azka menyandarkan punggung ke headboard kasur seraya masih terus memberikan pijatan pada bagian keningnya. Ia kembali menatap ke arah perempuan itu, menggigit bibir bawah cukup kencang, sebelum pada akhirnya mulai membuka suara.

“Ma-maaf … anda si-siapa, ya?” tanya Azka dengan suara serak khas orang baru bangun dari alam mimpi.

Mendengar suara Azka, membuat tubuh perempuan itu menegang seketika, lantas secara perlahan-lahan mulai mengangkat kepala—membalas tatapan yang sedang diberikan kepadanya dengan wajah telah dipenuhi oleh banyak sekali air mata.

Azka spontan melebarkan mata sempurna sembari menelan air liur dengan begitu sangat susah payah saat melihat wajah perempuan itu—wajah cantik yang sangat-teramat dirinya kenali. “I … I … Ib-Ibu Aira ….”

Aira Velisha Mahadewi—seorang perempuan berparas cantik berumur 27 tahun yang memiliki tinggi badan 165 cm—mengeratkan pelukan pada selimut tebal yang sedang menutupi tubuh polosnya, sembari memberikan tatapan tajam nan datar ke arah Azka dengan wajah masih dipenuhi oleh banyak sekali air mata.

“Ib-Ibu nga-ngapain di sini? Da-dan … dan kenapa Ibu nangis? Ap-apa yang ud—”

Azka spontan menghentikan ucapannya saat tiba-tiba saja dirinya mendapatkan sebuah tamparan begitu sangat keras pada bagian pipi kiri. Ia semakin melebarkan mata, menggerakkan tangan untuk menyentuh pipi kirinya, sembari kembali menatap ke arah Aira—kali ini dengan sorot mata dipenuhi ketakutan serta kebingungan sangat luar biasa.

Cowok itu ingin kembali berbicara, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat kala tiba-tiba saja Aira mulai membuka suara dengan penuh amarah serta emosi yang menjadi-jadi.

“Puas kamu?! Puas kamu udah ngambil kesucian saya?! Puas kamu udah ngehancurin kepercayaan saya?! Puas kamu, Azka?!” jerit Aira, air matanya kembali turun membasahi kedua pipi putihnya yang sudah berubah menjadi sangat merah. Ia semakin mengeratkan pelukan pada selimut, sebelum kembali menyembunyikan wajah di antara kedua lututnya sambil terus-menerus mengulangi kalimatnya dengan suara serak serta bergetar hebat.

Mendengar jeritan Aira, membuat Azka kembali mengerutkan keningnya—merasakan kebingungan begitu sangat luar biasa. Namun, itu tidak berlangsung lama, lantaran ia sesegera mungkin melebarkan sempurna saat menyadari bahwa kini dirinya sedang tidak mengenakan pakaian sehelai benang sekali pun.

“Tunggu, jangan bilang aku sama ibu Aira kemarin malam ngelakuin hal itu … tapi gimana bisa? Seingatku kemarin malam aku nggak ada ketemu sama dia sama sekali … apa yang sebenarnya udah terjadi,” batin Azka, spontan menggerakkan kedua tangan untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, lantas buru-buru kembali mengalihkan pandangan ke arah Aira dengan menunjukkan ekspresi kebingungan yang disertai oleh rasa bersalah, “Ib-Ibu … Sa-saya be—”

“Keluar …,” potong Aira dengan suara begitu sangat pelan dan bergetar hebat, sambil mencengkeram erat selimut yang sedang menutupi tubuh polosnya, sebelum membalas tatapan Azka dengan begitu sangat tajam, “Keluar dari sini! Sekarang!”

Bola mata Azka bergetar sangat hebat saat melihat tatapan yang sedang diberikan oleh Aira. Ia menggigit bibir bawahnya cukup kencang, menundukkan kepala dan mengangguk pelan, lantas sesegera mungkin turun dari atas tempat tidur untuk mengambil serta mengenakan semua pakaiannya yang berserakan di lantai kamar.

Beberapa menit berlalu, setelah mengenakan semua pakaiannya, Azka menyempatkan diri untuk melirik ke arah Aira yang masih terus meneteskan air mata di atas tempat tidur. Ia menghirup udara segar sebanyak yang dirinya bisa dan mengembuskannya secara perlahan-lahan, sebelum melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan kamar sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

Sepeninggal Azka, Aira menggigit bibir bawahnya sangat kencang—berusaha menghentikan air mata yang sedari tadi terus-menerus keluar—kemudian melepaskan selimut yang masih menutupi tubuh polosnya.

Aira menyibakkan rambut panjangnya dan mengusap wajah dengan begitu sangat kasar, mencoba menghilangkan semua ingatan buruk yang semalam baru saja menimpa dirinya. Ia perlahan mulai turun dari atas tempat tidur, lalu tanpa aba-aba mengerang sangat keras kala merasakan sakit sangat luar biasa pada bagian bawahnya.

“Argh … sakit banget …,” gumam Aira, kembali mendudukkan tubuh di atas tempat tidur, kemudian menundukkan kepala untuk melihat bagian bawahnya. Ia sedikit melebarkan mata, saat menyadari bahwa bagian itu saat ini sedang dalam keadaan bengkak, “Kenapa ini harus terjadi sama aku, sih? Apa sebenarnya salahku … sampai mahasiswaku sendiri tega ngambil kesucian yang selama ini aku jaga baik-baik?”

Air mata Aira kembali tumpah, turun membasahi kedua pipi putihnya, hingga pada akhirnya jatuh ke bagian paling sensitif yang saat ini sedang dalam keadaan bengkak akibat ulah dari Azka.

Akan tetapi, itu tidak bertahan lama, karena Aira sesegera mungkin menghapus semua air mata yang turun dengan begitu sangat kasar, sebelum memaksakan diri untuk bisa berdiri—meskipun rasa sakit pada bagian bawahnya datang secara bertubi-tubi.

Begitu bisa berdiri cukup baik, Aira menghirup udara segar sebanyak yang dirinya bisa dan mengembuskannya secara perlahan-lahan, berusaha menghilangkan semua rasa sakit yang terus-menerus dirinya rasakan, lalu mulai melangkahkan kaki dengan sangat gontai menuju tempat kamar mandi berada.

Sepanjang perjalanan, Aira menggigit bibir bawahnya sangat kencang guna meredam rasa sakit pada bagian bawahnya, hingga membuat darah segera mulai mengalir di dalam mulutnya. Namun, dirinya tidaklah peduli, karena fokusnya kini hanyalah satu, yaitu sampai di kamar mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa sentuhan sang mahasiswa kemarin malam.

Beberapa menit berlalu, Aira pada akhirnya sampai di dalam kamar mandi, dan sekarang dirinya tengah duduk di bawah shower yang sedang mengeluarkan air dingin dalam jumlah sangat banyak.

Aira memeluk erat kedua lututnya, berusaha menghilangkan segala ingatan tentang kejadian kemarin malam yang terus-menerus masuk serta berputar-putar di dalam benaknya.

“Aku sekarang harus apa? Aku udah nggak perawan lagi … Apa yang harus aku bilang sama calon suamiku di masa depan nanti? Aku takut … aku takut dia nggak bisa nerima semua ini … Aku benar-benar hina banget sekarang ….”

1
Aulia Shafa
alurnya terlalu lama kak , maaaaaafff🙏
Aulia Shafa
kenapa sosok azka ini terlalu friendly banget sih , apa gak ada rasa tanggung jawab sedikitpun atas semua perbuatanmu itu 🤬🤬🤬🤬🤬
Aulia Shafa
kapan azka sama aira satu cerita lagi👍👍👍👍
Musoka: Nanti, ya 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!