NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Demi Semua Yang Bernafas Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Raja Tentara/Dewa Perang / Pulau Terpencil / Kultivasi Modern
Popularitas:75.8k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Yang Suka Action Yuk Mari..

Demi Semua Yang Bernafas Season 2 Cerita berawal dari kisah masalalu Raysia dan Dendamnya Kini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Bab 20 -

Semilir angin mengayun lembut di halaman kecil di belakang Restoran Trio Nation Bay, Pak Karim, menerima sepucuk surat dari tangan Rangga. Ia membuka lipatan kertas itu perlahan, matanya menyapu baris demi baris dengan ekspresi yang perlahan berubah serius.

Setelah membaca seluruh isi surat, keningnya mengerut dalam-dalam.

“Ada sesuatu yang tidak beres?” tanya Rangga dengan nada datar. “Kalau isinya bersifat pribadi, kau tidak perlu menjelaskannya padaku.”

Sebagai sosok yang paling misterius di Barbar City, Rangga selalu bertanya-tanya mengapa Mahatir mempercayakan surat itu kepadanya.

Mahatir bisa saja menyampaikan pesannya lewat Hedges, tapi ia memilih cara kuno — menulis surat dan meminta Rangga menyerahkannya langsung kepada Pak Karim.

Pilihan itu membuat Rangga yakin: ada sesuatu yang penting tersembunyi di balik pesan tersebut.

Pak Karim menatapnya, lalu tersenyum tipis. “Sebenarnya tidak ada rahasia besar, Nak. Mahatir pernah bilang padaku bahwa suatu hari ia akan kembali. Tempat yang ia maksud tentu saja adalah Barbar City.”

Ia berhenti sejenak, menatap surat itu dalam diam.

“Fakta bahwa kau yang menyerahkan surat ini padaku... berarti kau pasti pernah pergi ke sana. Benarkah begitu?”

Rangga sedikit terkejut, tapi kemudian mengangguk pelan.

“Ya,” jawabnya singkat. “Aku memang pernah ke sana, mengurus sesuatu.”

Pak Karim menatapnya dalam, lalu berkata pelan,

“Mahatir memperingatkanku bahwa mungkin akan ada perang besar di masa depan. Dan bukan hanya kota-kota besar — kota biasa pun bisa terseret ke dalamnya. Ia menyuruhku membawa orang-orang terdekatku dan kembali ke Barbar City jika saat itu tiba. Ia hanya... khawatir padaku.”

Tatapan Rangga menajam.

Ia tahu, Pak Karim tidak sedang jujur sepenuhnya.

Jika hanya soal kekhawatiran, ekspresinya takkan seberat itu. Tapi Rangga memilih tidak memaksa. Itu urusan pribadi mereka berdua, dan ia cukup menghormati batasan itu.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Kalau begitu tugasku sudah selesai. Aku akan makan dulu sebelum pergi.”

Pak Karim tampak hendak menahan, tapi hanya menghela napas panjang dan tersenyum kecil.

“Silakan, Nak. Sebelum kau berangkat nanti, temui Wardi — aku akan menyuruhnya memberikan sesuatu padamu.”

Rangga mengangguk sopan, lalu berbalik menuju ruang dalam restoran.

 

Pelayan mengantarnya menaiki tangga menuju lantai enam, tempat yang tidak terbuka untuk umum.

Begitu pintu ruangan terbuka, Osie sudah duduk menunggunya di sana.

Melihat Rangga datang, Osie tersenyum menggoda.

“Wah, luar biasa juga. Night Watcher Zero ternyata bisa naik ke lantai enam begitu santai. Kau tahu, kau adalah orang pertama yang aku kenal yang diizinkan makan di sini. Kakekku dulu pernah mencoba makan di lantai ini, tapi malah hampir diusir oleh Pak Mahatir sendiri!”

Rangga hanya menggeleng kecil, ekspresinya datar tapi suaranya lembut.

“Aku belum sempat memberitahumu. Aku bukan lagi seorang Night Watcher. Dan aku sudah bukan ‘Zero’ juga.”

Osie membelalak. “Apa maksudmu? Jadi rumor itu... benar?”

“Rumor apa?” tanya Rangga, sedikit heran.

Hal-hal seperti ini seharusnya tak diketahui publik.

Night Watcher terkenal karena kerahasiaannya — bahkan sesama anggotanya pun jarang tahu urusan internal.

Osie bersandar di kursinya, menatap Rangga serius.

“Di dunia bawah tanah beredar kabar kalau Night Watcher sudah menjatuhkan Scarlet Order padamu.”

Rangga hanya mengerutkan kening ringan. Ia tidak tampak terkejut.

Dalam hati, ia tahu siapa dalang di balik tersebarnya kabar itu — Dimpsay.

Pria itu pasti menyebarkannya agar para pemburu bayaran di dunia bawah menyerang Rangga atas inisiatif sendiri.

Langkah kotor yang cukup klasik.

Tapi Rangga tak peduli. Ia tahu, tak banyak yang berani menantangnya.

“Ya,” ujarnya akhirnya, tenang. “Scarlet Order memang pernah dijatuhkan padaku. Tapi itu masa lalu. Sekarang tidak lagi. Aku meninggalkan Night Watcher... karena alasan lain.”

Osie menatapnya lama, lalu menghela napas kecil.

“Itu mungkin keputusan terbaikmu. Jika tetap di sana, kau akan terus menjadi pelindung orang-orang lain — bukan dirimu sendiri.”

Ia tersenyum tipis, menatap mata Rangga dengan nada setengah menggoda.

“Sekarang, kau hanya perlu menjaga aku. Dan tentu saja, keluargamu nanti. Tak masalah bagiku kalau aku harus menikah dan tinggal bersama kalian.”

Wajah Osie langsung merona. Ia sadar ucapannya barusan terdengar terlalu jujur.

Rangga terkekeh kecil, menyentuh ujung hidungnya.

“Sepupuku sepertinya orang baik. Memang tidak kaya raya, tapi kau juga bukan perempuan yang kekurangan uang. Mau kupertemukan dengannya?”

“Ugh! Dasar menyebalkan!” gerutu Osie sambil berpaling.

Mereka tertawa kecil.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawa hidangan yang baru saja disiapkan oleh koki terbaik restoran itu.

Rangga mengambil sumpitnya dan mencicipi sedikit.

Begitu rasa itu menyentuh lidahnya, matanya terpejam sejenak tanpa sadar.

Sudah lama ia tidak merasakan kelezatan sehalus ini.

Dulu, ketika masih di Barbar City, masakan buatan Sisil Bahri sudah cukup enak. Tapi tetap saja, cita rasa buatan koki Trio Nation Bay dan Pak Karim tak tertandingi.

Osie juga merasakan hal yang sama.

Keduanya makan sambil berbincang santai, menikmati kehangatan singkat yang jarang mereka miliki.

“Ngomong-ngomong,” tanya Rangga di sela makan, “ada kabar tentang tulang naga lainnya?”

Osie mengangguk. “Ada. Aku sudah menyuruh beberapa orang untuk mencari. Jangan khawatir, kita melakukannya lewat jalur resmi.”

“Bagus,” Rangga menatapnya puas. “Berapa lama kau pikir aku bisa tinggal di Kota NewJersey kali ini?”

“Mungkin sekitar dua puluh hari,” jawabnya sambil berpikir. “Atau bahkan kurang?”

Rangga tersenyum samar. “Aku tidak yakin juga. Tapi satu hal pasti — kau akan ikut denganku saat aku pergi nanti. Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja. Kau sudah banyak membantuku, dan aku bukan tipe orang yang melupakan jasanya orang lain.”

Osie menatapnya lama, lalu tersenyum lembut.

“Aku percaya padamu,” katanya pelan.

Mereka melanjutkan makan dengan tenang, berbagi percakapan ringan di sela waktu.

Beberapa saat kemudian, Rangga memanggil pelayan dan berpesan agar memberitahu Wardi bahwa ia akan pergi.

Tak lama, Wardi datang tergesa, membawa sebuah kotak kecil di tangannya.

“Ini titipan dari guruku untukmu,” katanya dengan nada hormat.

“Beliau berpesan — kalau suatu hari kau dalam bahaya, tekan tombol di dalam kotak ini. Itu akan menolongmu.”

Rangga sempat terdiam. Ia menatap kotak itu, bentuknya aneh, seperti alat mekanis kuno.

Awalnya ia tak menganggapnya penting. Bagaimanapun, Pak Karim hanyalah orang biasa — kehidupannya di kota ini tidak mudah.

Bahkan dulu, karena persaingan bisnis, ia hampir kehilangan lengannYa karena orang-orang Keluarga Dirgantara di Kota Veluna.

Namun tetap saja, Rangga menerima pemberian itu dengan hormat.

Ia menatap Wardi dan berkata pelan,

“Sampaikan terima kasihku pada Pak Karim.”

“Baik, Tuan Rangga,” jawab Wardi. “Biar saya antar kalian keluar.”

Rangga berdiri, menatap Osie yang tersenyum kecil di sebelahnya.

Lalu keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruangan, diiringi langkah ringan dan percakapan samar — dua sosok yang baru saja menutup satu bab dari kisah panjang yang belum selesai.

Ciee.. uda kayak sepasang kekasih aja ya...

Bersambung...

1
Was pray
para penghianat night wachter belum ditindaklanjuti kah?
teguh andriyanto
aamiiin
teguh andriyanto
sehat2 Thor... jangan diambil ati komen pedhes dari kita.. jadikan obat dan semangat buat moles novel jadi de best.. sehat n sukses sll💪💪
teguh andriyanto
tar habis Wiji, gantian Devan, krish, Sisil.. Ampe tamat bisa 6 season ya Thor..🤣🤣
teguh andriyanto
Thor, gwe kawatir. ntar ternyata Rangga ini laki maho kamu buat di akhir novel 🤣🤣
Was pray
kecerdasan Rangga masih kalah jauuuuuuuuuh dari prof. Q, ibarat anak TK dengan sarjana. prof. Q bekerja dengan otot dan otak jadi pertimbangan 1000 x untuk mengambil satu tindakan, sedangkan Rangga bekerjanya banyak mengandalkan otot daripada otak, /CoolGuy//Toasted//Gosh/
chaa
aminn... semoga cepat sembuh thorr💪
Teguh
Rangga boejang kelana
teguh andriyanto
hiyellleh...
teguh andriyanto
dan kayaknya para reader perlu mengumpat lagi kayaknya... 27 tahun ,sakti .. jadi MC lagi.. tapi goblok🤣🤣
teguh andriyanto
di S1 aku banyak mengumpat, tapi di S2 ini yang ada ada hanya ketegangan tanpa sempat mengumpat.🤣🤣🤣.. semangat Thor 💪
Was pray
bunuh prof. Q, kalau dibiarkan hidup ibarat menanam racun dalam tubuh
Was pray
moga cepat sehat thor 💪
Was pray
masalah dengan Liana gak beres2, membosankan thor
Was pray
hadges lenyap muncul prof. Q yg lebih sinting
Was pray
jawaban Rangga terhadap pertanyaan para wartawan kurang memuaskan, apalagi saat diminta pertanggungjawaban terhadap korban masyarakat sipil , mengapa gak ditanya balik apa peranmu sebagai masyarakat terhadap kedamaian dunia? night wachter cuma berusaha membantu dunia untuk menghalau pihak2 yg mengancam kedamaian dunia, tapi itu bukan tanggung jawab mutlak night wachter
Was pray
satu masalah belum kelar sudah ada masalah baru di barbar cuti, kapan bisa selesai itu masalah? Rangga bukan TUHAN,Rangga tetap manusia yg punya batas kemampuan
Was pray
apakah dirman akan gugur? padahal Rangga belum siap secara mental untuk memegang tampuk kepemimpinan night wachter , masih butuh bimbingan dirman dalam mengambil kebijakan terhadap night wachter
wan auw
the best pkonya bah mantap
hackauth
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!