NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggilan Sayang

Keesokan paginya tepat pada pukul 7 pagi keluarga Robert telah berkumpul untuk makan malam, baik istrinya dan Bram beserta Naura.

Namun 2 tempat masih belum terisi, manandakan bahwa Bara dan Alina masih ada dikamar mereka.

"Bara sama Alina mana? Kenapa belum bergabung?" Tanya Robert dengan menatap satu persatu anggota keluarganya.

"Mungkin masih tidur, maklumlah mereka pengantin baru mas." Jawab Lisa, istrinya.

Bram langsung memandang tak suka ke arah ibunya, namun Lisa memang sengaja mengatakan itu untuk membuat Bram tak lagi memikirkan Alina lagi, dan menyerah akan keinginan bodohnya itu.

Mendengar jawaban istrinya Robert pun tersenyum, "iya kamu benar sayang, saat ini mereka masih tidur karena semalam melalui malam pertama." Kata Robert dengan tangan sibuk mengaduk kopi hitamnya.

Tambahlah Bram panas mendengar ucapan ayah tirinya barusan, ia tidak bisa membayangkan Alina dan kakak tirinya semalam menghabiskan malam pertama mereka.

Hatinya sakit, seolah ada yang mengiris-iris bagian tubuhnya. Dibawah meja tangannya pun terkepal.

Naura bisa melihat kegelisahan, dan rasa tidak suka suaminya itu. Hingga kemudian terdengar suara jerit yang kencang yang arahnya berasal dari kamar Bara.

Suara yang Bram hapal betul siapa pemilik suara merdu itu, ia seketika ingin bangkit dan mencari tahu namun sayangnya Naura lebih dulu menahan tangannya.

Naura mengeleng, tanda ia tak ingin suaminya ikut campur.

"Suara apa itu?" Tanya Robert memicing.

"Itu suara Alina ayah, biar aku cek ya?" Tawar Bram dan berdalih supaya ia bisa mencari tahu apa yang terjadi pada Alina sehingga mantan kekasihnya itu bisa sampai berteriak.

"Tidak perlu kak." Lirih Naura dengan mengeleng.

"Lepaskan gue, sialan." Umpat Bram berbisik, nyaris tak terdengar oleh ibunya dan ayahnya.

Naura tak kuasa menahan tangan Bram saat pria itu menarik tangannya kuat. Terlebih ia tak sebanding dengan kekuatan yang di miliki suaminya itu.

"Ya sudah kamu cek kakak kamu Bram, sekalian ajak mereka bergabung untuk sarapan." Titah Robert.

Dan peluang baik itu datang padanya, Bram pun mengangguk dan segera bangkit dari tempat duduknya. Dengan langkah cepat ia menaiki tangga dimana sosok yang ia cari berasa di dalam kamar kakak nya.

***

Malam itu ketika Bara memutuskan tidur disamping Alina setelah ia keluar dari toilet, saat itu Bara tidur hanya mengenakan celana kolor saja, lalu ia bergabung tidur bersama Alina tanpa mengenakan kaos.

Pria itu juga berani memeluk Alina saat istrinya itu sudah terlelap tidur, karena jika Alina dalam kondisi sadar sudah pasti ia akan berontak dan enggan di peluk Bara yang kini telah menjadi suaminya.

Teriakan Alina yang memekakkan telinga tentu saja membuat Bara yang sedang tidur nyenyak terbangun, pria itu membuka matanya dan menoleh kepada Alina.

"Kenapa teriak teriak sweety, suami kamu ini masih mengantuk." Ucap Bara yang kini tengah berusaha bangun dan bersandar pada bahu ranjang.

Alina menoleh ke objek lain, demi ia tak bisa melihat postur suaminya yang terbuka bagian atasnya. Tubuh yang bidang dan atletis itu mampu membuat Alina cukup tak bisa mengeluarkan satu kata pun.

Hingga Bara yang gemas melihat reaksi pagi istrinya itu otomatis ia malah mendekat kearah istrinya yang duduk di tepi kasur.

Merasa ada yang dekat dengan bahunya, ia tahu bahwa itu suaminya. Namun Alina tidak mau melihat ke arah suaminya.

"Jangan dekat-dekat kak." Pinta Alina dengan suara tercekat.

"Memangnya kenapa?"

Belum saja Alina akan bersuara suaminya itu justru kini malah memeluk bahunya. Mata Alina seketika menoleh pada Bara dan mendelik pada suaminya.

"Kak tolong jangan seperti ini, aku gak nyaman." Lirih Alina yang sudah gemetaran.

Bara tersenyum tipis melihat istrinya yang gugup dengan tangan yang gemetaran, entah mengapa melihatnya Bara menjadi ingin menggoda mainan barunya itu.

"Hey aku ini suami kamu, jangan merasa gak nyaman gitu sweety." Bisik Bara yang buat Alina meremang.

Alina berontak dengan melepaskan secara kasat tangan Bara yang tadi bertengger pada bahunya.

Dengan cepat Alina turun dari kasur besar itu, lalu ia menatap jendela yang masih tertutup korden berwarna coklat keemasan.

"Maaf kak aku belum terbiasa."

"Belum terbiasa tidur bersamaku?"

"Iya." Jawab Alina gugup dan singkat.

Padahal sebenarnya Alina tak kuasa melihat sosok yang berbeda jenis dengannya santai nya bertelanj*Ng dad4.

Bara bangun dari tempat nyamannya tadi dan berjalan mendekati Alina, pria itu kembali mengajak Alina berkontak fisik. Kali ini Bara memeluk Alina dari belakang, hal ini membuat Alina terkejut.

"Kak, jangan seperti ini." Gugupnya tak terbendung.

Alina merasa frustasi memiliki suami macam Bara, sudah tahu mereka menikah bukan karena cinta. Tapi pria itu selalu saja menempel padanya, sungguh membuat irama jantungnya menjadi kacau tak karuan.

Bara mengecup sekilas bahu Alina yang masih tertutupi kain, tangan Alina langsung merem4$ ujung atasannya karena ia begitu gugup, matanya pun terpejam dengan nafas yang sudah mulai kehabisan oksigen.

Braak.....

Suara pintu terbuka dengan keras mampu membuat Bara menghentikan aksinya yang tangannya sudah berpindah untuk melepaskan kancing piyama Alina.

Bara dan Alina sama-sama terkejut, lalu keduanya reflek menoleh ke arah pintu yang terbuka. Alina terkejut ternyata Bram yang telah membuka pintu kamar barusan.

Jika Alina terkejut, beda dengan reaksi Bara yang malah menyoroti kedatangan Bram yang justru menganggu rencananya untuk bermesraan dengan Alina.

Sedangkan Bram hatinya panas melihat keduanya.

"Kak lepas ada kak Bram."

"Diam, biarkan saja penggangu itu melihat kita."

Alina yang mencoba berontak terpaksa terdiam, ia tak bisa berkutik ataupun lepas dari pelukan Bara yang kian mengerat.

Namun kondisinya saat ini membuatnya malu terlihat oleh mantan kekasihnya itu, bagai orang yang ketakutan kepergok tengah berselingkuh dari suaminya.

"Kenapa Lo buka pintu gak ketuk dulu." Keluh Bara dengan intonasi tinggi.

"Sorry tadi gue lupa, tadi ayah bilang kalian sudah ditunggu dibawah." Jawab Bram beralasan.

Padahal sedari malam pria itu tak bisa tidur karena memikirkan malam pertama Alina bersama kakak tirinya. Sungguh keadaan ini membuatnya stres dan kesal bahwa ia dan Alina harus tinggal dalam satu atap.

Seharusnya ia bisa senang, namun statusnya kini membuat Bara tak suka dan tak berdaya. Keinginannya untuk bersama Alina sudah pupus lama oleh keegosian ibunya.

"Keluar gak Lo, harusnya ketuk pintu dulu. Gak sopan banget sih Lo." Omel Bara memarahi Bram.

Bram tak menjawab, ia malah acuh dengan keluahan dari Bara, hingga ia menutup pintu kamar kakak tirinya dengan kasar.

Braak....

"Dasar gak punya otak." Geram Bara dengan kedua tangan terkepal.

Alina terkejut menatap jam dinding di kamar, ternyata ia tidur terlalu lama hingga ia baru tersadar bahwa ini sudah jam 8 pagi. Namun untungnya ini weekend dan ia tak ada jadwal kuliah.

"Kak ini sudah pagi, tadi kak Bram bilang kalo ayah menyuruh kita untuk sarapan bersama." Ucap Alina yang kemudian ia melepaskan kedua tangan Bara pada pinggulnya.

"Ayo kita mandi bareng." Ajak Bara menarik tangan Alina.

"Kak...." Tolak Alina.

"Oke kamu dulu saja yang mandi, nanti aku menyusul."

Alina terlihat lega saat suaminya itu tak memaksanya untuk mandi bersama, nafasnya pun mulai teratur kembali.

Di dalam kamar mandi ia tak ingin membuat keluarga suaminya menunggu lama sehingga ia menguyur badannya dengan kilat dan bersiap mengganti pakaiannya dengan pakaian sederhana sehari-hari nya dirumah.

Saat Alina keluar Bara malah terlihat santai di depan cermin hanya menggunakan handuk menutupi bagian v1talnya, pria itu sibuk menyisir rambutnya yang setengah basah.

Alina mengernyit melihat suaminya seolah telah mandi, aroma harum bak sabun cair maskulin sudah menguar.

"Sudah mandi sweety?" Tanya Bara lembut menatap pergerakan Alina dari cermin.

"Iya kak, memang kak Bara sudah mandi ya?"

Bara mengangguk, " tadi aku mandi di kamar sebelah. Dikamar tamu." Jawab Bara yang kini sudah menyemprotkan parfum perpaduan musk, Citrus, Aqua dan Woody tercampur menjadi satu dan menghasilkan parfum maskulin.

Aroma yang sangat cocok dengan kepribadian Bara yang maskulin, dan bebas serta penuh vitalitas.

Harumnya badan Bara yang belum memakai kaos atau kain apapun begitu jelas tercium oleh Alina.

"Ooh" jawab Alina santai dan singkat.

Alina kemudian duduk disofa sambil ia menunggu Bara selesai dengan kegiatannya, hingga akhirnya pria itu hanya memakai kaos oblong berwarna putih dengan celana pendek dengan model banyak kantong.

"Ayo kita kita sarapan bersama dengan ayahku, my sweety....." Ajak Bara.

"Bisa tidak kak Bara gak panggil aku dengan sebutan itu." Protes Alina tak suka dan terdengar aneh.

"Kenapa? Itu panggilan sayang kakak untuk kamu." Jawab Bara yang tak meminta izin Alina, ia sudah menarik tangan Alina.

Alina kesusahan menyamai langkah Bara yang panjang, maklumlah tinggi Alina hanya sebatas  telinga bawah Bara saja. Alina gadis yang mungil, namun ia memiliki wajah cantik bak boneka Barbie.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!