Kanaya Putri, atau sering disapa Naya itu selalu dikasih jatah 25 ribu perhari oleh suaminya Adi. Uang 25 ribu tersebut harus cukup untuk mencukupi makan satu keluarganya yang berjumlah 6, itu pun sudah termasuk Naya dan juga Adi. Setiap hari Naya harus memutar otak untuk dibuat apa dengan uang 25 ribu tersebut. Jika lauk yang tak sesuai selera, Naya lah yang mendapatkan segala cacian dari keluarga suaminya. Naya sampai frustasi karena sikap pelit suaminya. Suatu hari tak sengaja Naya melihat sang suami sedang PDKT dengan mantan pacarnya, karena mencium bau- bau perselingkuhan, Naya pun mulai masa bodoh. Dan ketika ia mulai menemukan suatu aplikasi yang bisa menghasilkan cuan, Naya pun mulai enggan untuk bersikap jujur. la menyembunyikan gajinya dari keluarga suaminya yang pelit bin medit itu.
Lalu disaat Naya hendak membongkar perselingkuhan suaminya itu, malah dirinya dituduh menggoda ayah mertuanya. Lantas sikap ара
yang akan di ambil Naya nanti?
Yuk ikutin Kisah Naya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"hemm, ini beneran sikat habis Nda? Kok kesannya aku kayak maling ya? Penjahat dong" seru Naya mulai ragu.
Apakah akan ia kepet habis atau tidak. Hatinya sedang bergejolak menimbang baik dan buruknya.
Ck!
Si Nanda berdecak kesal, bestinya ini terlalu banyak pertimbangan. Untung tidak ada antrian dibelakang mereka, sehingga selama apapun tidak akan ada yang mengganggu.
"elah, maling harta suami yang zolim bin medit mah sah- sah aja kali Nay, kalau gak percaya tonton deh ceramahnya ustdzah yang bicaranya ngapak itu." sahut Nanda sembari memutar bola matanya sampai juling ke atas.
"eh iya kah? Ya udah kalau halal mah, akan senang hati ke kupet sampai ludes. Biar mampus kelejetan tuh mas Adi. " Naya pun akhirnya lega. Ia pun mulai menarik sejumlah uang sampai berkali-kali karena berniat menarik habis uang suaminya.
Bukankah maling harus totalitas?
" lah kok, ini cuma mentok di 10 juta Nda?" tanya Naya heran. Pasalnya ia tidak pernah narik uang sebanyak itu. Paling mentok 2 jutaan. Itu pun sudah bertahun-tahun yang lalu.
"lah iya aku lupa, batas minim penarikan cuma 10 juta Nay, ya udah di lanjut besok saja. Tapi kamu ambil sendiri ya, aku sibuk, mau kejar target tulisan aku. Kemarin sempat libur sih" kata Nanda.
"hemm, oke deh" Naya mengangguk mengerti.
Kemudian menyimpan uang dan ATM suaminya kedalam tas buluknya.
"pulang nih?" tanya Nanda memberi kode
"ya gak lah, kamu udah bantuin dan support aku sampai aku jadi penjahat begini masa gak aku kasih upah. Yok nge mall" ajak Naya dengan sumringah.
"bukan penjahat Naya, tapi kamu cuma mengambil hak kamu yang selama ini tak Adi kasih" ralat Nanda sembari menggerutu.
"iya itu lah pokoknya. Yuk ah jalan, mumpung aku punya banyak uang nih. "
"kita ngebakso aja, yang murah- murah aja Nay, itu aja aku udah seneng kok. Sisanya kamu tabung untuk masa depan kamu. Kamu berencana jadi jendes kan ? Ya udah, uangnya buat modal jandamu nanti" tolak Nanda yang lebih memikirkan nasib Naya.
Lagi pula, tabungan Nanda selama menjadi penulis
sudah banyak dan menggunung di rekening.
"aduh baeknya bestie aku, pengertian banget sih kamu. Tapi gak apa-apa kok, ngehabisin sejuta dua juta kan gak ada salahnya, gak setiap hari kan?
Lagi pula aku jarang sekali ngemall kali Nda, terakhir... tidak pernah malah, heheeeeee..
Mau ya, temani aku ngemol, Nanti disana aku traktir indomie deh supaya kamu gak terlalu gak enak sama akuh.." seloroh Naya sambil cengengesan.
"aduh Nay, jauh-jauh ke mall cuma mau makan indomie? Di warungnya mang cecep malah ada pentolnya." gerutu Nanda.
Heheheeee!
"mau ya ya ya...?" Naya memasang mata puppy eyes.
"ya deh, dari pada nanti malam roh mu gentayangan nge mol sendirian kan bahaya" seloroh Nanda.
Akhirnya Nanda pun menemani Naya untuk jalan-jalan ke mall, karena perjalanan cukup serta Nanda yang cuma membawa satu helem, akhirnya motor Nanda titipkan di penitipan moton dan mobil, setelahnya keduanya naik bus untuk menuju ke pusat kota tempat mereka tinggal.
"Nay Eling Nay, kamu butuh modal saat menjendes nanti. Jangan kalap gitu ah" Nanda mengingatkan saat Naya memilih banyak baju.
"aku gak punya baju bagus Nda, bajuku sudah bulukan semua. Itu pun baju semasa aku gadis dulu" sahut Naya.
"hemmm, iya deh terserah. Tapi nanti mereka curiga dong kalau kamu pulang bawa belanjaan begini?"
"eh iya ya? Kok aku gak kepikiran ke arah sana ya ?" Nanda pun mulai goyah.
"ya udah, belanjanya di pending dulu. Untuk sementara kamu pura- pura aja ngeblangsak. Dari pada mereka curiga sama kamu pas Adi sadar duitnya ilang kan?" tukas Nanda memperingati
"heeemmm, iya deh... " akhirnya Naya pun meletakan kembali baju- baju yang sempat dipilihnya ke tempatnya semula.
"sabar ya. Akan tiba waktunya kamu bahagia kok, punya banyak uang dan bisa shoping- shoping seperti ini" Nanda memberi semangat.
Naya mengangguk,
"loh mbak, kok malah mau pergi, gak jadi belanjanya?" tanya pelayan toko yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
Naya dan Nanda pun kompak nyengir kambing.
"heheeee, cuma lihat-lihat aja mbak" cengir Naya.
Si pelayan pun mendengus,
"ck, bilang aja kere. Kalau gak punya uang mending gak usah deh sok mau beli mbak. Bikin kesel aka!" dengus si pelayan kesal. Ia sudah berharap bahwa kedua wanita itu belanja banyak di toko tempatnya kerja, dengan begitu ia akan mendapat komisi. Eh taunya gak jadi.
"ih mbaknya judes banget, gak boleh gitu sama calon pembeli" balas Naya juga mendengus.
"lah memang situ mau beli ? Cuma lihat doang kan ?
Dah sana huusss! Pergi yang jauh! Merusak pemandangan aja!" usir si pelayan.
Naya yang memang pada dasarnya bar bar pun hendak membalas, siap jambak- jambakan malah. Tapi dengan sigap Nanda mencekal lengan Naya dan membawanya keluar dari toko tersebut.
"sabar Nay, jangan terpancong emosi. Kita yang salah juga telah memberi harapan palsu ke embaknya" seru Nanda.
"maaf ya mbak," seru Nanda lagi kepada si pelayan toko.
Si pelayan mendengus kemudian mlengos melanjutkan pekerjaannya melayani calon pembali lain.
"eh songong tuh orang, minta di tabok pantatnya yang bahenol itu!" sungut Naya kesal dengan tanggapan mbaknya.
"udah, biarin aja. Nanti juga kena kurma sendiri. Orang judes begitu bos mana mau lama- lama memperkerjakannya?" seru Nanda nampak santai.
Huuuhhh!
Naya menghela nafasnya kesal.
"mending kita nonton aja yuk Nay, ada pilem baru loncing tau gak. Judulnya Mak Lampir ngesot di selokan. seloroh Naya.
"wuuiiih, seru kayaknya tuh. Kui lah" keduanya memang suka dengan film horor, lantas duo somplak itu pun langsung meluncur ke bioskop. Kapan lagi bisa nonton seperti ini coba?
Selesai nonton keduanya pun makan di restoran yang ada didalam mall tersebut.
"mau pesan apa Nay? Sussi mau?" rupanya mereka kini terdampar di resto jepang.
"alah gak doyan aku makan makanan mentah.
Berhubung kita ada di resto jepang, aku maunya makan favoritnya Naruto. Mie yang kayak di rebonding itu loh, ada telor setengah mampusnya terus ada daging rusanya" ujar Naya.
Pfftttt!
Nanda pun menahan senyumnya, sampai- sampai ketawanya lompat kebawah dan berakhir lewat jalur belakang.
Pret
Preeeettt!
Tak sengaja Nanda kelepasan. Sontak Nanda pun menutup wajahnya rengan buku menu.
" eh kampret, kentut gak bilang- bilang loh Nda, jorok lu! Gila mana bau bang ke lagi!" ucap Naya misuh- misuh sendiri.
Beruntung tempat duduk mereka berada di pojokan, terus didukung resto yang lumayan sepi. Jadinya Nanda tidak malu didengar orang lain. Hanya Naya yang tahu dirinya mengeluarkan gas beracun.
"heheee... Sorry Nay, kelepasan aku... " Nanda nyengir kuda.
"mbak mbak!" nanda pun memanggil pelayan.
Pelayan datang dan mulai menyatat pesanan mereka.
Keduanya makan dengan nikmat. Sesaat Naya melupakan semua permasalahan rumah tangganya. Di sini ia enjoy, kalau tak lihat waktu sudah menjelas sore, Naya tak mau pulang.
"tunggu Nda, aku mau beli burger sama ayam cabean dulu" Naya mau membeli sesuatu yang dulu sempat membuatnya ngiler.
Tapi berhubung dia sukanya kartun spons kuning, ia lebih memilih burger saja ketimbang pizza. Pizza kan potongannya cukup banyak, ia takut dimintai keluarga suaminya nanti, sedangkan ayam nya mau dia kongsi sama adek ipar kesayangan.
"ya udah, " Rupanya Naya tidak membeli untuk dirinya sendiri, ia juga membelikan untuk Nanda.
"nih buat lo, makan bareng keluarga lo nanti
dirumah" Naya menyodorkan kantong berisi pizza dan ayam goreng tepung original. Berbeda dengannya yang di cabein.
"makasih ya Naya, kamu memang ter the best!" puji nanda.
Naya tersenyum kemudian keduanya pulang kerumah.
"terima kasih ya Nda, sampai repot nganterin aku pulang kerumah segala...." ucap Naya ketika Nanda mengantarkannya sampai kedepan rumah bu Indah.
"sama-sama, sekalian aku mau lihat tempat kamu tinggal. Ternyata gak buruk, cuma penghuninya aja yang pada kesurupan".
"ah suka bener aja kamu"
" aku pamit ya, inget besok uangnya sudah harus kamu tabung di bank. Bahaya kamu nyimpen uang sebanyak itu dirumah. Kalau tiba-tiba kamu di usir mendadak gimana?" Nanda nampak hawatir dengan nasib temannya. Apa lagi sekarang Naya sudah sebatang kara.
Bisa dikatakan Naya hanya punya dirinya.
"iya, kamu sweet banget sih. " hidung Naya sampai kembang kempis di perhatikan sedemikian rupa oleh Nanda. Padahal hanya orang lain, bukan seseorang yang punya ikatan darah dengannya. Sungguh Naya merasa sangat bersyukur punya sahabat seperti Nanda.
"jangan nangis, udah sana masuk. Keburu mertuamu
ngereog ntar"
Naya mengangguk kemudian ia masuk kedalam rumah. Sedangkan Nanda langsung tancap gas menuju arahnya pulang.
"habis ngelayap dari mana saja kamu Naya? Ibu bilang kamu pergi seharian ya!" sampai rumah Naya langsung mendapat bentakan dari suaminya.
Karena hampir magrib, tentulah suaminya sudah pulang.
"aku habis main sama temenku mas, emang gak boleh?"
" gak boleh lah, apa lagi kamu tidak mengerjakan apapun hari ini!" bentak Adi lagi.
"eh bawa apa an tuh kamu?" seru bu Indah saat mencium bau harum yang dibawa Naya.
"ada deh, " sahut Naya
"kasih kan ke ibu!" perintah Adi.
"ih enak saja, ini punya aku ya, dan aku gak berniat membagi. Orang kalian pelit gitu ke aku, ya aku sama lah. Ogah bagi-bagi sama kalian." kata Naya menolak dengan keras.
Naya hendak ngacir kedalam kamar, tapi tangannya keburu di cekal oleh Adi.
Grepp!
"jangan kurang ajar kamu Naya, bagi makanan kamu ke ibu!" titah Adi menatap nyalang pada istrinya.
Naya tak kehabisan akal, ia pun membalas menendang tulang kering Adi sampai si empunya mengaduh dan cekalan pun terlepas.
"malas kali aku bagi makanan aku sama ibumu mas, kamu dan ibumu saja pelit sama aku, tega hati makan enak sendirian tak ngajak aku, lah aku masa harus bagi makanan yang cuma secuil ini ke kalian." ujar Naya dengan tersenyum mengejek.
"heh, dasar istri durhaka kamu Naya!" pekik Bu Indah tak terima anaknya di sakiti oleh Naya.
"hemm, terus sebutan yang pas untuk kalian apa dong bu? Suami dan mertua zolim mah udah biasa. Gimana kalau Fir'oun jilid dua?
Kayaknya cocok tuh" celetuk Naya