Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Parisj Van Java Bandung
"Ambu, tadi ayah kesini kasih bekal buat Eneng, titipan dari eyang katanya..." ujar Alina sambil memberikan uang 20 juta pada Arin.
"Banyak sekali neng, sudah kamu bilang terima kasih sama eyang?" tanya Arin. "Sudah, tapi lewat ayah bilangnya.." ujar Alina dengan wajah malu.
"Bilang terima kasih langsung sama Eyang, jangan nggak sopan gitu ah, ambu nggak suka.. ngerti?" ujar Arin tegas dan sambil mencari nomor Hp eyang Bagja di ponsel Alina.
"ini .. cepat bilang," ujar Arin, lalu Alina menerima ponselnya yang sudah terhubung dengan ponsel pak Bagja.
"Assalamualaikum eyang Akung.. "sapa Alina, panggilannya kepada pak Bagja. "Waalaikumsalam Neng.. "ujar pak Bagja. "Eyang, makasih bekalnya tadi ayah sudah kasihin ke Eneng," ujar Alina tersipu.
"Iya sama-sama.. Semoga kamu nanti berhasil juara ya, sukses ya Neng!" ujar pak Bagja memberi semangat. "Terima kasih eyang doanya, eyang Uti ada nggak yang?" tanya Alina kemudian,
"Ada, sebentar ya neng.. "ujar pak Bagja, "Assalamualaikum eyang Uti.. sehat? "sapa Alina, "Waalaikumsalam cantik.. eyang sehat, kamu gimana udah persiapannya?" tanya bu Leni.
"Sudah eyang, mohon doanya aja, minggu malam ayah antar eneng ke bandara.. dan nanti pulang dari Korea eneng mau nginep di rumah eyang, kan dikasih libur 2 hari" ujar Alina.
"Iya nak, nanti tidur disini ya, enengkan punya kamar juga jadi mau nginep atau tinggal disini eyang welcome.." ujar bu Leni bahagia.
"Iya eyang, terima kasih supportnya.. sudah dulu ya Yang, eneng mau ngaji dulu, assalamualaikum" ujar Alina. "Waalaikumsalam sayang... "ujar bu Leni.
Selesai membaca Al Qur'an eneng pun pamit untuk tidur pada Arin, "Neng istirahat yang tenang ya supaya tenaga kamu terkumpul dan bisa fresh lagi" ujar Arin sambil menyelimutinya.
"Iya ambu.. "ujar Alina, lalu ia mulai memejamkan matanya.
Arin pun kembali ke ruang tengah dan membuka laptopnya, ia tampak memeriksa jadwal ujian mahasiswanya.
Arin sekarang ini adalah seorang Dosen lulusan S3 dengan gelar Doktor, golongan ASNnya pun menjadi naik.
Arin termasuk orang yang beruntung.. dari awal karirnya dulu sebagai asisten dosen hingga saat ini dia telah menjadi ASN DIKTI yang sangat profesional di bidangnya.
Arin juga menyelesaikan S2 dan S3nya hanya dengan beasiswa dari pemerintah.. tapi Arin tetap hidup dengan sederhana, penampilan keseharian Arin hanya dengan gamis dan hijab syar'i dan hanya mengendarai sebuah city car hatchback berwarna silver.
Hari ini hari sabtu pagi, Alina sedang berada di kamar untuk belajar berlatih mempersiapkan segalanya untuk Olimpiade Matematika yang akan diikutinya, tampak Alina sedang menyusuri perhitungan Algoritma, Calculus dan Aritmatika.
Alina terus belajar hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11:30 siang, ia pun lalu keluar dari kamar, tampak Arin sedang dengan laptopnya.. "Ambu, eneng mau minum susu Milo dulu" ujar Alina, lalu pergi ke dapur membuat es Milo dingin kesukaannya.
"Ayah mana ya, kok nggak kesini?" ujar Alina. "Coba sama eneng di telpon.. "ujar Arin. Alina pun segera mencoba menghubungi Gilang ayahnya, dan Gilang pun langsung menjawab panggilan telepon untuknya.
"Assalamualaikum ayah, .."sapa Alina. "Waalaikumsalam cantik.. "balas Gilang. "Ayah kok nggak kesini.. "tanya Alina. "Oh sayang, ayah nggak kesana karena ayah pikir kamu kan lagi belajar, ayah takut ganggu belajar kamu sayang, kenapa nak? bilang sama ayah.." ujar Gilang.
"Ayah, Eneng udah kok belajarnya tadi, sekarang eneng mau jajan ke McD.. "ujar Alina. "Mm, gitu hayu atuh ayah antar, tapi bilang dulu sama ambu ya sayang.." ujar Gilang.
"Iya ayah, ya sudah atuh.. Assalamualaikum" ujar Alina. "Waalaikumsalam.. "ujar Gilang.
Lalu kemudian Alina memohon ijin pada ibunya, "Ambu, Eneng mau jalan dulu sama ayah nanti dijemput, eneng mau jajan" ujar Alina. "Mm, iya neng hati-hati di jalan.." ujar Arin sambil membenarkan letak kacamatanya.
Alina lalu berganti pakaian dengan kaos panjang, jeans longgar ala korea dan hijab warna peach.
"Neng, ini uangnya buat kamu jajan nanti" ujar Arin sambil memberikan uang 100 ribu kepada Alina. "Iya ambu, terima kasih" ujar Alina senang, dan menyimpan di dompet pinknya.
Terlihat Gilang datang, lalu menghampiri Alina yang sedang merapikan hijabnya, "Rin.. Aku jalan dulu ya sama si cantik ini.." ujar Gilang yang kini sudah seperti teman dengan Arin.
"Oh iya sok, Lang.. titip eneng ya, jangan banyak minum es, hati-hati bawa mobilnya di jalan" ujar Arin tersenyum, sambil meluruskan hijab Alina yang masih belum rapi.
Dengan langkah yang riang Alina menggandeng tangan ayahnya menuju mobil, Alina duduk di samping Gilang.. "Neng, tahu ngga wajahmu tuh persis kakak ayah" ujar Gilang.
"Oh ya?, kakak ayah yang sudah meninggal itu?" ujar Alina. "Iya sayang... "ujar Gilang sambil menjalankan mobilnya.
"Ayah, aku mau ke PVJ aja ya.." ujar Alina manja. "PVJ?, tadi katanya mau ke McD., sekarang PVJ kamu nih.. jadi ke McD.nya cancel?" ujar Gilang sambil mencolek pipi Alina.
"Yup!,.. I think PVJ better than McD daddy, I wanna go there please.. please.." jawab Alina dengan bahasa asing sambil matanya berkedip-kedip lucu dan tersenyum.
"Okay honey, it's up to you... "ujar Gilang membalas dengan bahasa yang sama dengan putrinya itu. Gilang mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, cukup jauh ke arah PVJ dari kawasan bandung timur, tapi demi Alina apapun Gilang lakukan.
Setibanya di Mall PVJ setelah memarkirkan kendaraannya.. Alina menggandeng tangan Gilang menyusuri area PVJ. "Ayah, aku mau lihat itu" ujar Alina berhenti di satu store. Gilang pun mengangguk, lalu mereka berjalan ke arah toko aksesoris wanita, setelah selesai membayar di kasir, mereka pun melanjutkan pergi.
Alina dan Gilang tampak mencari resto untuk makan siang. "Ayah, yuk masuk kesana.. "ujar Alina yang kini mendominasi ayahnya.
"Hayu.. "ujar Gilang yang sedikit kelelahan karena harus mengitari area PVJ Mall ini yang lumayan luas.
"Eneng, eneng capek nggak?" tanya Gilang. "Engga ayah, eneng bahagia kok jalan sama ayah.." ujar Alina polos. Gilang pun hanya menghela nafas panjang lalu berjalan lagi ke arah resto yang ditunjuk Alina.
Alina pun makan dengan lahap, maklum anak seusianya memang dalam masa pertumbuhan, tidak lupa Alina juga memesan 1 cup es krim kesukaannya, Gilang memperhatikan putrinya dengan lembut..
"Cantik juga anak gue, bening kalo kata anak-anak sekarang.. gue harus jaga dia supaya nggak kecolongan seperti ambunya, gue nggak ingin kejadian Arin terulang lagi" gumam Gilang sambil tersenyum melihat putrinya.
"Ayah, Eneng mau tanya.. mm, sebenarnya hubungan ayah dan ambu itu apa ya?, bukan juga suami istri kan? "ujarnya yang sudah sedikit mengerti tentang seorang suami, istri atau hubungan anak.
"Eneng, kamu benar.. Ayah juga ambu memang bukan suami dan istri, tapi ayah adalah ayah kandung Eneng, dan ambu adalah ibu kandung Eneng juga, jadi kamu nggak usah ragu, paham sampai disini?" ujar Gilang hati-hati menjelaskan.
"Mm, ya.. lantas kenapa ambu nggak menikah saja dengan ayah?, Eneng hanya ingin lihat ayah tidur di rumah ambu juga sebaliknya.. yaa seperti kebanyakan keluarga lainnya, bukan seperti sekarang ini, sebentar ketemu sebentar kemudian pisah rumah, kan aneh?" ujar Alina.
Gilang pun terdiam, berusaha mencari jawaban terbaik untuk putrinya.. "Neng, ada kalanya sebuah keluarga itu nggak lengkap, contoh simpel aja ayah punya banyak kesalahan sama ambu di masa lalu.. tapi sekarang ayah nggak akan pernah meninggalkan lagi kamu sedetik pun, ayah akan selalu ada disaat kamu butuh, ayah juga akan jaga Eneng selamanya" ujar Gilang yang tidak sadar matanya mulai berkaca-kaca.
"Ayah mah.. kalau ditanya Eneng suka mau nangis aja, nggak asik ah!" ujar Alina cemberut. "Eneng nggak boleh cemberut gitu, nanti cantiknya hilang" ujar Gilang sambil mencolek dagu Alina.
Alina pun tersenyum memperlihatkan giginya 'yang dulu ompong' sekarang berubah menjadi rapi dan putih bersih.
"Neng, masih mau jalan sama ayah atau pulang?" ujar Gilang yang sesaat teringat pesan Arin.
"Mm, kalau Eneng masih mau jalan jalan sama ayah nggak apa-apa?" tanya Alina.
"Ayah kakinya agak pegak Neng, dan ambu tadi pesan kita nggak boleh terlalu lama, kan kamu harus prepare untuk belajar lagi.. hayo.. "ujar Gilang mengingatkan putrinya.
Alina pun mengerti kondisi ayahnya yang mulai lelah, lalu menggandeng tangan ayahnya ke parkiran mobil. Mereka hampir sekali mirip dengan sepasang kekasih.. karena pertumbuhan badan Alina semakin tinggi, kadang Gilang juga suka sekali merangkul bahu Alina.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat mereka berdua dari kejauhan..
"Gila!, itu kan si Gilang.. busyet deh nggak salah pacarnya ABG??" gumam Devi, sambil terus memperhatikan mereka berjalan.
Devi pun segera mengikuti Gilang dan Alina menuju mobil, lalu bersama adiknya yang kebetulan ada di bandung saat ini, "Ayo dek, kejar mobil pajero hitam itu.. Lelet banget sih kamu, payah kamu ah!" ujar Devi pada adiknya.
"Sebentar kak, ini jalanan juga antri nggak bisa dong main serobot aja" ujar adik Devi.
Devi pun marah karena setelah berbelok arah, mobil pajero hitam Gilang sudah tidak terlihat lagi... mereka pun akhirnya kembali ke hotel.