Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.
Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.
Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.
Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.
"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.
"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.
*
*
Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.
Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Kala itu, langit Mekah tampak sendu. Sesuai hati wanita cantik yang kini duduk bersimpuh di pelataran Masjidil Haram.
Ia datang membawa sejuta luka yang menghiasai dinding hatinya. Tubuhnya bergetar, membiarkan air matanya perlahan luruh. Sorot matanya sayu, merasakan kegagalan yang tak kunjung usai dalam hidupnya.
Ia datang dari negri sebrang, bermunajat dihadapan sang pencipta, menghempaskan semua beban yang menyandera jiwanya.
Ialah Jesica Fenderika Doms.
Dibawah bangunan persegi empat, dengan mimbar hitam menyelimuti sisinya. Dibawah langit Mekah, tidak peduli gerimis menusuk abaya hitamnya.
Berstatuskan Janda namun mahkota belum sepenuhnya terjatuh, wanita cantik itu menumpahkan semua sesak, karena kehidupan indah tidak berlaku untuknya.
Siapa yang tak kecewa. Demi cintanya kepada sang mantan suami dulu, ia rela mengikis jarak, menghampiri sang kekasih dengan penuh perjuangan. Bahkan, wanita cantik itu rela berpindah agama, demi mendapat restu dari mantan mertuanya dulu.
Namun, begitu semuanya telah siap. Wanita malang itu terasingkan oleh kekasihnya sendiri. Pernikahan pun telah berlangsung pada saat itu. Namun, semuanya hanya diatas kertas buku negera. Ia masih asli, tidak pernah terjamah sebelumnya.
Jesica Doms. Wanita cantik berusia 28 tahun, Janda dari Batian Draill Atamja. Siapa yang tak kenal dengan pengusaha muda sukses itu. Akan tetapi, Jesica terpaksa mengalah dan merelakan suaminya menikahi orang yang Bastian cintai. Jesica kalah, dan kembali ke Negaranya Singapore.
Dan disinilah, Jesica menenangkan jiwanya setelah beberapa bulan terpuruk. Ia menunaikan ibadah Umrah dengan sahabatnya sesama mualaf.
Waktu sudah menunjukan pukul 6 waktu Mekah setempat. Para jamaah melangsungkan sholat magrib terlebih dahulu di Masjidil Haram.
Srettt!!!
Jesica dan sahabatnya Ester, kini berjalan keluar. Namun mata Jesica tertuju kearah benda yang baru saja terjatuh di pelataran, yakni sebuah Tasbih.
Dengan cepat Jesica memungut tasbih tadi, dan segera mengejar si pemiliknya. "Tunggu, ini tasbih Anda terjatuh!" Jesica menggunakan bahasa inggris, karena hanya bahasa itu yang familiar diucapkan berbagai wilayah negara.
Dua wanita itu berhenti, dan segera menoleh. Rupanya, keduanya sama-sama jamaah Indonesia. Wanita tua yang memakai abaya coklat serta hijab putih, kini tersenyum memperlihatkan gigi palsunya.
"Anda dari Indonesia?" Tanya Jesica kembali.
"Benar, kami dari Indonesia!" sambung wanita dewasa yang kini memegang lengan wanita tua tadi.
Jesica tersenyum. Tanganya terulur untuk mengembalikan tasbih tadi. "Tasbih Anda terjatuh disana. Ini!"
"Terimakasih, Nona!" jawab Wanita dewasa tadi seraya menerima uluran tasbih dari Jesica. Ia menatap wanita tua itu, sekaan mengkode untuk berkata terimakasih juga.
"Terimakasih, Nak! Kamu cantik sekali. Apa kamu calon istrinya cucuku?" kalimat polos itu terlontar dari mulut Wanita tua tadi, seakan tidak terpikir sebelumnya.
Jesica dan Ester sama-sama mengernyit.
"Maafkan Majikan saya! Dia sedikit pikun. Jadi ... Sering kali berkata yang kurang sopan kepada orang lain," timpal wanita dewasa tadi. Dan rupanya, ia adalah pengasuh wanita tua itu.
"Siapa nama kamu, Nak?" Wanita tua itu masih menatap Jesica dengan mata berbinar.
"Nama saya, Jesica, Nek! Dan ini teman saya-Ester." Jesica menerima tangan keriput itu, dan mengusapnya dengan lembut.
Hingga, dari arah luar, datanglah seorang pria dewasa, kira-kira berumur 35 tahun. Dar perawakannya, ia memiliki tubuh tinggi, kulit tidak terlalu putih, namun wajahnya sangat tampan sekali. Pria itu menggunakan sarung hitam, dengan atasan koko bewarna putih.
Ia adalah Rasyid Faturahman.
"Oma ... Kenapa masih diam disini, nggak kembali ke hotel?" Rasyid menegur Neneknya, melayangkan tatapan protes.
Bukanya marah, Wanita tua dengan panggilan Oma Selin itu tersenyum kearah cucunya. "Rasyid, sini Nak! Lihatlah ... Kamu dicariin calon istrimu! Bagaimana bisa dia sampai disini?" tatapan kendur itu kembali menatap Jesica. "Nak, tadi kamu naik apa kesini? Kalau bawa mobil jangan suka ngebut!" hardiknya dengan terkekeh.
"Maaf Den, saya sudah melarang Ibu untuk sholat disini. Saya juga kasian sama kakinya, karena sering ngeluh sakit," pungkas sang pengasuh yang bernama Bik Ulfa.
Rasyid mengangguk-angguk, lalu mengambil alih lengan sang Nenek untuk dibawanya keluar. Namun sebelum itu, Oma Selin masih memegang tangan Jesica.
"Ayo, kamu juga harus ikut, Nak! Kalian besok bukanya akan menikah?" bagaikan orang yang bingung, Oma Selin menatap keduanya bergantian.
Rasyid menghela nafas dalam. "Maafkan Nenek saya! Kami permisi," pamitnya tertunduk segan.
Jesica juga melakukan yang sama, tertunduk dan kembali menatap, kala 3 orang tadi sudah beranjak pergi.
Ester tidak hentinya tertawa. Wanita asli Singapore itu sampai menitikan air mata, teringat lucunya wanita tua tadi. "Jes, kau juga akan tua. Tapi jangan sampai kelak kau lupa siapa suamimu!"
"Tapi semua itu tidak dapat terkontrol, Ester! Omamu saja sering lupa menaruh jemurannya dimana," tawa Jesica juga tak kalah pecah.
**
"Ayolah Oma ... Jangan membuatku serba salah seperti ini," Rasyid saat ini dibuat frustasi oleh sang Nenek, perihal wanita tua itu tidak mau makan malam.
Oma Selin memalingkan wajahnya kearah dinding kaca, bersedekap dada dengan wajah cemberutnya. Tidak hanya Rasyid, Bik Ulfa juga sejak tadi sudah membujuk sang Majikan, namun hasilnya nihil.
"Nggak, Oma nggak mau makan kalau nggak sama calon istrimu tadi!" pekik sang Oma.
Rasyid mengusap kasar wajahnya. Bukan hanya kali ini, namun ini salah satu sikap mustahil sang Oma yang kerap membuat penghuni rumah sampai frustasi.
Dua ajudan pria itu juga masuk untuk membujuk sang Majikan. Namun tidak ada satupun yang mampu menggoyahkan pertahanan wanita berusia 80 tahun itu.
Drttt...
Gawai Rasyid berdering. Ternyata sang Ibu yang baru saja menghubungi. Rasyid keluar dari kamar hotel, dan masuk kedalam kamarnya sendiri.
"Hallo Bu, ada apa?"
📞 "Rasyid ... Ibu tidak mau tahu! Setelah kamu pulang dari Mekah, pastikan kamu sudah memiliki calon istri lagi. Keluarga Faturahman tidak dapat mengharapkan keturunan dari istrimu itu. Kamu dengar?!" Tekan Bu Hilma ibunda Rasyid.
"Bu ... Bagaimana bisa aku dapat menikahi wanita lain? Apa Ibu tidak memikirkan perasaan Andini, ha?" tolak Rasyid menahan geram.
📞 "Ibu tidak mau tahu, Rasyid! Sesuai kesepatan keluarga sebelumnya. Bahwa pernikahanmu dengan Andini sudah memasuki tahun ke 6. Mau menunggu berapa tahun lagi? Ibu hanya ingin cucu laki-laki sebagai penerus keluarga Faturahman, Rasyid!" tekan kembali Bu Hilma.
Rasyid semakin merasa frustasi. Ditanah suci itu bukanya ia mendapat ketenangan, malah justru tekanan dari mana-mana. Membujuk sang Nenek belum berhasil, ini ia dihadapkan dengan permintaan sang Ibu yang sangat mustahil.
2 hari berlalu,
Dan sekarang bertepatan dengan Hari Raya Haji, setelah Jesica dan Ester selesai melaksanakan sholat Idul Adha, mereka bedua langsung kembali ke hotel untuk melakukan sarapan bersama.
jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you