NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Sejak kejadian itu hari-hariku kini selalu dihantui kebimbangan antara Jasson dan Pak Rahman. Sejak itu juga aku kini sering salah tingkah ketika bertemu Pak Rahman. Namun sepertinya Pak Rahman sangat profesional dengan pekerjaaannya.

Hari ini ada rapat untuk menaikkan kualitas dan kuantitas sekolah ini. Sekarang, tempatku mencari rezeki ini mulai di lirik masyarakat. Beberapa media pun mulai menyorot sekolah swasta yang menjanjikan untuk masa depan ini.

"Jadi, Bapak dan Ibu sekalian. Agar sekolah kita ini lebih diminati ketimbang sekolah lain, tentu harus ada hal lain yang kita tonjolkan selain agama, di sini saya dan tim yayasan sudah punya beberapa wacana, hanya saja sebelum merealisasikannya kami ingin juga masukan dari bapak dan ibuk sekalian. Silahkan jika ada yang ingin memberi saran," paparnya sambil menyiapkan pena dan buku untuk mencatat saran dari majelis guru.

Tiba-tiba aku ingat dengan sebuah pondok pesantren di Jakarta, tempat di mana aku pesantren di Jakarta, tempat di mana aku pernah melakukan observasi. Dari salah seorang guru yang kuwawancarai saat itu, katanya, dulu sekolah ini siswanya hanya puluhan saja. Namun akhirnya kini sekolah itu bahkan jadi pesantren yang sangat di minati masyarakat bahkan dengan uang bulanan yang sangat tinggi.

"Pak." Aku mengangkat tangan.

"Silahkan Bu Nayla," ucapnya.

"Baik, terimakasih, Pak. Saya punya sedikit saran, kebetulan saya mendapatkan cara ini dari seorang guru di sebuah pesantren besar di Jakarta. Bagaimana jika anak-anak yang berprestasi kita gratiskan uang bulanannya. Dengan begitu nanti orang tua yang anaknya berprestasi dapat mempertimbangkan apakah anaknya akan disekolahkan di sini atau tidak. Jika anak-anak kita banyak yang berprestasi, ketika anak kita menang dalam lomba-lomba maka akan menguatkan branding sekolah kita ini. Itu saja, Pak saran dari saya." Aku mengakhiri saranku dengan salam. Bagus sekali, Bu. Sudah saya catat dan akan kami pertimbangkan. Selain untuk sekolah, kami juga sangat berterima kasih jika ada Bapak atau Ibu yang memberi saran untuk asrama juga. Walaupun dari pihak yayasan sudah meminta rencana asrama ke depannya pada pengurus asrama. Kemaren saya juga sudah baca rencana program yang akan dilaksanakan di asrama dari Bu Nayla dan kami sangat mensuport ide yang sangat bagus itu," ucapnya menggebu-gebu.

Beberapa mata melihat ke arahku. Aku mudah sekali bangga. Apalagi jika di puju kepala sekolah tampan yang mungkin nanti jadi suamiku itu. Eh, suamiku? Memangnya aku mau? Hehehe. Aku tersenyum sendiri. Untung tidak ada yang mengetahuinya.

[Nay, bantu aku di dapur sebentar.] Tiba-tiba masuk chat dari Aisyah.

Aku izin keluar beberapa menit setelah menerima pesan darinya. Dengan sigap aku berjalan menuju dapur.

"Bantu apa Aisyah?" tanyaku sesampainya Terlihat Aisyah sedang sibuk menata makanan di piring dan meletakkannya ke baki yang sudah tersaji teh hangat di atasnya. "Ini, kamu tolong bawakan teh ini ke calon suamimu, ya," ucapnya sambil melirikku dengan tatapan yang menyebalkan.

"Apaan sih? Nanti kedengaran orang loh," ucapku sambil mengambil baki itu.

Sejak dia menceritakan bahwa Pak Rahman menyukaiku, dia sering sekali menggodaku.

"Nggak ada orang," sahutnya lagi.

Kulihat kedua matanya masih menyipit.

Pasti di balik cadarnya dia masih menertawakanku.

"Awas, ya. Nanti kalau kamu juga sudah dijodohkan aku juga akan lakukan ini," ancamku bercanda.

"Silahkan, aku masih lama dijodohin, Bang Rahman harus nikah dulu," sahutnya.

"Mana tahu nanti kita nikahnya bareng, gimana?" Aku keceplosan. Ciyeeee.. nikah bareng? Kamu sama Bang Rahman mau nikah. Ciyeee." Suaranya tak terkontrol lagi.

Bisa-bisanya anak ini beda banget sama abangnya yang berwibawa, yang cool, kalem, ini anak ngerocos aja, mana sauranya lengking banget lagi. Aku kembali meletakkan baki yang hendak kubawa dan cepat-cepat menutup mulutnya. Kami lalu bergelut karna dia berusaha melepaskan tanganku.

Tiba-tiba dia melakukan gerakan tak terduga hingga tanganku terlepas dari mulutnya. Kini seperti aku yang di sandra.

"Loh, Aisyah, lepasin nggak. itu tehnya keburu dingin," pintaku.

"Calon istri begitu takut tehnya dingin," ucapnya sambil melepaskanku. Aku semakin salah itngkah dibuatnya.

"Itu kamu tadi, sigap banget ngelawan aku. Kamu punya ilmu bela diri kah?" tanyaku benar-benar ingin tahu. Selain aku ingin mengganti topik pembicaraan.

"Iya, ini kungfu," sahutnya.Wah, hebat sekali kamu," pujiku.

Alu kini makin kagum saja padanya.

Setiap malam yang kulalui dengannya nggak pernah sepi. Kami sekali bercerita sepanjang malam.

"Nanti malam kuagih cerita ini sebelum tidur," ucapku sambil mengambil baki dan pergi meninggalkannya.

"Iyaa," sahutnya ketika aku sudah berada di depan pintu.

Aku masuk kembali ke ruangan rapat.

Berjalan ke depan ke arah Pak Rahman dan moderator lalu menyajikan minuman dan makanan ke mereka.

Setiap langkahku terbayang terus candaan Aisyah kepadaku di dapur tadi.

Kugigit bibirku kuat-kuat agar bisa menahan senyum yang hendak muncul menghiasi bibir ini.

Nggak lama setelah aku meletakkan hidangan, Aisyah juga masuk dengan membawa kotak snack untuk majelis guru. Aku membantunya untuk membagikan snack itu. Untung saja di depan orang Aisyah bisa menjaga sikap dan tidak mengolok-olokku.

***

Malamnya setelah menyimak hafalan Quran santri, aku dan Aisyah masuk ke kamar. Seperti biasa, Aisyah menggunakan pakaian santai yang tidak tertutup. Kali ini dia memakai piyama panjang. Dengan rambut lurus indah tergerai.

Aku kemudian menanyakan seputar ilmu bela dirinya itu. Ternyata dia sekeluarga memang diwajibkan punya ilmu bela diri oleh orang tuanya. Jika Aisyah mendalami kungfu, maka Pak Rahman ternyta pemegang sabuk hitam karate.

Setelah membahas ilmu bela diri. Tiba-tiba aku kepikiran untuk menanyakan alasan dia menggunakan cadar.

"Aku bercadar ini sejak kuliah. Bukan karena apa, sebenarnya kan memang ini nggak wajib. Hanya saja aku punya pengalaman buruk. Waktu itu di media sosialku ada yang memuji-mujiku, di sana aku langsung merasa bersalah, Nay. Dengan foto yang kita upload, orang bisa menjadi zina mata, aku takut ikut terlibat dosa di dalamnya," paparnya.

"Astagfirullah, kamu benar." Aku langsung istigfar mengingat media sosialku yang juga di penuhi foto-foto selfie. Bahkan banyak di antara foto-foto itu dikomentari dan di puji oleh laki-laki yang bahkan orang tidak kukenal. "Aku juga akan menghapus fotoku, Aisyah. Terima kasih, darimu aku benar-benar banyak belajar," ungkapku.

"Alhamdulillah, jika berteman denganku dapat membuatmu lebih dekat dengan Allah. Aku juga masih terus belajar, Nay. Aku ingin kita mendekatkan diri pada Allah bareng-bareng," ucapnya.

"Iya, Aisyah. Terus tuntun aku, aku akan senang sekali jika kamu berkenan untuk itu," paparku.

"Jika kukatakan sesuatu, apakah kamu tidak tersinggung?" tanyanya hati-hati. Nggak, Aisyah. Aku yakin kamu nggak akan mungkin menyinggungku," sahutku penuh penasaran.

"Jika kamu mau, dan bersedia. Yuk, kita sama-sama menggunakan cadar. Insya Allah, kita akan terhindar dari mata-mata nakal. Menghindari zina mata, jika ada saja orang membayangkan wajah kita dalam memenuhi hasratnya apa kamu rela?" tanyanya.

"Nggak," jawabku cepat.

"Selain itu, biarkan hanya suami kita saja yang melihat wajah kita, seperti istri-istri Rasulullah yang juga menutup wajah mereka," imbuhnya lagi.

Kali ini hatiku seperti tergerak. Selama ini aku selalu mengagumi wanita-wanita bercadar. Yang terakhir adalah Aisyah. Jika aku juga bisa seperti mereka kenapa tidak kulakukan? Jika aku selalu merasa tidak pantas lalu kapan aku akan melakukannya? Aku pembina asrama. Bahkan beberapa santriku bercadar. Nggak ada salahnya jika kumulai semuanya sebelum terlambat. Karena kita nggak pernah tahu kapan ajal akan datang menjemput.

1
Mugiya
mampir
Nha: oke kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!