Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Delapan Belas
***
Nadine sudah mendengar kabar soal Ayahnya yang berpisah, jujur ada rasa senang saat mendengar kabar tersebut. Soalnya ia melihatnya kok Agak kasian, apalagi sama Abangnya.
Tapi kalau untuk Sasa sama Ibu nya , malah Nadine tidak begitu kasian. Entah lah, ia sedikit ragu saat melihat Sasa.
Ia sudah berusaha untuk berdamai, terlalu lama memendam dendam apalagi kepada ayah sendiri. Membuat perasaan nya tidak tenang.
Nadine baru saja selesai kelas, ia dan Tari akan pergi ke kantin. kebetulan sudah waktunya jam makan siang.
“Tadi Pagi Gue nggak sengaja ketemu sama Bang Raka.” ucap Tari. Mereka sedang berjalan menuju kantin.
“Dimana?” tanya Nadine.
“Pas mau masuk gerbang, pake motor terus helm nya juga nggak ditutup. jadi Gue bisa lihat kalau itu Abang lo.”jawab Tari.
“Eh, dia kirim pesan nggak?” tanya Tari.
“Nggak, udah lah biarin aja.”
Mereka sudah sampai di kantin, Nadine memesan Soto sementara Tari memesan Ayam Geprek.
“Apartemen gimana?”
“Udah ada beberapa yang nawar, tapi belum Nemu yang benar-benar pas di harga. kebanyakan nawar rendah.” jawab Nadine.
“Mau Gue bantu nggak? tapi kalau laku harus ada imbalan nya.” kekeh Tari.
“Ya boleh aja.” balas Nadine.
“Nanti Gue bantu, kebetulan Gue ada lah beberapa kenalan yang udah kerja. Siapa tahu kan mereka lagi butuh tempat tinggal.” ucap Tari.
“Atur aja, pengen nya sebelum akhir bulan harus laku.” ucap Nadine.
Mereka menyelesaikan Makan siangnya dengan cepat, karena setelah ini harus pergi ke perpustakaan untuk mencari buku dan mengerjakan tugas kerja kelompok. Kebetulan mereka berdua satu kelompok dan hanya 2 orang saja.
Saat mereka mau menaiki tangga, mereka tidak sengaja bertemu dengan Elvano. Hanya dia seorang diri tanpa ada Raka dan Fahri.
“Eh, ada Mbak Mantan. gimana kabarnya Mbak?” tanya El.
“Baik, nggak begitu buruk.” jawab Tari ketus.
“Aduh jangan ketus gitu dong, kayak nggak pernah saling kecup aja.” kekeh El.
Tari melotot, ia melirik ke setiap arah. takutnya ada yang dengar. “Mulut nya, kalau ada yang dengar gimana coba.” geram Tari.
“Sorry Beb, jadi gimana sama tawaran waktu itu?” tanya El.
“Yang mana?” tanya balik Tari.
“Balikan.” yang jawab bukan El, tapi Nadine.
El tersenyum lebar menatap Nadine. “Nah benar ini, tawaran balikan.”
Tari menghela napasnya. “Udah berubah?” setelah memberikannya pertanyaan itu, Tari pergi begitu saja.
Nadine menatap El. “Bang, menurut Gue. Kalau mau balikan lagi coba berubah deh, jangan terlalu dekat sama perempuan lain, sekarang fokus ke skripsi, sidang, wisuda. Habis itu sibuk kerja nyari uang yang banyak, harus fokus dulu ke satu titik, baru habis itu coba deketin Tari lagi.”
“Yakin bakalan mau?” tanya El.
Nadine menganggukan kepalanya. “Pasti mau, itu juga kalau Abang mau benar-benar berubah. kalau masih punya urusan belum selesai sama perempuan-perempuan yang pernah dekat sama Abang, coba selain dulu.” jawab Nadine.
“Gue pergi dulu ya Bang.” pamit Nadine.
Nadine sih yakin, kalau sahabat nya itu masih perasaan yang sama kepada El. Cuma terhalang kebiasaan buruk El saja, yang sering dekat sama semua perempuan.
*
Di tempat Raka, ia baru saja keluar dari area kampus setelah melakukan bimbingan. Selanjutnya ia akan pergi ke bengkel untuk menemui Fahri, El juga katanya akan pergi ke sana.
Fahri sudah memberitahu kedua sahabatnya soal permasalahan keluarganya, memang di antara mereka bertiga tidak ada yang di tutup-tutupi soal masalah satu sama lain.
Jadi kalau ada satu yang punya masalah, maka mereka akan mencari jalan keluarnya bareng-bareng.
Sesampainya di Bengkel, Raka melihat Fahri sedang mengisi angin Ban. Ia akan menunggu Fahri selesai mengerjakan pekerjaan nya.
“Gue tunggu di dalam ya.” ucap Raka.
“Hemm.”
Raka masuk ke dalam ruangan nya, tidak terlalu besar tapi lumayan nyaman. ruangannya ada di lantai atas, ia membuka jendela agar ada udara yang masuk.
Ia mendudukkan dirinya di sofa dekat Jendela. “Harus sabar.” gumam Raka. Saat mengingat Nadine.
Tak lama kemudian, pintu ruangannya terbuka. ternyata El yang datang membawa bingkisan berisi Makanan.
“Gue tadi ketemu Nadine.” ucap El.
“Di kampus?” tanya Raka.
“Iya, sama Tari. katanya lagi mau ke perpus.” jawab El.
El menatap Raka. “Yakin kuat sampai wisuda?”
Raka Terkekeh kecil. “Harus yakin sih.”
Pintu kembali terbuka, kali ini Fahri. Ia ikut bergabung dengan kedua sahabatnya, mengambil minuman dingin dan meneguknya.
“Besok jadi ke Bandung?” tanya Raka.
“Jadi, Gue baru balik lagi kesini mungkin nanti harus Sabtu.”
“Mau tinggal di Apartemen Gue nggak?” tanya El.
“Nggak, Gue udah nemu kontrakan yang cocok di kantong.” jawab Fahri.
“Padahal enakan tinggal sama Gue, nggak perlu bayar. Cuma keluar duit buat makan sama bensin aja.” ucap El.
“Nggak yakin Gue, nanti pasti ujung-ujungnya Gue yang bersihin Apartemen Lo setiap hari.” ucap Fahri.
El tertawa. “Kalau itu ya itung-itung bayaran tinggal di apartemen Gue.”
“Kalau menurut Gue, mending Lo terima tawaran nih anak. lumayan juga buat nambah-nambah tabungan lo.” ucap Raka.
“Nanti Gue pikir-pikir lagi.” balas Fahri.
“Terus biaya pengobatan bokap Lo gimana?” tanya Raka.
“Bagi dua, duit Kakek sama duit hasil dari rumah makan.” jawab Fahri.
“Terus nanti Lo masih ngasih duit adek Lo?” tanya El.
Fahri menghentikan kunyahan nya dan menatap kedua sahabatnya. “Lo pada percaya ngga kalau gue bilang Gue nggak yakin Sasa itu adik satu Ayah sama Gue?”
“Gue sih sedikit yakin, soalnya agak beda sama lo.” jawab Raka.
“Tapikan bisa aja memang Adik Lo itu ikut di gen nyokap lo.” ucap El.
“Gue udah mutusin buat teh DNA, tapi diam-diam dulu. Biar nanti Gue agak plong kalau memang Dia benar satu Ayah nanti Gue kasih duit jajan setiap bulan nya.” ucap Fahri.
“Kalau bukan? Kan kalian masih satu Ibu.” tanya Raka.
“Gue kasih nggak begitu besar, walaupun kita satu Ibu. Tapi Gue nggak pernah ngerjain ikatan batin sama dia, beda lagi kalau lagi sama Nadine.” balas Fahri.
“Kita sih ngikut rencana Lo aja, Bokap punya teman dokter. Nanti Kita minta bantuan sama teman bokap Gue aja.” ucap El.
Fahri ini bukannya tidak sayang sama Sasa, cuma dari Sasa kecil dia selalu yang di salahkan oleh Mama nya. Sasa itu selalu Playing Victim, selalu ngadu kalau Fahri ini pelit, kasar dan lainnya. padahal tidak seperti itu.
Makanya dari Sasa kecil sampai sekarang mereka tidak begitu dekat, Fahri selalu di Minta untuk mengalah.