" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ke empat pemuda rajin
Antika dan Aldi pergi koto elektronik membeli apa yang mereka butuhkan, setelah mendapatkannya Antika dan Aldi berjalan pulang kerumah, jalanan desa sore itu sangatlah ramai karena banyak orang-orang lalu lalang baru pulang kerja entah dari ladang mereka atau pulang kerja dari tempat lain.
" Assalamualaikum...mas Aldi mba Antika, dari mana?" sapa warga saat melihat Antika dan lewat.
" Walaikumsalam pak haji, dari luar pak, bapak sendiri dari mana?" Jawab sopan dan ramah mas aldi.
" Baru mau ke masjid, bagaimana kakimu Al, sepertinya ada perubahan!" ujar pak haji dengan senyum ramahnya, ia terkejut saat pertama melihat Aldi bisa berjalan lagi walau masih sedikit pincang, namun ia bersyukur Aldi bisa sembuh, pasalnya istri pak haji langsung yang menemani Antika dari di rumah sakit pas hari kejadian hingga keluar dari rumah sakit di tambah kabar di kampung jika aldi tak akan bisa sembuh alias cacat permanen karena sarafnya sudah rusak parah.
" Alhamdulillah pak ada mukjizat dari yang kuasa dan di beri jalannya." ujar Aldi ia juga melirik istrinya dan tersenyum hnagat pada Antika.
" Alhamdulillah...tetap ikhtiar dan jangan lupa kamu harus bersyukur Al, tanpa usaha istrimu dan kesabarannya merawatmu, bapak salut dengan mu tik, teruslah tetap di samping suamimu dan kamu Al tetap jaga istrimu, sekarang kan kamu dan istrimu bapak dengar-dengar sudah jadi pengepul sayuran ya?" Ujar pak haji Tohir, dan menasehati keduanya agar saling menguatkan satu sama lain yang berumah tangga pastinya akan paham Cobaan tersulit dalam rumah tangga.
" Alhamdulillah pak, berkat kerja keras istri saya, Alhamdulillah juga saya di beri istri yang sabar, baik dan ya segalanya untuk saya pak saya sangat bersyukur." Ujar Aldi dengan senyum hangat kepada istrinya ia tidak natap pak haji melainkan bicaranya ke arah pak haji namun senyum dan perhatiannya kepada istrinya yang hanya diam saja sedari tadi, Antika tau tata Krama jika pria mengobrol ia tak bisa seenaknya memotong.
" Alhamdulillah kalo gitu, bapak percaya sama kamu Al, iya sudah bapak harus ke masjid sudah masuk ashar, permisi assalamualaikum...." Ucap pak haji Tohir, ia berpamitan Antika mengangguk sopan setelah suaminya menjawab salam pak haji.
" Mas...malam ini kita kembali ke sana?" tanya ku saat kami sudah mulai jalan dan pak haji sudah menjauh.
" Sepertinya dek, tapi sebelum itu mas mau sediakan buah dulu untuk angga dan teman-temannya dulu kasihan mereka masih sekolah sudah harus jadi tulang punggung keluarganya apalagi Angga dan Reza mereka hanya tinggal sama si Mbah yang sudah tak bisa apa-apa." Ujar Aldi mengingat ke empat pemuda dan dua di antaranya adalah anak yatim-piatu salah satunya malah hidupnya kurang lebih seperti istrinya tidak ada sanak saudara di kampung itu hanya tinggal si Mbah dari pihak bapak yang juga sudah tak miliki keluarga lain.
" Iya mas, kalo boleh mas Reza dan Angga suruh mereka ikut kita aja kalo mau atau kita bantu mereka hingga ke empat anak itu lulus baru kita kasih mereka pekerjaan, pasti ke empatnya gak akan melanjutkan sekolah mereka pasti cari kerjaan." Ujarku pada mas Aldi, aku juga membenarkan ucapan suami ku.
" Iya sudah nanti aja kita pikirkan untuk mereka ber empat," Ujar mas Aldi kini mereka sudah sampai rumah.
" assalamualaikum.." Ucap salam keduanya di depan pintu.
Belum lagi masuk rumah dari jauh rombongan ke empat pemuda dan ke tiga bocah yang buat Antika uring-uringan berjalan bareng malah panji dan Adam duduk di dalam gerobak dengan tertawa lepas entah apa yang mereka obrolkan hingga tertawa beriringan cukup keras.
" Assalamualaikum mba tik mas Aldi." Ucap sopan Diman.
" Walaikumsalam dim, gimana jualan kalian?" Ucap mas Aldi tatapnya melihat ke dalam gerobak yang masih ada kedua anak angkatnya serta keranjang yang tersusun rapi.
" Alhamdulillah mas, habis ada beberapa yang pesan, ini mas catatan yang lalu dan uangnya." Ujar Angga menyerahkan kertas dan berisi uang yang sudah terbungkus rapi di dalam plastik hitam.
Sedangkan Antika menatap tajam ke tiga anaknya yang menunduk takut atau bagaiman, padahal Antika tak bersuara hanya menatap ke tiganya namun yang Antika herankan anaknya yang paling kecil di adam ikut-ikutan menunduk seprti ngerti jika ibu mereka sedang marah.
" Kalian bertiga, dari mana?" tanya mas Aldi.
" Tadi kita ketemu mereka mas di lapangan bola di samping masjid, tadi banyak anak-anak karena sore jadi ku ajak pulang aja, takut mba Tika cariin anaknya." Ujar Angga menjelaskan, ia tau ketiga anak itu sepertinya takut untuk bicara karena ibunya menatap mereka tanpa suara loh.
" Walah...ya sudah kalian bertiga mandi trus salat ya." Ujar Aldi menengahi susanan yang tegang antara ibu dan anak.
" Ma, pak, mas aku masuk dulu terimakasih sudah anatar kami bertiga." Ucap panji dengan sopan, Antika hanya bisa menarik nafas dalam-dalam melihat tingkah anak-anaknya.
Setelah kepergian ketiganya Antika ikut nimbrung kepada ke lima pria beda usia itu.
" Jadi maksud mba dan mas? Kami ber empat bisa menjual buah-buahan dari kebun mas dan mba gitu, tanpa harus membayar? " jawab terkejut Diman termasuk ketiga temannya mereka saling pandang mendengar penjelasan Antika dan Aldi, mereka berdua sepekat akan m mba tu tanpa mengambil hasil dan untung penjualan buah mereka pada anak-anak muda yang kurang beruntung itu.
" Iya...tapi jika nanti kalian sudah lulus mau gak jadi marketing buah-buahan milik mas dan mba, solanya rencana mas dan mba mau ambil buah-buah di kebun para petani untuk mba mas pasarkan tapi mba sama mas gak bisa marketing, hanya ngerti jualan sayur mayur aja." Ujar Aldi dengan sedikit kekehan mengingat mereka hanya penjual sayuran dari kebun.
" Bisa mas, tapi kenapa gak dari sekarang aja mas gak usah nunggu kami pada lulus sekolah, bisa kok kami jadi marketingnya," ujar Angga semangat.
" Iya mas, gak usah nanti! benar kata Angga, dan soal buah yang kami jual gak usah mas, kami akan tetap ambil upah kami aja gak lebih itu kan buah-buah mas dan mba, kalo sistem marketingkan kami bekerja di mba dan mas." ujar Reza.
" Terserah kalian aja lah, yang penting jika kalian mau mba sama mas bisa stokkan buahnya nanti tapi kita tes dulu pasarannya berapa." Ujar Aldi akhirnya dari pada debat terus, ia akan coba nanti rembukan kembali sama istrinya.
" Iya sudah kalo kalian maunya begitu, tapi apakah kalian masih kerja tempat juragan tanah itu?" tanya ku pada ke empat pemuda itu, mereka saling pandang mungkin bingung.
" Sebenarnya kami sudah gak mau kerja di sana lagi mba karena tau sendiri kan gimana juragan, kami harus nya turun pagi tapi kamikan sekolah pagi mba jadi gak bisa pagi kami kerja hingga sore, juragan juga ngasih upah kami dua Minggu sekali itu pun gak banyak, makanya kami cari kerjaan lain untuk tetap buat dapur tetap ngepul, apa lagi di antara kami Reza yang paling butuh dan Angga." Ujar Diman jujur, ia mengeluhkan tempat mereka kerja.
" Baik lah, mulai sekarang kalian mau gak kerja sama mas dan mba tapi ingat kalian harus rajin jam berapa aja kalian bis amas dan mba gak mempermasalahkan, yang penting tolong bantu mba dan mas jika kami gak di rumah tolong jagalan anak-anak mba dan kedua orang tua yang ada di sini." Ujar ku pada ke empatnya mereka langsung mengangguk senang.
" Nah karena sudah sepakat ini semua uang dari hasil kalian berempat, mba dan mas gak akan ambil, kalian bagi rata ya, ingat besok kesini lagi petik sendiri buahnya, dan kalian juga harus ingat jangan cerita sama orang-orang kalo kalian ambil buah di rumah mas dengan gratis untuk pepayanya, nanti yang lain ikutan dan kalian gak bisa nambah penghasilan." Ujar mas Aldi, mereka berempat menatap plastik yang mereka serahkan sebelumya kini di kembalikan sama mereka.
" Emang gak mas jual kah pepayanya?" Diman heran.
" Gak, kita makan aja, tapi untuk kalian boleh ambil dan menjualnya, kecuali buah yang akan kalian pasarkan nanti baru itu sistem kerja sama, pepaya ambil aja free..." Ujar ku dengan senyum, mereka pun tersenyum senang.
" Baik mas, ini kami terima, dan terimakasih mas, mba udah bantu kami hari ini, setidaknya Reza bisa belikan di Mbah minyak dan balsemnya,cm" Ujar Diaman jujur ia yang paling tau keadaan teman-temannya.
" iya kalian bis bagi di sini aja takutnya kalo keluar dari sini ada yang iseng." Usul ku pada keempatnya, akhirnya sore itu mereka bagi uang hasil jualan pepaya dan membayar gerobak yang mereka sewa.
Sebelum pulang Antika meminta ke empatnya memanen pepaya dulu baru pulang, mereka di minta panen dan simpan di dalam rumah di area dapur tempat biasa Antika taroh semua dagangannya.
" Terimakasih mas mba, kami pulang dulu " ucap sopan dan rama Angga mewakilkan ke tiga temannya.
" Tunggu sebentar." aku masuk kedalam rumah dan mengambil bebrapa bingkisan, dan sayuran hijau serta sembako kepada ketiganya.
Gak usah heran Antika dapat dari mana, karena Antika sebentar pergi ke kebun virtual dan langsung teleportasi tanpa ada yang tau.
" Apa ini mba...?" Tanya Diman terkejut.
" Bawa pulang kasihkan embok ya, untuk keluarga kalian, dan ini ada sembako sedikit, bisa bawakan." Ujarku pada ke empatnya mereka terkejut Antika memberi mereka banyak rezeki, dengan senang sampai neteskan air mata ke empatnya langsung mencium tangan mas Aldi bergantian sedangkan untuk mba Tika mereka langsung bersujud syukur di gadapannya dengan Isak tangis yang terdengar.
Mbah Harjo keluar bersama istrinya, melihat memandangan itu ia langsung menebak jika Antika dan Aldi pasti sudah membantu mereka.
" Kalian berempat jagalah kepercayaan seseorang, karena hidup di dunia ini yang termahal adalah menjaga kepercayaan orang lain, dan jangan seseklai kalian berniat menghancurkan atau niat buruk pada orang yang menolong kalian." Ujar Mbah Harjo sebelum mereka berempat pergi, keempatnya mengangguk mantap mereka akan menjaga kepercayaan yang di berikan kedua orang yang sudah mereka anggap kakak itu
semangat kak 💞
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰