Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sangking tidur terlelap, Celline baru terbangun saat tengah malam. Jam dua belas malam.
Krukk….. Krukk…. Krukk….
Tiba-tiba saja terdengar suara yang tidak asing di telinga. Perut Celline terasa keroncongan. Ini dikarenakan Celline melewatkan waktu makan malamnya tadi.
Sejenak Celline mencoba menahan rasa laparnya, namun semakin lama perutnya semakin terasa perih. Tak tahan lagi, lantas dia memutuskan untuk pergi ke dapur mencari makanan yang bias dia makan.
Dengan hati-hati Celline melangkah. Dia takut menimbulkan suara yang membuat bangun para penghuni mansion itu.
Setelah mengendap-ngendap seperti maling, mata Celline langsung berbinar-binar saat melihat meja di dapur. Kepala pelayan sepertinya sangat pengertian padanya, karena di atas meja makan ada makanan.
Kebetulan sekali Celline sangat lapar. Karena sangat lapar, tak butuh waktu lama, dia langsung memakan habis semua makanan dalam sekejap saja.
“Ah, kenyangnya…..”
Celline berdiri dan berbalik. Hampir saja jantungnya copot.
“Astaga, kamu siapa?” Celline menatap aneh pada pemuda yang sedang berdiri di depannya. Seorang pria dengan tinggi badan seperti seorang model.
“Eh, kamu siapa? Tapi, tunggu!!! Kamu makan makanan di situ?” Pemuda itu menatap meja yang sudah kosong itu.
Denny menatap kesal pada Celline. Baru ditinggal beberapa menit ke kamar mandi, makanannya malah dimakan Celline.
“Makanan itu punya kamu?” Tanya Celline merasa tidak enak, karena salah memakan makanan milik orang lain.
“Kamu pikir makanan itu turun dari langit?!” Cibir Denny kesal.
Karena memang merasa bersalah, Celline hanya bisa menundukkan kepalanya saja. “Maaf ya.” Suaranya terdengar sangat lirih.
Kemudian Denny menatap Celline dari atas sampai bawah. “Kamu saudara Pak Darsono ya?” Tebak Denny.
Karena Celline belum menjelaskan siapa dirinya, mengingat perjanjiannya dengan James, kalau pernikahan ini harus dirahasiakan. Maka dari itu, Celline langsung mengiyakan saja.
“Kamu masih sekolah?”
“Sudah lulus.”
“Sudah lama di sini?”
“Baru, tuan.”
“Kerja yang benar ya. Masalah makanan ini, ya sudahlah jangan kamu pikirkan.” Denny pun berjalan menuju ruang tamu. Sejak tadi dia rebahan di sofa yang ada kursi pijatnya.
Satu jam yang lalu, Denny baru saja sampai. Dia hanya membangunkan penjaga mansion saja. Sedangkan James, belum mengetahui kedatangan Denny itu.
Adik James itu memang suka datang dan pergi sesuka hatinya. Pemuda yang masih duduk di bangku kuliah itu memang hobi bermain-main dengan kakaknya. Melakukan apa pun sesuka hatinya, seperti saat ini. Tidak ada angin dan hujan, malam-malam begini datang ke mansion James.
*****
Pagi harinya, di mansion James sudah ribut sekali. Suasana sangat berisik di ruang tamu. Denny menyalakan musik dengan volume yang sangat kencang, sehingga membuat semua penghuni mansion jadi terusik karenanya.
“Denny…..!” Teriak James. Dia tahu benar seperti apa sifat adiknya itu. Adiknya selalu muncul dengan membawa keributan.
Klek…..
Tangan James langsung menekan tombol off pada benda yang mengeluarkan suara bising di pagi buta ini.
“Kakak sudah bangun ternyata?” Tanya Denny tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sebuah senyuman sumringah dia sajikan untuk kakaknya itu.
“Kapan kamu datang?”
“Semalam.”
Sementara itu, Celline dengan rambut yang dia ikat asal, berdiri terpaku tak jauh dari mereka. Dari yang dia tangkap, lewat pembicaraan dua orang pria itu, sepertinya James memiliki hubungan keluarga dengan pemuda yang semalam dia makan makannya itu.
“Apa Nona Celline mau teh hangat?”
Tubuh Celline melonjat kaget. Dia sangat terkejut mendengar kepala pelayan yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya.
Dua orang yang sedang bicara tak jauh dari posisi Celline berdiri pun menoleh ke arah Celline.
“Hai…..” Sapa Denny sambil melambaikan tangannya ke arah Celline.
Kalau semalam Denny sempat kesal pada Celline, karena makanannya dimakan Celline, tapi pagi ini senyumannya jadi semakin merekah merona. Dia melihat Celline, seorang gadis cantik yang belum mandi.
Sementara itu, mata James melotot tajam ke arah adiknya itu. Tanpa peduli pada James, sang kakak, Denny berjalan menghampiri Celline.
“Siapa namamu?”
Celline hanya mampu menelan salivanya. Sedangkan James yang sedang berdiri terlihat sedang berpikir keras. Ini terjadi di luar kendalinya. James kesal langsung menarik tangan adiknya itu.
“Kamu ikut aku sebentar.”
Tanpa banyak basa-basi, James berusaha menjauhkan Celline dari jangkauan Denny. Kini keduanya berada di dalam ruang kerja James, yang terletak di antara kamar dan ruang makan.
“Ada apa sih, kak?”
James mencari-cari alasan. Otaknya kini bekerja keras untuk mengelabui adiknya itu, supaya tidak merusak semua rencananya.
“Bagaimana dengan kuliahmu?”
“APA??!! Hanya tanya masalah kuliah saja, aku sampai diajak ke ruangan ini?? Kita bicara di luar saja, kan bisa, kak?” Kata Denny dalam hati.
“Baik, kak.”
“Baik, bagaimana?”
“Ya, baiklah.”
Karena kesal dengan sang adik, James langsung mendorong pundak sang adik.
“Selesaikan saja kuliahmu itu dan seriuslah belajar. Bantu kakak mengurus perusahaan.”
“Ah…. Kakak ini! Aku masih mau bersenang-senang, kak.”
Denny berniat bangkit dari tempat duduknya. Tapi, sebelum dia meninggalkan ruangan itu, dia berbalik.
“Kak, anak baru itu, namanya siapa?”
Seketika itu manik mata James menatap tajam ke arah adiknya. “Jangan kamu ganggu Celline!”
“Oh, ternyata namanya Celline ya!” Sebuah senyuman mengembang di bibir pemuda tampan itu. Seolah-olah dia sudah mempunyai sesuatu di dalam kepalanya.
James yang melihat senyuman adiknya itu, seolah-olah dia mengerti arti senyuman Denny itu. “Kamu jangan macam-macam!”
“Macam-macam bagaimana? Kebetulan sekali….. Saat ini Denny lagi kosong.”
Sedang kosong berarti adiknya ini sedang jomblo saat ini. Gawat, pikir James. James mulai ketar-ketir. Bagaimana kalau nanti Denny mendekati istrinya itu?
“Kamu jangan harap ya! Celline sudah punya pacar!” Kata James ketus dengan asal bicara saja. Dia berkata asal seperti itu, karena dia mau melindungi miliknya, supaya tidak diganggu sang adik.
“Selama janur kuning belum melengkung, itu pertanda bukan masalah, kak!”
Rasanya James ingin marah. Otaknya sudah mengepul sedari tadi. Menghadapi Denny sangat menguji kesabarannya.
*****
Di dapur, James terlihat sedang bicara serius dengan kepala pelayan. Pria paruh baya yang selama ini sangat setia dan mampu menjaga rahasia di dalam mansion James. Sebelumnya, James memastikan kalau Denny tidak ada di sekitar sana.
“Nanti kalau adik saya tanya macam-macam sama bapak mengenai Celline, Pak Dar jawab saja, kalau Celline itu saudara bapak dari kampong.”
“Baik, tuan.” Jawab Pak Dar. Pria paruh baya itu sudah lama ikut dengan James langsung mengangguk tanpa banyak bertanya. Dia pun menuruti apa kata majikannya itu.
“Bagus. Ingat itu ya, pak!”
Setelah membekali kepala pelayan dengan kebohongannya, supaya tidak tertangkap basah oleh Denny. Kini James tinggal mencari keberadaan Celline.
“Ish…..!” James mendesis kesal, saat dilihatnya Celline sedang menatap aquarium bersama dengan sang adik. Dengan sikap gusar, pria itu menghampiri Celline dan adiknya.
“Kamu belum pulang juga?” Sindir James pada adiknya.
Baru juga sehari, James sudah mengusir saja. Denny sudah hapal dengan karakteristik kakaknya itu.
“Sepertinya aku mau menginap di sini lagi. Lagipula aku masih liburan semester dan kebetulan aku mau liburan di sini saja, kak.”
“Mati aku!” Kata James dalam hati.
Denny tampaknya tidak mau pergi, malah dia mau liburan di sini. Denny malah menjadi-jadi.
“Boleh kan, kak?” Tanya Denny.
Layaknya pakai izin, meskipun tidak dikasih oleh sang kakak, namun Denny akan tetap tinggal di sana. Sambil menghela napas panjang, akhirnya James terpaksa mengizinkan Denny untuk tinggal sementara di mansionnya itu.
Bersambung........