Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6
Tasya terbangun di keheningan malam. Dia menyipitkan matanya melihat kearah sekeliling. Terdengar suara lantunan ayat suci al qur'an. Tasya segera mengambil air wudhu untuk bersiap pergi berjamaah ke masjid. Namun dia sama sekali tak membangunkan suaminya. Karena dia tau pasti suaminya tak mau jika diajak berjamaah.
Suara adzan subuh menggema. Tasya cepat cepat memakai mukena yang dia ambil didalam lemari. Dengan cepat dia berjalan keluar luar dan diluar sudah ada beberapa ibu ibu yang juga akan pergi ke masjid.
"Eh Tasya, kenapa setiap hari sendirian sih? Suami mertua sama iparmu itu memang tak tahu caranya shalat ya?" tanya bu Rini.
"Kurang tau buk, yang penting saya sudah pernah mengingatkan. Selebihnya terserah mereka saja", jawab Tasya.
"halah sudahlah bu, biarin aja. Masa subuh subuh sudah mau ngegosip? Tunggu matahari terbit dan agak panas dulu biar suasana makin panas. Wes ayo, nanti telat", potong bu Leha.
......................
Sementara dirumah, Adi masih tertidur pulas. Namun dia sudah memasang alarm agar dia tak kesiangan karena harus berbelanja terlebih dahulu. Dia mau menunjukkan pada Tasya kalau uang yang dia beri itu cukup untuk membeli sayur atau lauk pauk di tempat bu Leha.
Begitupun bu Wiji dan Tika, mereka juga masih tertidur sangat pulas. Bahkan terkadang mereka bangun saat makanan telah siap dihidangkan oleh Tasya.
Stengah jam berlalu. Tasya pulang dari masjid pukul 5. Karena dia masih ikut mengaji sedikit di masjid. dia masih melihat suaminya tertidur pulas.
Tasya pun seperti biasa, mengecek bahan dapur apa yang habis agar dia juga bisa beli kekurangannya. Namun ternyata semua bahan dapur habis kecuali cabe yang masih cukup untuk memasak beberapa hari.
Suara air berbunyi dari dalam kamar mandi. Dia heran siapa pagi pagi begini yang sudah bangun? Mungkin ibu mertuanya. Namun dia masih mengabaikannya. Tasya juga berfikir, kalau suaminya belum bangun bagaimana dia belanja pagi ini?
Namun, betapa terkejutnya Tasya saat melihat suaminya keluar dari kamar mandi, terlihat baru mencuci muka. Biasanya dia hanya kencing tanpa mencuci muka lalu kembali ke kamar tidur lagi.
"mas, sudah bangun?" tanya Tasya.
"hemm" hanya itu jawaban Adi tanpa menoleh.
"Mas, aku mau belanja habis ini. Mana uang belanjanya?" tanya Tasya.
"kamu gak dengar kemarin aku blang apa? Sudah lupa? Atau pura pura lupa. Hari ini aku sendiri yang akan berbelanja. Aku mau tunjukin sama kamu, biar dapat makanan enak murah itu gimana", jawab Adi tegas.
"ya sudah kalau mas mau belanja sendiri malah bagus. Oh iya, bumbu dapur semua habis sekalian beli ya mas. Jangan lupa, dicukupin tuh duit dua puluh lima ribunya. Siapa tau masih sisa", ucap Tasya enteng.
"Diamlah Tasya. Lebih baik sekarang kau bersih bersih rumah sana", sahut Adi ketus dan meninggalkan Tasya didapur.
"diihh rasain tuh belanja sendiri. Biar tau kamu mas harga harga di warung kayak gimana. Syukur syukur kalau uangnya cukup, kalau kurang ya siap siap aja nombok. Tapi gak papa sih uangmu kan banyak mas, hihihi". Tasya bergumam sendiri dan terkekeh sendiri.
Adi berjalan ke warung bu Leha, disana terlihat ada beberapa ibu ibu yang juga berbelanja. Mereka nampak keheranan tumben pagi pagi Adi sudah ke warung.
"Loh tumben, kamu kesini Di? Biasanya kan istrimu yang belanja. Oh, apa mungkin kamu mau memastikan belanjaan apa saja yang kamu dapat dengan uang segitu", sindir bu Ana yang memang terlihat suka menyindir.
seakan tak menghiraukan ocehan bu Ana, Adi memilih milih lauk apa yang cocok untuk hari ini. "bu, ayam setengah kilo. Tahunya sebungkus, bawang merah berapa ya? Aduh lupa lagi gak nanya. Bawang merah seperempat deh buk, sama bawang putih juga sama. Santannya satu bungkus. Terus kacangnya ini satu ikat, bayam satu ikat, sama kelapa parut sebungkus ya bu", ucap Adi.
"ini Di, ayam 15, tahu lima ribu, bawang merah sembilan ribu, bawang putih sepuluh ribu. Apalagi itu, oh iya santan sebungkus empat ribu, bayan tiga ribu, kacang panjang dua ribu, sama kelapa parut lima ribu. Totalnya lima puluh tiga ribu Di", ucap bu Leha.
Adi tercengang mendengar ucapan bu Leha. Kenapa bisa habis segitu banyak, bahkan itu uang belanja dua hari. Dia tak mau malu didepan ibu ibu, dikeluarkannya uang selembar seratus ribu diberikan pada bu Leha.
"ini kembaliannya Di, makasih ya. Sering sering aja belanja banyak gini ya Di biar gak monoton hidupmu dengan tahu tempe aja", ucap bu Leha.
Tanpa berkata apapun, Adi pergi begitu saja tanpa menyapa para tetangganya.
"Eh bu Leha, kayaknya Adi kaget deh belanja habis segitu. Biasanya kan dia cuma kasih jatah uang belanja dua puluh lima ribu buat Tasya. Mungkin ekspektasinya masih sama kayak jaman dia dulu bu ibu, lima ribu dapat satu kresek. Dia lupa ini tahun berapa, diihh amit amit punya suami kayak gitu. Untuk punya suami yang pengertian. Memang nasib Tasya tak baik, semoga dia cepat sadar aja deh", ucap bu Ana yang memulai menggosip.
Tasya melihat Adi dari kejauhan menenteng satu kresek belanjaan. Dia sudah bersiap untuk mengeluarkan kata kata mutiara untuk Adi.
"hai suamiku .. Sudah balik berbelanja. Dapat apa aja mas, dua puluh lima ribu banyak banyak banget. Opss, kayaknya lebih deh. Sini sini aku bantu ams, bantu hitung maksudnya", sindir Tasya.
"Diam kamu Tasya, masaklah cepat. Aku mau gulai sama urap, aku lapar" ujar Adi kesal dengan sindiran istrinya itu.
"aduh mas, ini sih lima puluh lebih. Ih kamu boros banget sih mas, harusnya dua pukuh lima ribu itu cukup buat beli menu lengkap kayak gini. Mungkin bisa sisa uangnya", teriak Tasya yang membalikkan kata kata Adi sebelumnya.
Sebenarnya Adi sangat emosi tapi dia malas mau berdebat dengan Tasya sepagi ini. Dia lebih memilih diam dan meninggalkan istrinya itu. Takut kalau nanti ibunya bangun, lalu mereka bertengkar lagi.
Tasya dengan cekatan memasak semua yang diinginkan Adi. Namun ad yang membuat Tasya geleng geleng kepala, santan cain kemasan yang Adi beli.
"astaga, padahal ada tuh santan bubuk lebih murah. Dasar laki laki tak tau apa apa tapi sok tau mau belanja. Rasain habis segini banyak. Lebih baik aku sisain sayurnya buat besok, kalau dimasak semua kurasa kebanyakan ini", gumam Tasya.
Makanan telah siap, Tasya menghidangkan semuanya di meja makan. Mertua dan adik iparnya terbangun dan langsung menuju ruang makan. Tanpa menunggu Adi yang masih bersiap, mereka berdua segera menyantap hidangan dihadapannya.
"ayo bu, Tika makan. Dihabiskan juga gak apap apa kok", ucap Tasya enteng.
"tumben kamu masak banyak, nah gini dong masak enak. Gak tahu tempe aja setiap hari, bosen tau", ucap Tika.
"iya dong Tik, kan sesuai bajet dan sesuai permintaan juga. Jadi aku masak banyak, biar kalian kenyang", ujar Tasya yang masih berdiri di belakang kursi.
"kok udah makan duluan kalian, gak tungguin aku. Kan aku yang belanja ini semua. Mana nombok lagi, habis lima puluh lebih", ucap Adi kesal.
"Uhuk uhuk uhuk..." Bu Wiji tersedak setelah mendengar ucapan putranya kalau pagi ini habis banyak. Tika yang mendengar ucapan Adi pun hanya melongo. Namun seketika dia menatap tajam kearah Tasya.
"gara gara kamu ini, dasar pembawa sial!" ucap Tika.
Saat akan melawan ucapan Tika, Adi sudah menghentikan mereka semua. "sudah sudah, lagi makan ngapain sih berdebat. Sya, kamu gak makan?"
"gak mas, tiba tiba aja gak nafsu. Aku mau kebelakang dulu", jawab Tasya.
"kak, kakak gak usah baik baik sama dia. Nanti ngelunjak dia itu..." belum selesai Tika berbicara, Adi sudah memotongnya.
"sudahlah Tik, jangan kau buat aku juga gak nafsu makan ya. aku sudah pusing sama pengeluaran hari ini, padahal itu uang bensin jadi terpotong kan", tegur Adi lalu melanjutkan makan.
Tanpa mereka sadari, Tasya mengintip dibalik tembok dapur. "rasain tuh mas, pusing kan kepalamu. Ini belum seberapa, aku akan biarin seminggu kamu ngatur pengeluaran. Biar habis duitmu. Hihihi", gumam Tasya sambil tertawa kecil.
...****************...