Shanum,, putri dari kekaisaran angin yang di buang oleh ayahnya kedalam jurang, hanya karena keputusan dari kebanyakan menteri.
Namun, dia tumbuh menjadi gadis yang tangguh. Dia memiliki misi untuk mencari identitasnya. Tapi, tak disangka misinya ternyata lebih besar dari yang ia kira,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adirbas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama pagi tuan putri
Mentari pagi masih bersembunyi di balik awan. Shanum sudah bangun dari tidurnya, dia sedang menenangkan dirinya dengan cara duduk bersila sambil memejamkan matanya. Dia sudah terbiasa selama lima tahun di akademi bangun lebih cepat di pagi hari sebelum mentari pagi terbit.
"Huah,,,, kakak,,," panggil Lu Yan yang baru bangun dari tidurnya sambil menggeliatkan badannya. Lalu, dia melihat Shanum yang berada di sampingnya.
"Selamat pagi kawan,,,," senyum Shanum ke arah adiknya yang baru bangun.
"Pagi kak,,, kapan kakak pulang,,,?" tanyanya sambil beranjak duduk.
"Semalam,,," jawab Shanum sambil memejamkan matanya kembali.
"Kenapa tidak membangunkan Yan' er,,," ucapnya sambil bergelantung manja pada lengan Shanum.
"Kau sudah tidur semalam. Jadi, kakak tidak membangunkan Yan' er lagi,,," jawab Shanum lembut sambil membelai rambut Lu Yan.
"Kemarin ayahanda datang untuk mengajak makan bersama bila kakak kembali. Ibu selir kelima juga datang dengan membawa beberapa buah-buahan dan beberapa hadiah lainnya,,," terang Lu Yan.
"Lalu, ibunda permaisuri,,,?" tanya Shanum.
"Tidak datang,,," jawab Lu Yan.
"Bersiap-siaplah duluan,,, kita akan makan bersama ibunda permaisuri dan yang lainnya pagi ini. Setelah kau mandi baru kakak mandi. Kakak juga akan menjemput Lu Ying, kita bertiga akan makan bersama,,,".
"Bagaimana caranya kak Lu Ying juga akan makan bersama kita,,,?" tanya Lu Yan
"Itu gampang hanya perlu sedikit kebohongan maka kita semua bisa berkumpul bersama,,," jawab Shanum.
"Kebohongan apa,,,?" tanya Lu Yan.
"Yan' er mandi sana,,,kau bau kambing,,," ucap Shanum sambil menutupi hidungnya, dia sedang menggoda adiknya.
"Aissss kakak,,, siapa yang bau kambing,,,?" kesal Lu Yan.
"Tentu saja kau,,,"
"Kakak juga belum mandikan, maka kakak juga bau kambing dong,,," kesal Lu Yan sambil memanyunkan bibirnya.
"Tidak dong,,, kakak kan cantik, wangi dan pintar,,," sombong Shanum sambil mengibaskan rambutnya.
"Huekkk,,,, aduh perutku mual sekali,,," ucap Lu Yan sambil memegang perutnya.
"Yang mulia,,,kedua tuan putri sangat normal saat mereka bersama. Mereka sama seperti anak kecil lainnya yang saling mengejek dan menggoda satu dengan yang lainnya,,,," batin Sinsin ketika dia terbangun karena kegaduhan dua tuan putri.
"Hahaha,,," tawa Shanum bisa di dengar oleh beberapa dayang yang berada di luar.
"Salam yang mulia tuan putri,,," ucap Sinsin ketika dia bertemu tatap dengan Shanum.
"Bibi,,tolong siapkan segala keperluan kami. Pakaian harus ada tiga ya,,, karena semalam aku membawa temanku,,," perintah Shanum.
"Baik yang mulia,,," Sinsin langsung berjalan pergi ke luar kamar untuk memanggil dayang lainnya.
"Ying'er,,,,," panggil Shanum melalui telepati nya kepada Lu Ying. Namun tak ada balasan dari Ying.
Shanum menggerakkan tangannya membentuk lingkaran ke kasur. Lalu dia menjentikkan jarinya hingga muncullah Lu Ying yang masih tertidur pulas dengan wajah aslinya.
"Kau masih tertidur ternyata,,," ucap Shanum sambil membelai pipi Lu Ying.
Grebb
Lu Ying tiba-tiba terbangun saat dia merasakan sentuhan seseorang di pipinya. "Kakak,,," ucap Lu Ying.
"Bangunlah dan mandilah. Kita akan sarapan pagi dengan anggota keluarga lainnya,,," ucap Shanum.
"Sebentar lagi kak,," ucapnya sambil memejamkan matanya kembali.
"Bangunlah,,, sebentar lagi bibi Sinsin dan lainnya akan segera datang. Kau tadi tak ada di kasur ini, jadi berada lah di kamar mandi,,, Ubah dia menjadi wajah orang lain,,," ucap Shanum kepada Lu Ying bersamaan dengan singa yang telah menjadi pelindung Lu Ying.
"Baiklah kak,,,hai,," bangunnya mematuhi Shanum. Lalu, dia menyapa Lu Yan yang sedang berdiri dekat pintu kamar mandi.
"Hai kakak,,," balas Lu Yan sambil tersenyum ke arah Lu Ying. Lalu dia merangkul Lu Ying berjalan bersamanya ke kamar mandi.
Tak lama setelah Lu Ying dan Lu Yan masuk ke kamar Mandi, beberapa dayang masuk dengan membawa air dan segala persiapan untuk tuan putri bersiap-siap.
°°°°°°°°°°°°
Di aula makan keluarga, kaisar dan yang lainnya sudah berkumpul dan sedang bercerita segala macam cerita untuk menghabiskan waktu sambil menunggu makanan di sajikan di meja mereka. Diantara mereka semua, hanya permaisuri yang tidak bersemangat sama sekali.
"Permaisuri, apakah kau baik-baik saja,,,?" tanya selir agung khawatir ketika melihat permaisuri terlihat lesu hari ini.
"Ada apa permaisuri ku. Apakah kau sedang sakit,,,?" tanya kaisar khawatir.
"Tidak yang mulia,,, aku hanya merindukan putri-putri ku. Entah kapan Shanum akan kembali. Jika Shanum sudah kembali, maka Lu Yan juga pasti mau terbuka kepada kita,,," sedih permaisuri karena ketika Lu Yan kembali dari akademi, dia sangat dingin kepada siapapun. Itu pasti karena Shanum tidak ada bersamanya.
"Sabarlah ibunda permaisuri. Yuran yakin mereka akan makan bersama kita suatu hari nanti,,," ucap pangeran mahkota kekaisaran angin berusaha menenangkan permaisuri.
"Yuran benar permaisuriku,,," ucap kaisar sambil memegang tangan permaisuri.
"Yang mulia putri Shanum, yang mulia putri Lu Yan dan seorang teman kedua putri telah tiba,,," teriak Kasim dari luar ruangan.
Semuanya melihat ke arah pintu masuk. Terlihat lah tiga gadis kecil yang tingginya hampir sama yang memakai pakaian dengan tiga warna yang berbeda. Namun, ketiga pakaian itu terbuat dari sutra yang indah.
"Salam yang mulia ibunda permaisuri, salam yang mulia kaisar,,," ucap Shanum sendiri di awal, lalu di ulang oleh kedua adiknya seperti yang di ucapkan oleh Shanum.
"Tuan putri, bukankah seharusnya kau memberi hormat pertama kali kepada yang mulia kaisar,,," ucap selir kelima dengan nada sedikit mengejek.
" Cih,,,, ternyata tidak perlu repot-repot mencari cara untuk melumpuhkan tikus ini. Dia malah menyerahkan dirinya sendiri,,," batin Shanum dengan menatap selir kelima dengan ujung matanya.