Nayara Kirana seorang wanita muda berusia 28 tahun. Bekerja sebagai asisten pribadi dari seorang pria matang, dan masih bujang, berusia 35 tahun, bernama Elvano Natha Prawira.
Selama 3 tahun Nayara menjadi asisten pria itu, ia pun sudah dikenal baik oleh keluarga sang atasan.
Suatu malam di sebuah pesta, Nayara tanpa sengaja menghilangkan cincin berlian senilai 500 juta rupiah, milik dari Madam Giselle -- Ibu Elvano yang dititipkan pada gadis itu.
Madam Gi meminta Nayara untuk bertanggung jawab, mengembalikan dalam bentuk uang tunai senilai 500 Juta rupiah.
Namun Nayara tidak memiliki uang sebanyak itu. Sehingga Madam Gi memberikan sebuah penawaran.
"Buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Atau saya laporkan kamu ke polisi, dengan tuduhan pencurian?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Ancaman Madam Giselle.
“Mbak Dewi, tolong sebentar. Aku harus menjawab panggilan darurat.”
Nayara menitipkan berkas hasil rapat dengan Devisi Pemasaran pada Dewi — Sekretaris Elvano.
Ia tidak bisa ikut naik ke lantai dua puluh, karena mendapatkan panggilan telepon masuk dari Madam Giselle.
“Jangan lama - lama, Ra. Nanti pak bos uring - uringan.” Gurau Dewi.
Nayara hanya membalas dengan senyum canggung.
Gadis itu memilih masuk ke pintu tangga darurat. Supaya tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
Nayara menghela nafas panjang sebelum menjawab panggilan itu.
“Selamat siang, Madam.” Sapa Nayara dengan sopan dan tenang.
“Bagaimana, Nara. Apa kamu sudah mengambil keputusan?” Suara Madam Giselle terdengar tegas seperti biasa.
Nayara kembali menghela nafas. Bukan balasan salam yang ia dapat. Namun, ibu dari sang atasan begitu terus terang tanpa basa - basi.
“Masih ada waktu tiga hari lagi, Madam.” Jawab Nayara pelan.
Terdengar tawa remeh di seberang panggilan.
“Lebih cepat, lebih baik, Nara! Atau kamu ingin saya memberitahu adik kamu? Jika sang kakak telah mencuri berlian milik saya.”
“Jangan!” Potong Nayara. Nayla tidak boleh tau. Gadis itu bisa melapor pada orang tua mereka.
“Kalau begitu, lakukan apa yang saya katakan, Nara. Cukup buat Elvano jatuh cinta sama kamu. Dan minta dia menikahi kamu. Maka saya anggap hutang kamu lunas.”
Apa Madam Gi mengira semuanya semudah yang ia katakan?
“Kenapa Madam begitu ingin saya merayu pak El? Ada banyak wanita yang lebih layak untuk beliau di luar sana.” Ucap Nayara lagi.
“Kamu tau sendiri, Elvano berulang kali menolak kencan buta yang saya rencanakan. Tidak mau ikut bertemu dengan anak rekan bisnis saya. Jadi, sekarang giliran kamu yang merayu dia. Mungkin pria itu suka wanita sederhana seperti kamu.”
Memang benar yang Madam Giselle katakan. Elvano tidak mau dijodoh - jodohkan. Pria itu terang - terangan menolak kencan buta yang sudah di atur oleh sang mami.
“Saya sudah pernah mencoba, Madam.” Ucap Nayara sembari menggigit bibir bagian bawah.
Ia teringat kembali dengan kejadian tiga hari lalu di penthouse Elvano. Setelah itu, Nayara menjadi canggung saat berhadapan dengan sang atasan.
“Kapan kamu mencobanya?” Madam Gi terdengar penasaran.
“Tiga hari yang lalu.” Nayara kemudian menceritakan kejadian hari itu.
“Para mantan sekretarisnya yang secara terang - terangan ingin menggoda pak El saja, membuat bapak merasa mual. Apalagi saya, Madam. Saya tidak mungkin bisa membuat dia jatuh cinta.”
“Itu bukan urusan saya. Pokoknya, kamu harus mencari cara supaya Elvano tertarik dengan kamu. Jika tidak, jangankan Nayla, ayah dan ibu kamu akan tau kecerobohan kamu, Nara.”
“Madam mengancam saya—
Nayara menghela nafas panjang. Panggilan itu di putus sepihak oleh Madam Giselle.
Gadis itu pun kembali ke ruangan Elvano. Ia tidak mau sang atasan curiga, karena dirinya terlalu lama menghilang.
“Darimana, Ra?” Tanya Elvano saat gadis itu masuk ke dalam ruangan.
“Itu tadi ada panggilan telepon dari pihak kampus Nayla, pak.” Dusta gadis itu.
Elvano pun mengangguk tanpa banyak bertanya.
.
.
.
Sore itu, Nayara pulang kerja lebih awal karena Elvano sedang ada urusan dan memilih ditemani oleh Gilang.
Sebelum pulang, gadis itu menyempatkan diri untuk membeli kebutuhan dapur di rumah kontrakan yang sudah habis.
Menjadi asisten pribadi Elvano, membuat Nayara jarang berada di rumah. Ia pun lebih sering memberikan yang jajan tambahan pada Nayla, untuk membeli makan malamnya.
Dan mumpung hari ini ia pulang lebih awal, Nayara akan membuatkan makan malam untuk dirinya dan sang adik.
Sampai di rumah, Nayara yang hendak meletakkan belanjaannya di dapur, tertegun di tempat setelah melihat tiga kantong belanja dengan nama brand terkenal, di atas meja bambu ruang tamu.
Wanita muda berusia dua puluh delapan tahun itu pun mendekat, dan meletakan barang bawaannya di atas lantai.
“Baju wanita. Milik siapa?” Monolognya setelah melihat isi kantong belanja itu.
Ada pakaian wanita, skincare dan sepatu. Nayara pun melihat ukuran alas kaki itu.
“Nayla!” Teriaknya sedikit kencang.
“Nay!” Panggilnya lagi karena sang adik tidak muncul.
“Nayla —
“Apa sih, kak. Teriak - teriak?” Nayla muncul dari arah kamar mandi yang terletak di dekat dapur.
“Darimana kamu mendapatkan semua ini?” Todong Nayara. Ia yakin jika kantong belanja itu milik sang adik.
Nayla menggigit bibir bawahnya sembari menatap kantong belanja itu.
“Kamu tidak mengorupsi uang kuliah ‘kan?” Selidik Nayara. Sebab ia tau berapa harga belanjaan itu. Uang jajan Nayla tidak akan cukup untuk membelinya.
Kepala Nayla menggeleng kencang. “Tidak, kak. Aku tidak mungkin menyalahgunakan uang kuliah.”
“Lalu kamu dapat darimana?”
“Itu, Madam Giselle yang memberikannya.” Jawab Nayla dengan ragu.
“Madam Giselle?” Ulang Nayara.
“Iya. Kami tanpa sengaja bertemu saat Madam
Giselle selesai mengisi seminar di salah satu fakultas. Beliau meminta aku untuk menemani belanja. Katanya, kak Elvira sudah tidak ada waktu karena sibuk bekerja.” Jelas Nayla dengan lantang.
Nayara menyimak dan mencerna. Itu artinya, tadi siang saat Madam Gi menghubungi dirinya, ia sedang berada di kampus tempat Nayla kuliah?
Apa wanita paruh baya itu sengaja ingin meneror Nayara melalui Nayla?
“Lalu barang - barang ini?”
“Aku tidak tau, kak. Aku kira Madam Gi membelinya untuk kak Elvira. Sampai di parkiran malah di berikan padaku. Aku sudah menolak, tapi dia memaksa.” Nayla menundukkan kepala, sebab sang kakak yang lebih tua delapan tahun darinya itu, kini tengah menatap dengan tajam.
Nayara menghela nafas panjang. Sepertinya, Madam Giselle tidak main - main dengan ancamannya.
Hari ini wanita paruh baya itu menemui Nayla. Kedepannya, bisa saja mami dari sang atasan itu pergi mencari orang tua Nayara.
“Lain kali, jangan lagi berurusan dengan Madam Gi, Nay. Kakak tidak mau kita banyak hutang pada keluarga mereka.” Ucap Nayara kemudian.
“Apa kakak mau aku mengembalikan barang - barang ini?” Tanya Nayla.
“Tidak. Tapi, lain kali jangan mau lagi.”
Jika barang itu di kembalikan, Madam Giselle pasti akan melakukan sesuatu yang lain lagi. Dan Nayara tidak mau menambah masalah. Apalagi sampai melibatkan keluarganya.
“Sudah. Bawa barang - barang ini ke dalam. Kakak mau masak untuk makan malam kita.”
Nayla pun mengangguk patuh.
“Sepertinya aku tidak bisa menghindar dari wanita tua itu. Dia akan selalu meneror orang - orang terdekat ku.” Monolog Nayara setelah kepergian sang adik.
...****************...
nungguin si el bucin sama si nay..
ayok kak hari ini upny double 🤭