NovelToon NovelToon
Obsession For Mrs.Seaggel

Obsession For Mrs.Seaggel

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Duniahiburan / Identitas Tersembunyi
Popularitas:645
Nilai: 5
Nama Author: venn075

menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Senja mulai turun perlahan ketika Jihoon akhirnya mengutarakan niatnya. Di dalam ruangan yang hanya diterangi cahaya temaram, suara Jihoon terdengar pelan namun tegas. “Cassi… Aku akan terbang ke Amerika. Tepatnya ke Las Vegas. Aku ingin kau ikut denganku.”

Cassi yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, mendongak perlahan. Matanya menatap Jihoon dengan ragu, seolah mempertimbangkan segala risiko yang akan datang jika ia mengiyakan permintaan itu. “Untuk apa ke sana, Jihoon? Kita sudah cukup dalam terlibat. Aku tak yakin ini keputusan yang tepat,” gumamnya lirih.

Namun Jihoon tetap pada pendiriannya. Senyum tipis terukir di wajahnya, tapi sorot matanya tajam seolah menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar rumor atau gosip. “Ada banyak hal yang harus kau ketahui, Cassi. Tentang aku… tentang Soo Young… dan masa lalu yang selama ini kau pikir sudah berakhir. Semua jawaban itu ada di sana. Dan aku ingin kau sendiri yang mendengarnya.”

Cassi terdiam. Ada ketegangan yang menggantung di antara mereka. Ia tahu, langkah ini tak akan mudah. Amerika—Las Vegas—bukan hanya jarak yang jauh, tapi juga membuka kembali luka dan rahasia yang mungkin selama ini lebih baik terkubur.

Namun saat itu, Jihoon melanjutkan dengan nada suara yang lebih lembut, seolah ingin meyakinkan Cassi sepenuhnya, “Ini bukan sekadar perjalanan biasa. Jika kau tak ikut, aku khawatir semuanya akan terus menjadi teka-teki. Aku ingin kita menghadapinya bersama. Karena setelah ini… mungkin tak ada lagi jalan untuk mundur.”

Hening beberapa saat sebelum akhirnya Cassi menarik napas panjang dan mengangguk perlahan. “Baiklah… aku ikut.”

Keputusan itu bukan tanpa beban. Tapi jauh di dalam dirinya, Cassi tahu—ini bukan hanya tentang Jihoon atau tentang dirinya sendiri. Ini tentang Soo Young, tentang kebenaran yang selama ini terkubur dalam-dalam. Dan mungkin… tentang rahasia yang selama ini tak pernah terungkap di antara mereka.

Hari itu, suasana bandara internasional Incheon tampak sedikit berbeda. Beberapa awak media dan penggemar sudah memenuhi area kedatangan VIP, menanti siapa pun yang akan melintas di sana. Namun, tak seorang pun benar-benar tahu bahwa sosok yang mereka tunggu telah lebih dulu melangkah masuk ke area private terminal bandara.

Jihoon, dengan balutan coat panjang berwarna hitam dan kacamata hitam yang nyaris menutupi setengah wajahnya, berjalan tenang di bawah pengawalan ketat. Meski tak banyak bicara, pesonanya tetap menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Wajahnya terlihat dingin, tapi ada ketegasan yang tak bisa disembunyikan dari caranya melangkah.

Tak jauh dari sana, di jalur privasi yang benar-benar tertutup untuk umum, Cassi tiba dengan pengamanan ekstra. Gadis itu memilih mengenakan setelan coat cokelat gelap panjang yang elegan, dipadukan dengan scarf tebal dan beanie hitam yang menutupi sebagian besar rambutnya. Masker hitam menutup rapat wajahnya, menyisakan hanya sepasang mata tajam yang tetap memancarkan pesona anggun meski dalam balutan busana serba tertutup.

Cassi tidak melewati pintu utama. Ia tahu betul, langkah kali ini bukan sekadar perjalanan biasa. Semua sudah diatur sedemikian rupa agar kehadirannya tak terendus oleh media. Meski demikian, auranya tetap sulit disembunyikan. Ia tampak anggun dan modis, seperti biasa, bahkan saat memilih untuk menutup rapat identitasnya.

Hari itu, keduanya terbang bersama menggunakan pesawat pribadi menuju Amerika—perjalanan panjang yang membawa mereka lebih dekat pada kebenaran yang selama ini terpendam.

---

Pesawat yang membawa Jihoon dan Cassi melaju dengan tenang di atas awan, terbang jauh dari teror yang sempat mengancam hidup mereka. Dengan setiap detik yang berlalu, Cassi merasa sedikit lebih lega meski hatinya masih dipenuhi dengan kecemasan. Namun, ada satu hal yang ia rasakan berbeda sejak meninggalkan rumah keluarga Seaggel—perasaan aman yang hadir setiap kali ia melihat Jihoon di sampingnya.

Jihoon duduk dengan santai di kursi sebelahnya, matanya tertutup sesekali namun ekspresinya tetap tenang. Ia memandang luar jendela pesawat, menikmati kedamaian yang datang dengan kepergian dari semua ancaman. Sementara itu, Cassi duduk di kursinya, mencoba menutup matanya dan tidur, namun matanya tak bisa terpejam. Setiap kali ia berusaha untuk tidur, pikirannya kembali melayang ke pesan-pesan mengerikan yang ia terima—teror yang belum sepenuhnya ia lupakan.

Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Jihoon, dengan cara santainya, mulai mencoba mengalihkan perhatian Cassi. Sesekali, ia melirik ke arah Cassi dan tersenyum nakal.

"Kamu harus tidur, Cassi. Kalau terus begini, kamu akan kelelahan dan mabuk perjalanan. Nanti kamu malah jadi tidak bisa menikmati Amerika." Jihoon bergurau sambil menatapnya dengan tatapan penuh godaan.

Cassi, yang sebenarnya merasa sedikit pusing karena kurang tidur dan perjalanan panjang, menanggapi dengan senyum tipis. "Aku tidak bisa tidur... aku merasa... seperti tidak pernah bisa benar-benar beristirahat sejak semua ini dimulai." Suaranya terdengar sedikit lemah.

Jihoon menyandarkan punggungnya ke kursi, menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. "Aku tahu. Cobalah untuk menikmatinya cassi, kau akan merasakan perasaan yang berbeda."

Cassi menghela napas panjang, namun bibirnya melengkung ke senyum yang hampir tak terlihat. "Aku merasa sedikit pusing..."

Melihat ekspresi Cassi yang mulai pucat, Jihoon langsung mengangguk dan mengangkat tangannya, memberi kode pada pramugari yang sedang berjalan. "Satu air mineral, tolong," katanya dengan nada santai namun sedikit cemas.

Pramugari yang mendengar permintaan Jihoon segera membawakan air mineral untuk Cassi. Setelah itu, Jihoon menoleh lagi ke Cassi dan berkata, "Minumlah ini, kamu akan merasa lebih baik."

Cassi mengambil botol air itu, namun tangannya agak gemetar. Ia meneguknya sedikit, merasa mual, namun ada sesuatu yang menenangkan dirinya. Mungkin karena Jihoon selalu ada di sana, atau mungkin karena dia merasa sedikit lebih aman jauh dari teror itu.

Jihoon kemudian menyandarkan tubuhnya lebih dekat ke arah Cassi, mencoba mengalihkan pikirannya. "Kamu tahu, ada banyak hal yang bisa kamu nikmati di Amerika. Aku bisa menunjukkan tempat-tempat yang keren. Kalau kamu bosan, kita bisa pergi ke pantai atau... aku bisa menemanimu belanja."

Cassi menoleh dengan sedikit bingung, namun senyum tipis kembali muncul di wajahnya. "Pantai? Kamu yakin akan menikmati itu?"

Jihoon terkekeh. "Mungkin lebih tepatnya aku akan menikmati melihat kamu menikmati itu." Suaranya penuh dengan godaan yang ringan, meski tak ada maksud serius di baliknya.

Cassi menatapnya sebentar, agak bingung dengan sikap santai Jihoon. Terkadang ia merasa seolah-olah Jihoon tidak pernah benar-benar khawatir, tidak pernah benar-benar merasakan tekanan dari apa yang mereka alami. Sedangkan ia, meskipun Jihoon selalu ada untuknya, merasa cemas dan tertekan.

Namun, Jihoon seolah menyadari ketegangan itu. Ia tersenyum lagi, lebih lembut kali ini. "Hei, jangan terlalu memikirkan semuanya. Cobalah untuk lebih santai. Kita ada di sini sekarang, jauh dari semua itu."

Cassi merasa hatinya sedikit lebih ringan, meskipun pusingnya belum sepenuhnya hilang. Ia tersenyum, meskipun sedikit memaksakan diri. "Aku akan mencoba."

Namun, setelah beberapa saat, pusing itu semakin terasa. Kepala Cassi mulai berputar, dan ia merasa matanya semakin berat. Dalam perjalanan yang panjang itu, tubuhnya mulai menuntut untuk beristirahat.

Tak lama setelah itu, Jihoon menyadari perubahan di wajah Cassi. Ia melihat mata Cassi yang mulai terpejam perlahan, napasnya yang semakin dalam. Tanpa berkata-kata, Jihoon melirik pramugari yang lewat dan meminta selimut untuk Cassi. Kemudian, ia membaringkan Cassi sedikit lebih nyaman di kursinya, menutupi tubuhnya dengan selimut dengan lembut.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!