Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghibur Aleya
Sambil menunggu waktu naik pesawat di bandara Jakarta, Santi mulai menelepon Aleya, yang juga sedang dalam perjalanan ke bandara di Bandung.
"Tenanglah sayang, semuanya akan baik-baik saja jika kau tenang. Mama akan menemuimu di rumah," Santi meyakinkan Aleya berulang kali.
Disisi lain, Julia melihat pesan yang dikirimkan Guntur tapi dia tidak mengerti apa pun yang sedang terjadi. Dia lantas menjauh dari kerumunan para tamu undangan yang lainnya dan memutuskan untuk menelepon Guntur.
"Aku pergi ke toilet sebentar, dan ketika aku kembali, dia sudah pergi. Aku pikir dia marah kepadaku. Aku lalu pergi ke hotel, dan ternyata dia sudah pergi. ku bertanya-tanya apakah aku melakukan kesalahan atau mengatakan sesuatu yang membuatnya kesal," kata Guntur.
"Kurasa tidak. Aku sudah bicara dengannya hari ini, dan dia tampak senang. Mungkin ada masalah keluarga. Tapi melihat mantan suaminya Dani si tua bangka itu berdansa dengan Barbie-nya dengan tenang disini, aku jadi tidak tahu harus berkata apa. Pokoknya, aku akan meneleponnya, dan begitu aku tahu apa yang terjadi, aku akan memberi tahumu," jawab Julia.
"Aku ingin sekali tahu kenapa dia harus pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku," kata Guntur.
"Aku yakin ada banyak hal yang kau sukai dari Santi," kata Julia.
Guntur tertawa terbahak-bahak.
"Beritahu aku jika kau sudah mengetahui sesuatu. Aku akan tinggal dua hari lagi di Jakarta," kata Guntur.
"Besok pagi aku akan meneleponnya. Sekarang ada sesuatu yang ingin aku lakukan. Aku akan terus menyiksa Dani, atau aku tidak akan menjadi teman yang baik untuk Santi." Ucap Julia lalu mengakhiri panggilan dengan Guntur.
...****************...
Setelah masuk ke pesawat dan duduk di tempat kursinya, Santi berpikir tentang cara untuk membantu putrinya yang sedang bersedih itu.
Penerbangan itu terasa begitu lambat bagi Santi, dan begitu dia mendarat di bandara Surabaya, dia langsung naik taksi.
Taksi berhenti di depan rumahnya, dan begitu dia membuka pintu dia langsung berteriak.
"Aleya, sayang!" Teriak Santi sambil meninggalkan kopernya dan menuju ke lantai atas.
Dia melihat tas Aleya di lorong dan melihat pintu kamarnya terbuka, dan lampunya juga menyala. dia pun pergi ke sana.
Dia memasuki kamar putrinya dan melihatnya tidur di tempat tidurnya, seperti saat dia masih kecil. Dia masih mengenakan pakaian dan sepatu, riasannya juga tampak luntur karena menangis. Santi mencium keningnya, melepas sepatunya.
Aleya membuka matanya sebentar, berbalik, dan melanjutkan tidurnya. Santi menyelimutinya dengan baik. Saat melihat waktu, dia menyadari bahwa fajar sudah dekat. dia lalu membawa kopernya ke ruang ganti, melepas pakaian yang dia pakai untuk makan malam dengan Guntur tadi lalu mengenakan piyama, dan kembali ke kamar untuk mematikan lampu. Kemudian, dia pergi ke dapur.
Saat berjalan di dalam rumahnya, dia menyadari betapa anehnya perasaannya. Kesepian dan kekosongan tidak lagi membebaninya. Dia pergi ke dapur dan memeriksa lemari pendingin.
Dia lalu membuat kopi, lalu mengambil dompetnya, dan saat melirik ponselnya, dia melihat pesan dari Julia.
Matahari mulai terbit, dan dia dapat melihat tamannya yang indah melalui jendela. Dia memutuskan untuk keluar rumah Selain bunga-bunga yang indah, dia juga memiliki sepetak kecil tempat menanam tanaman yang lainnya. Dia gemar menanam berbagai hal seperti tomat, labu, dan beberapa buah yang lainnya.
Setelah menyiapkan sarapan, dia pergi ke kamarnya sambil membawa nampan besar untuk membangunkan putrinya yang cantik.
Dia membuka tirai dan mendekati putrinya.
"Ayo, anak gadis Mama yang berharga, bangunlah," kata Santi.
"Mama!" gumam Aleya. Dia meregangkan tubuh dan duduk di tempat tidur. "Kapan Mama datang?" tanyanya.
"Pagi-pagi sekali. Mama melepas sepatumu dan menyelimutimu," jawab Santi sambil mencium kening putrinya itu.
"Aku tertidur di tempat tidur sambil memakai sepatu!" gumam Aleya.
"Ya, lain kali Mama akan memarahimu. Sekarang, sarapanlah karena Mama rasa kau belum makan apa pun. Ceritakan pada Mama apa yang terjadi," ucap Santi.
Aleya lalu memberi tahu Mamanya apa yang telah terjadi padanya di Bandung.
"Apa yang harus aku lakukan Ma. Kenapa Mirza begitu tega padaku," kata Aleya sambil mulai menangis.
"Ayolah sayang, jangan menangis. Kau bisa melewatinya , lihat saja nanti," Santi meyakinkan Aleya.
Aleya lalu menarik napas dalam-dalam.
"Di tempat tidurnya Ma. Kenapa dia bisa seperti itu? Aku ingin memberinya kejutan, tetapi akhirnya akulah yang terkejut." Ujar Aleya.
"Mama ingin memberimu alasan, tapi Mama tidak bisa. Aleya, kenapa kau tidak memberi tahu kami bahwa kau sudah sedekat itu dengannya sampai kau bisa masuk ke kamarnya begitu saja saat kau membawanya pulang kemari?" Tanya Santi.
"Aku tahu, Ma. Maafkan aku. Aku tahu seharusnya aku memberi tahu Mama, tapi kupikir itu akan mengecewakan Mama," jawab Aleya.
"Aleya, cukup. Mama tidak peduli seberapa dekat hubunganmu dengannya. Mama yakin kalau Mama telah menunjukkan padamu bahwa kau bisa percaya pada Mama apa pun yang terjadi. Ini hidupmu, Aleya. Ini keputusanmu, dan kau harus menjalaninya. Tidak ada hal dalam hidup ini yang tidak bisa kau ceritakan pada Mama, tapi kau harus bisa menjaga dirimu," kata Santi.
"Aku tahu, Ma, maafkan aku. Meski hubungan kami begitu dekat, tapi aku tidak pernah sampai melakukan hal yang diluar batas Ma. Aku begitu berharap bisa menikah dengan Mirza dan dia bisa menjadi sosok seperti Papa yang mencintai Mama dan memiliki pernikahan yang bahagia. Tapi kenyataannya pernikahan kalian harus berakhir. Begitu juga dengan hubunganku dan Mirza." Ujar Aleya.
"Dengar sayang, kau masih muda. Masih ada banyak waktu bagimu untuk bisa menemukan pria yang baik. Mama tidak berharap kau mengikuti jejak Mama yang menyerahkan hidup Mama begitu saja pada pria yang Mama anggap begitu sempurna. Masih ada banyak pria baik diluar sana sayang. Oh ya, apa kau ingat percakapan kita sebelum kau pergi ke acara purna siswa mu dengan Joni waktu itu?" Kata Santi, membuat Aleya tertawa.
"Mama, jangan ingatkan aku soal itu. Aku heran apa yang terjadi padanya. Dia lucu sekali," kata Aleya.
"Entahlah. Joni pria yang baik. Sekarang dengarkan Mama, fokuslah bekerja dan kau akan melupakan pria tidak tahu malu itu. Oh ya, Mama membeli beberapa barang di Jakarta sepertinya kau akan suka. Untuk membuatmu melupakan semuanya, Mama akan memberimu uang, dan kau boleh membeli apa pun yang kau inginkan. Tapi, Mama ingin bertanya, apa kau yakin tidak berencana untuk kembali bersamanya?" Tanya Santi.
"Tentu saja tidak, Ma. Jika ada satu hal yang kupelajari dari Mama, itu adalah aku tidak akan membiarkan pria mana pun menindasku," jawab Aleya.
Santi tak kuasa menahan senyum.
"Mama bangga padamu. Kenapa kau tidak mandi saja? Mama akan membawa ini ke dapur dan mengambilkan handuk untukmu," kata Santi sambil menuju kamar mandi.
Aleya lalu bangkit dari tempat tidur dan mengikuti Mamanya.
"Apakah Mama membeli banyak barang di Jakarta?" Tanya Aleya.
"Tidak terlalu banyak. Masih ada di dalam koper," jawab Santi sambil mengeluarkan beberapa celana jins, sweter, jaket, beberapa pakaian dalam baru, beberapa gaun, dan pakaian yang dikenakannya tadi malam.
"Dan yang itu di atas sana," kata Santi sambil menunjuk kursi.
Aleya mengambil baju terusan yang dikenakan Santi kemarin.
"Ma, ini cantik sekali," kata Aleya sambil mencobanya di depan cermin.
"Mama akan membawanya ke tempat laundry pakaian, dan itu bisa menjadi milikmu bersama dengan barang-barang lain yang ingin kau bawa. Kapan kau harus kembali bekerja di Bali?" Tanya Santi.
"Bosku akan kembali pada Selasa pagi. Aku butuh uang karena aku kehabisan uang untuk taksi dan juga tiket," jawab Aleya.
"Mama akan memberimu apa pun yang kau butuhkan. Oh ya, bagaimana kalau besok kita pergi berbelanja? Menurut Julia, belanja adalah terapi yang bagus untuk menghilangkan rasa sakit hati, lalu Mama akan mengantarmu ke Bali. Hanya beberapa jam saja disana lagipula Mama tidak punya banyak hal untuk dilakukan. Ditambah lagi, Mama ingin melihat tempatmu bekerja," usul Santi.
"Aku suka ide itu Ma. Aku menyayangi Mama. Terima kasih sudah langsung pulang untuk menemuiku," kata Aleya.
"Kau selalu bisa mengandalkan Mama sayang," kata Santi sambil memeluknya erat.
Saat Aleya mandi, Santi memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon Julia. Setelah menceritakan apa yang terjadi, dia mengajaknya makan siang.
"Dasar bodoh. Tentu saja aku akan datang makan siang denganmu dan menghibur gadis itu. Kau tahu, Guntur sangat khawatir padamu. Dia pikir kau marah padanya karena sesuatu," kata Julia.
"Tentu saja tidak. Tapi saat itu, aku tidak bisa memikirkan apa pun selain putriku. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepadanya tapi aku benar-benar panik mendengar Aleya yang menangis," jawab Santi.
"Aku mengerti. Kau memang seorang Ibu yang gila dan obsesif terhadap putri-putri mu," kata Julia bercanda.
Setelah menutup telepon, Santi memutuskan apa yang akan dia siapkan untuk makan siang. Namun, pertama-tama, dia akan naik ke kamar tidurnya untuk mandi dan berganti pakaian.
"Tante Julia akan datang untuk makan siang bersama kita," kata Santi memberi tahu Aleya.
"Tante Julia, hebat sekali," kata Aleya.
Sementara Mamanya mandi, Aleya menyalakan mesin cuci dan mengambil majalah. Di dalam majalah itu, aktris dari serial yang diproduksi tempatnya bekerja muncul bersama pacar barunya. Ada juga foto Jennifer dengan Aldi Yunanda, bosnya yang merupakan produser dan kreator serial tersebut, yang dikabarkan keduanya menjalin hubungan asmara. Ada juga rumor bahwa Aldi telah memecatnya dari serial tersebut karena dendam.
Satu jam kemudian, Julia tiba di rumah Santi
"Tante Julia, apa kabar?" Ucap Aleya menyapanya.
"Aku baik-baik saja, sayang. Sweater yang bagus, kelihatannya familiar. Sepertinya kau telah mengacak-acak lemari Mamamu lagi," canda Julia.
"Seperti biasa Tante, Mama berpakaian sangat cantik," jawab Aleya.
"Sebaiknya kau bongkar lemari Mama tirimu. Tapi sepertinya lebih baik tidak, karena orang-orang akan mengatakan bahwa kau berpakaian seperti gadis murahan," komentar Julia.
Aleya mulai tertawa.
"Julia Fitriana, jaga perilaku baikmu," ucap Santi memperingatkan sambil mencium pipinya.
"Itu hanya candaan. Aku ingin dia tertawa," kata Julia.
"Wah, berhasil," komentar Aleya.
Mereka bertiga menuju dapur, dan Santi mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan yang akan dia masak.
"Apa kau ingin aku membantumu?" Tanya Julia.
"Tentu saja tidak, kau adalah tamunya," jawab Santi.
"Baiklah, aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengobrol dengan keponakanku. Oh ya Aleya, ceritakan padaku bagaimana pekerjaanmu. Aku sudah menonton satu episode dan alir ceritanya luar biasa. Aku akan menonton seluruh episode nya," kata Julia.
Aleya mulai menceritakan segalanya tentang pekerjaannya, bagaimana syuting nya, dan Santi senang mendengarkan antusiasme putrinya itu.
"Aldi Yunanda, aku pernah mendengar nama itu sebelumnya. Apakah dia tampan?" Tanya Julia.
"Sebenarnya bisa dibilang begitu, tapi rumornya dia berpacaran dengan para aktris yang berperan dalam serialnya itu. Lihat, ini fotonya," komentar Aleya sambil menunjukkan foto itu kepada Julia.
"Oh, tapi dia sangat tampan, persis seperti yang direkomendasikan dokter untukku sebagai suami. Dan apakah dia berkencan dengannya?" tanya Julia sambil menunjuk foto Jennifer.
"Aku tidak yakin apakah mereka masih berkencan sekarang, tapi dia pernah berkencan dengannya," jawab Aleya.
"Dan apakah dia sudah mencoba mendekatimu?" Tanya Julia.
"Tidak, Tante. Dia hanya berkencan dengan aktris cantik. Lagipula, usianya pasti seusia Mamaku," jawab Aleya.
"Kau cantik sayang, dan jika dia seusia dengan Mamamu, itu lebih baik lagi. Itu akan membuat Papamu menjadi gila. Aku bisa membayangkan skenario seperti itu. Kau adalah Barbie berambut cokelat, sementara si pelakor itu adalah Barbie berambut pirang, bosmu adalah diusianya itu lebih cocok disebut sebagai ayahnya Barbie tapi ternyata dia adalah kekasihmu, dan Dani papamu lebih cocok disebut dengan kakeknya Barbie, tapi dia malah menjadi kekasih si Barbie berambut pirang. Wah, aku ingin berada di sana pada hari itu untuk menyaksikan semuanya secara langsung!" Seru Julia.
"Julia!" Ucap Santi dengan nada marah, tapi dia berusaha menahan tawa, sementara Aleya tertawa terbahak-bahak.
"Aku cuma bercanda. Yah, tapi tentang Dani ya g cocok disebut sebagai kakeknya Barbie itu benar, dan aku sudah mengatakan hal itu pada papamu secara langsung tadi malam." Ujar Julia.
Aleya tidak bisa berhenti tertawa. Dia mengenal Julia dengan baik dan dia sangat menyukainya.
"Kau tidak perlu membuang air matamu lagi yang berharga untuk si brengsek Mirza itu. Kau boleh menangis untuknya kemarin, tapi besok kau akan merampok isi lemari Mamamu, membuat dirimu cantik, dan pergi ke dunia luar. Dunia ini penuh dengan orang brengsek, tapi percayalah, ada juga pria yang sepadan denganmu. Kau akan menemukan pria yang pantas untukmu," ucap Julia menyemangati Aleya.
Setelah menyelesaikan kunjungannya di rumah Santi, Julia menelepon Guntur dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Sementara itu, sore harinya, Santi membeli es krim yang banyak untuk diberikan pada Aleya yang memang sangat suka pada es krim.
Keesokan harinya, begitu Santi bangun, dia menyiapkan sarapan dan menelepon kantor Dani untuk bicara dengannya.
Bersambung...