"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan di gazebo
Ini pertama kali Den dan Tisya tinggal di satu atap yang sama. Rumah! Den memang belum bisa membelikan Tisya rumah. Jadi sementara nebeng dulu di (PMI) pondok mertua indah. Pernikahan kilat yang baru saja terjadi pada dirinya memang nggak ada di daftar perencanaan yang dia buat di tahun ini. Anggaran puluhan menembus ratusan juta saja sudah membuatnya pontang-panting, bagaimana bisa dia ujuk-ujuk bikinin Tisya rumah?
Dia bukan Bandung Bondowoso yang dalam semalam bisa menciptakan seribu candi untuk Nimas Roro Jonggrang tersayang. Belum lagi, tetiba dia kudu dirawat abis melakukan ritual buka segel keperjakaan, setelah malam pertama Den malah tepar! Oh kasihan.. Oh kasihan.. Aduuuh kasihan!
Den menghela nafas panjang. Menyelipkan rokok di bibirnya, dia sedang memikirkan banyak hal saat ini. Tisya mengamati Den, dia membawa jus jeruk lalu ditempelkan ke pipi Den. Usil sekali.
"Kenapa?" Tanya Tisya memiringkan kepalanya.
Den sedang duduk di gazebo melipat kakinya bersila. Gazebo kayu jati yang terletak di halaman belakang rumah Tisya, bawahnya terdapat kolam ikan. Tanah di sekeliling gazebo itu ditumbuhi rumput jepang. Dan banyak pot dari ukuran kecil sampai besar berjejer rapi seperti berlomba menampilkan keindahan lewat tanaman yang tumbuh di dalam media itu.
"Nggak apa-apa. Kenapa emangnya?" Jawab Den sekenanya. Dia mengambil jus jeruk di tangan Tisya, lalu meminumnya. Tanpa ijin si pemilik terlebih dahulu.
"Ya kamu mikirin apa? Kayak orang tertekan gitu?" Tisya duduk di samping Den.
"Ra.. Maaf ya, aku belum bisa beliin kamu rumah. Aku bakal kerja lebih keras lagi Ra setelah ini. Jangan nyesel nikah sama aku ya." Ujar Den memecah keheningan.
"Karena itu kamu diem mulu?" Tanya Tisya menoleh ke arah Den. Den mengangguk membenarkan apa yang Tisya katakan.
"Kan aku yang minta kita cepet-cepet nikah. Mana mungkin aku nyesel sama keputusan ku sendiri Den? Dan kalau soal rumah, emang kamu nggak betah tinggal di sini? Ada yang bikin kamu nggak nyaman? Bilang aja kalo emang ada yang ganjal di hati mu." Respon Tisya menanggapi ucapan Den tadi.
"Yang ganjel bukan yang ada di hati. Tapi di selangkanganku Ra." Ucap Den sambil tersenyum tipis.
Lagi-lagi tangan Tisya terayun syahdu ke lengan Den. Wes jor ajor pokoknya!
"Serius lah Den!" Tisya melotot.
"Iya emang serius aku Ra. Kepin belum ngetap oli lagi sejak malam pertama kita. Gimana nggak ganjel?" Kalimat yang terlontar itu terdengar menyebalkan di telinga Tisya.
"Urusan mu itu lah!" Ketus Tisya melengos.
"Katanya mau cepet punya anak. Tapi diajak enak-enak menghindar mulu. Mana bisa langsung tekdung kalau cuma sekali setor benih Ra?"
Tisya berpikir sesaat, menimbang apa yang dikatakan Den bisa jadi ada benarnya.
"Ah, tapi ya udah.. Terserah kamu aja. Wong aku juga bisa pake tangan kalo mau ngetap oli mandiri. Lagian, dengan kondisi finansial ku yang kayak gini.. Aku malah minder sama kamu dan keluarga mu, Ra. Belum bisa ngasih apa-apa sama kamu tapi udah bikin kamu hamil. Kayak nggak tau malu banget jadi laki." Den menambah ucapannya dengan melihat ke arah depan. Makin menghisap dalam rokok yang masih dia pegang sejak tadi.
"Dih, kamu ngomong apa sih Den? Kan tujuan ku nikah sama kamu emang pengen cepet-cepet punya anak. Dan soal keadaan ekonomi kita, perasaan kita fine fine aja. Jujur aja Den, aku sampai kaget waktu kamu ngasih mas kawin nyampe puluhan juta kemarin. Bukan merendahkan mu atau bagaimana, tapi aku udah senang misalkan dulu kamu ngasih aku seperangkat alat sholat aja."
"Aku tau kamu jenius, Den. Meski kamu nggak cerita, tapi aku tau kamu udah dapet lisensi praktek pengacara dan sertifikat kompetensi dari firma hukum kita. Seriusly, aku bangga sama kamu. Kamu pekerja keras. Smart. Bisa cepat beradaptasi di lingkungan baru, kamu pintar membangun jaringan dan reputasi baik di depan klien, kolega, dan komunitas hukum di luar tempat kita bekerja."
"Den.. Apa kamu nggak nyadar kalo kamu itu bintang?! Kamu bersinar banget di usia mu yang masih sangat muda. Dan aku yakin sebentar lagi PERADI bakal ngangkat kamu jadi pengacara senior!"
PERADI adalah Perhimpunan Advokat Indonesia. Sebuah organisasi profesi hukum yang mengatur dan mengawasi praktek pengacara di Indonesia. Begitu menggebu-gebu Tisya menyampaikan pujian untuk suaminya. Hingga dia tak menyadari jika Den sudah menyusupkan kepala di pangkuan Tisya.
Den menyembunyikan wajahnya di paha Tisya. Diam-diam dia tersenyum malu karena tak menyangka Tisya memujinya secara terang-terangan seperti itu.
"Awalnya, aku ingin buat ibu bangga Ra, aku ingin buktikan ke orang-orang yang dulu meremehkan ku dan ibu. Mereka berpikir paling ujung-ujungnya aku bakal jadi tukang parkir atau baling banter jadi satpam..." Den bicara pelan. Tanpa sadar tangan Tisya membelai lembut rambut Den. Membiarkan Den melanjutkan ceritanya.
"Hidup menjadi janda di usia muda dan tidak lagi menikah hingga aku sebesaar ini.. Membuat ibu kerap mendapat gunjingan Ra. Dipandang sebelah mata oleh para tetangga. Terutama ibu-ibu. Banyak wanita bersuami takut suaminya direbut ibu, nggak tau kenapa mereka bisa mikir kayak gitu. Aku waktu kecil sering melihat.. Ibu dilabrak orang.. Katanya ibu suka menggoda suami mereka. Padahal aku berani bersumpah, ibu itu orang baik. Beliau nggak pernah sekalipun melakukan tuduhan-tuduhan buruk mereka."
"Makanya, tanpa sepengetahuan ibu.. Dari kecil aku udah sering nyari uang sendiri. Aku nggak mau nambah beban beliau Ra. Kasihan. Aku pengen nutup mulut orang-orang yang menyepelekan kami dengan kesuksesanku. Tapi, sekarang.. Ada kamu Ra.. Aku makin semangat wujudkan mimpi ku itu. Aku pengen buat kamu dan ibu bangga sama ku. Sama usahaku, sama kesuksesan yang entah kapan bisa ku raih.. Sabar ya sayang.. aku otewe sukses buat kalian. Temenin aku sampe final, nggeh."
Tisya mencium rambut Den dengan menundukkan kepala. Tapi siapa sangka, Den malah mendongak ke atas dan bibir mereka langsung bertemu saat itu juga. Ingin mundur tapi urung Tisya lakukan.. Dia malah berinisiatif membelit dan meliuk-liukkan lidahnya di dalam mulut Den lebih dulu. Tentu saja hal itu membuat Den makin agresif.
"Pindah kamar Den..." Kata Tisya dalam desahan yang sulit diartikan.
"No. Di sini aja dulu Ra.."
"Kamu mau nyoblos aku di sini?" Pertanyaan Tisya semakin ke sini semakin ke sana.
"Mboten sayang. Aku nggak akan maksa kamu.. Kita bisa lakuin itu kapan aja, nggak sekarang.. Masih siang."
Tisya mengernyitkan keningnya. Dia menatap Den lekat. "Serius kamu nolak ku ajak kelonan? Bikin anak lho ini Den? Abis sakit Kepin udah nggak bisa bangun lagi apa gimana, hmm?"
Nggak tau aja kalo itu hanya trik Den agar Tisya mau berinisiatif duluan dalam mempertemukan Kepin sama Kelin. Den hanya tersenyum tak menjawab ucapan Tisya. Dalam hati, 'Ayoooo Ra.. Bujuk aku lagi. Ah.. Kepin udah berontak dari dalam sempak ini Ra!'
"Ya udah kalo nggak mau. Jangan harap aku bakal ngasih jatah ke kamu selama sebulan. Bye!" Tisya berusaha berdiri meninggalkan Den di gazebo seorang diri.
"Emoooh! Ayo wes ayooooo.. Sekarang aja ngetap Kepin nya Ra! Aku siap genjot kamu sampai pagi." Rengek Den kembali ke setelan awal.
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂