Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Penasaran
28 Maret 2025, siang hari di rumah putra sulung Allegra.
Seorang pria yang sedang terduduk santai di depan rumah, baru saja mendapatkan sebuah pesan dari seseorang. Dan sepertinya, pesan itu bersifat sangat penting dan rahasia. Dia segera berdiri lalu masuk ke dalam rumah.
Dengan langkah kaki yang lebar dan cepat, dia pergi menemui tuannya yang sedang melakukan aktivitas fisik di siang hari yang panas. Pria itu bernama Mon Dain, tangan kanan putra sulung keluarga Allegra, dan merupakan seorang ayah dari seorang putri kecil yang sangat dia sayangi, bernama Lilia.
...----------------...
Di dalam sebuah kamar yang luas di rumah itu. Seorang model cantik yang lagi naik daun bernama Candra Feriska, sedang dimangsa oleh seorang pria dewasa yang merupakan putra sulung Allegra, yang bernama Gelio Allegra.
Penampilannya yang berantakan, mengerang, telanjang di atas ranjang. Desah nafas terengah-engah terdengar jelas hingga keluar, tanpa adanya peredam suara semuanya akan terdengar oleh orang yang ingin mendengarnya. Pertarungan terjadi sangat sengit, tidak ada yang mau menganggu peradukan mereka berdua.
Saat itu, Mon Dain sudah tiba di depan kamar. Dia ragu untuk membuka pintu dan menemui tuannya tanpa izin. Namun, pesan yang baru saja dia dapatkan merupakan pesan urgent yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mon Dain pun masuk dengan terpaksa.
"Ah! Ah! Harder! Yeah! Oh my God baby, I'm gonna crazy!" desah wanita yang sedang terpusat pada aktivitas sakral mereka. Tapi tidak dengan Gelio, dia sadar jika seseorang telah masuk ke dalam kamarnya.
"Oh, apa kau sudah bosan menunggu ku di luar? Ingin bergabung? Aku mengijinkan mu," kata Gelio.
Sontak wanita model yang bernama Feriska itupun terkejut, menoleh ke arah pintu, dia melihat Mon Dain sedang menatap dirinya. Wanita itu pun merasa malu dan langsung menggulung dirinya menggunakan selimut, lalu menghentikan semuanya.
Gelio berdecak, merapatkan resleting celana nya, kemudian mengambil sebatang rokok dan menghisapnya dengan tenang. Pria itu memejamkan matanya, menikmati setiap hisapan asap rokok yang masuk ke paru-parunya. Setelahnya, dia kembali menatap Mon Dain yang masih berdiri diam di dekat pintu kamar.
"Kenapa kau masih berdiri disana? Apa kau hanya sekedar ingin menonton kami? Kalau aku sih tidak masalah, tapi tidak dengan wanitaku ini. Dia sangat pemalu," kata Gelio sembari melirik Feriska yang masuk membungkus dirinya dengan selimut di siang hari.
"Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan," kata Mon Dain.
"Oh, apa itu? Katakan saja sekarang," tanya Gelio.
Mon Dain melirik Feriska yang masih berada di sana. "Maaf, tapi ini sangat penting," Mon Dain menekankan kata 'penting'.
Gelio yang mengerti pun langsung berdiri, mengajak Mon Dain untuk berbicara di luar. Meninggalkan Feriska sendiri di dalam kamar.
"Bersihkan dirimu, lalu minum obatmu di atas meja. Aku akan pergi bersama Mon Dain," kata Gelio berbicara dengan Feriska.
"Baik, Tuan" Feriska mengangguk.
Gelio mengibaskan jubahnya, lalu berjalan didepan Mon Dain menuju ruang kerja miliknya. Setelah Gelio duduk di kursi putar nya, Mon Dain mulai membisikkan sesuatu di telinga pria itu.
"Apa?" Gelio terkejut setelah Mon Dain membisikkan sesuatu kepadanya.
"Tuan Gairo seperti nya tertarik dengan itu. Tapi beliau menyerahkan semua keputusannya kepada anda dan Tuan Muda Gian. Tapi saran saya, sebaiknya anda tidak menyetujuinya," kata Mon Dain.
"Gian?" tanya Gelio.
"Benar, sepertinya Tuan Muda Gian cukup tertarik dengan penawaran ini. Beliau sangat bersemangat, jadi biarkan saja Tuan Muda Gian yang-"
"Aku akan melakukannya," sahut Gelio yang sontak membuat Mon Dain merasa sangat terkejut.
"Apa yang anda katakan? Jelas-jelas pria tua Priyanka itu merencanakan sesuatu yang tidak bisa di tebak! Mereka semua sudah mempersiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk acara pernikahan! Dan sekarang mereka baru mencari mempelainya untuk pernikahan itu, apa anda tidak merasa curiga sedikitpun?" Mon Dain menjelaskan dengan penuh antusias.
"Tapi ayah tidak mencurigai nya bukan? Aku akan mengikuti permainannya, jadi aku akan menerimanya. Katakan pada ayah kalau aku sudah menyetujuinya," kata Gelio bebal.
Mon Dain membenahi posisi kacamatanya. Menekan kening dan menghela nafas panjang. "Tuan, anda tidak bisa memutuskannya secepat itu! Bagaimana dengan Nona Feriska?" tanya Mon Dain yang khawatir dengan wanita itu.
Mendengar Mon Dain menyebutkan nama Feriska, Gelio menatap tajam ke arah pria itu. "Sepertinya kau sangat perhatian dengan wanita itu, benar? Apa kau menyukainya? Bagaimana dengan istrimu di rumah? Berikan saja padaku," kata Gelio yang seketika membuat Mon Dain terdiam.
"Semoga keputusan yang anda ambil, tidak membuat anda menyesal di kemudian hari. Karena ini adalah sebuah pernikahan, bukan sekedar permainan anak-anak yang bisa ditinggalkan begitu saja," Mon Dain memberikan nasehat.
...----------------...
Disaat yang sama, Feriska yang menguping dari balik pintu pun merasa sangat terpukul mendengar Gelio akan menikah dengan wanita lain. Tapi dia merasa jika pernikahan itu sama seperti pernikahan politik para konglomerat pada bisanya. Dia merasa sedikit lega, tapi kekhawatiran tetap menjalar memenuhi kepalanya.
Pria yang sudah susah payah dia dekati selama bertahun-tahun lamanya, dengan sekejap mata direbut oleh wanita yang belum pernah ia temui sebelumnya.
"Aku harus menemukan siapa perempuan itu sebenarnya! Kenapa dengan sangat mudah dia merebut dan menikahi Tuan Gelio ku? Aku tidak bisa terus tinggal diam, sebelum semuanya menjadi terlambat!" pikir wanita itu.
Dengan cepat wanita itu bersembunyi begitu percakapan antara Gelio dengan Mon Dain sudah selesai. Gelio berniat pergi ke rumah nya untuk memberitahukan ayahnya, bahwasanya dia akan menerima pernikahan itu.
"Tuan Muda! Tolong pertimbangkan lagi keputusan anda yang terburu-buru itu! Anda tidak bisa menerima permintaan pernikahan semudah anda memberikan sedekah kepada pengemis di jalanan! Jelas-jelas ini adalah sebuah jebakan! Priyanka akan menempatkan anda dalam posisi sulit di saat anda sudah resmi menjadi menantu keluarga Priyanka!" Mon Dain mewanti-wanti agar Gelio membatalkan niatnya itu.
"Kurasa masalahnya tidak semudah itu, ada yang mereka sembunyikan, maka dari itu mereka mengirimkan surat yang ditulis langsung oleh kepala keluarga Priyanka yang itu," sahut Gelio sambil terus berjalan di ikuti oleh Mon Dain tepat dibelakangnya.
"Itulah masalahnya Tuan! Anda sudah mengetahuinya tapi tetap saja anda ingin menerimanya?"
"Sepertinya, cucu perempuannya ini tidak terlalu diperlihatkan oleh Priyanka. Yang menonjol hanya Regan seorang bukan? Bahkan anak kedua mereka juga tidak terlalu diperlihatkan di publik maupun media. Aku penasaran, bagaimana sifat calon istri ku itu," kata Gelio yang semakin memikirkannya, semakin dirinya merasa tertarik denganku.
Mon Dain sudah merasa lelah memberikan penjelasan agar Gelio mengurungkan niatnya itu. Tetapi, Gelio sama sekali tidak menghiraukannya. Dia pergi ke garasi, lalu pergi ke rumah utama tanpa Mon Dain yang mendampinginya.
Dari lantai atas, Feriska menatap tajam ke arah mobil yang Gelio kendarai. Dia berdecak, mengigit kukunya, dan berjalan mondar-mandir hanya dengan menggunakan pakaian dalam. Kebiasaan dirinya disaat sedang gelisah yaitu menggigit kuku-kukunya, bahkan hingga terkelupas dan berdarah.