Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.
Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.
kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.
Aku, Davina David.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ricky's Closure
Disarankan sambil dengerin lagu Whee In - With My Tears ya yeorobun biar makin nyesss 😭
🍁🍁
Ricky Nam dokter Ortopedi andalan Timio Medical Centre yang bertempat di perbatasan Orion dan Mithnite, telah menyelesaikan misi kemanusiaannya di tahun keduanya menetap di Pandora Town.
Ia menghembuskan napas terakhirnya di usianya yang ke 26 tahun, usia yang masih sangat muda. Pilar yang patah menghantam kepalanya ketika masih berbelanja di dalam gedung bersama Davina, sementara Davina berhasil selamat karena tidak sengaja berlindung di celah sebuah etalase stainless yang menghindarkan dirinya dari beton yang hendak menimpa.
Beruntunglah posisi mereka berdua cepat ditemukan oleh tim SAR tapi naasnya Ricky menyelesaikan misinya di toserba itu.
Jangan tanya bagaimana terpukulnya Davina, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Pandora ia terus berdoa seraya memompa jantung sahabatnya itu, sekalian juga ia berharap ini hanya mimpi, ia berharap segera bangun. Ia berharap ada yang mencubit lengannya, atau menggeplak kepalanya sekalian agar ia segera keluar dari mimpi syaland ini.
Hingga ia benar-benar tidak merasakan bagaimana luka dan darah juga menghiasi sekujur tubuhnya dan puncaknya ketika Kai menyadarkannya bahwa Ricky Nam benar-benar telah pergi dari sana. Pergi dari mereka semua.
Brughhh
Genggaman Kai terlepas ketika gadis kesayangannya itu ambruk di hadapannya. Untuk kedua kalinya Davina tumbang di hadapannya, kali ini lebih menyedihkan.
"Sayang.... Vina... !!! ".
Kai panik dan langsung membaringkannya di atas brankar yang tersedia di sebelah Ricky. Kai memberikan perawatan pada gadisnya yang juga memang terluka itu, membiarkan medis yang lain mengurus Ricky.
🍁🍁
Hari yang cerah itu benar-benar menipu mereka semua. Tidak ada sedikit pun awan hitam dilangit, tidak ada angin berhembus kencang, tidak ada guntur sedikit pun, tapi semuanya luluh lantak dari bawah tanah.
Keesokan harinya, semua keluarga Ricky telah datang berkumpul di Pandora Town, bahkan petinggi Timio Medical Centre Dokter Joseph, papanya Kai juga sudah tiba disana, juga Joon Young dan Bryan, karena bagaimana pun mereka sangat dekat dengan Ricky.
Ricky di tempatkan di sebuah ruangan khusus, sudah di dandani rapi dengan setelan jas hitam, gagah sekali. Jasad yang masih terlihat seperti hidup itu benar-benar akan membuat siapapun yang melihatnya merasa si pria tampan itu hanya tertidur jika tidak memperhatikan bahwa kepala belakangnya sedikit penyok.
Oh Ricky...
Dan...
Seorang gadis penuh luka dan perban-perban kecil di sekujur tubuhnya kini tengah menumpukan kepalanya di samping bahu Ricky. Davina tertidur disana semalaman, ia terbangun di tengah malam kala Safe Zone benar-benar hening, melepas paksa infus yang ditancapkan rapi oleh Kai. Ia benar-benar tidak merasakan nyeri apapun di badannya, padahal luka di pahanya masih mengeluarkan darah segar karena dipaksa berjalan.
Tanpa ia sadari, ralat bahkan ia juga tidak sadar sepenuhnya bahwa safe zone sudah rusuh sejak subuh, karena Davina tidak ada di brankarnya. Apalagi itu Kai yang panik.
"KAI.... Kai...", teriak Bryan.
"Om... Om baru tiba, liat Vina ngga om? Atau dia ada kabarin om mau pergi kemana gitu?! ", napasnya terengah-engah karena baru saja berlarian.
"Hah? ", Bryan ikut bingung.
"Davina pergi begitu maksud kamu? Wae ?", Joon Young menimbrung.
Bryan segera berubah ekspresinya, apalagi setelah tahu bahwa Davina bersama Ricky ketika insiden naas itu terjadi.
"Kenapa kamu tidak kabarin om nak?". Suara Bryan melemah.
"Ngg... M-maaf om, saya ngga punya kontak om, dan segan juga minta sama Vina, takut disangka sok akrab. Saya juga ngga kepikiran apa apa lagi waktu itu om, saya juga panik dan sekarang Davina ngga keliatan dimana pun." ia malu dan ragu-ragu mengatakannya.
Hingga terdengar riuh orang-orang dari ujung lorong, dimana Ricky memang disemayamkan disana. Sontak ketiga dokter yang sedang berdebat tentang Davina itu pun mengejar seolah paham apa yang sedang terjadi.
Benar saja, orang yang mereka cari berada didalam sana. Tidur sambil duduk berbantalkan sedikit sisi kasur disamping bahu Ricky yang sudah berbaring kaku. Tiga hati pria itu mencelos bersamaan. Bagaimana berantakannya gadis itu, matanya masih bengkak, luka-lukanya masih merah, yang terparah di pahanya masih berdarah, dan menembus gaun rumah sakitnya. Bryan menghela napasnya, dan meminta izin untuk masuk dan membawa putrinya.
"Nak... Sayang... ", Bryan menepuk pelan bahu Davina.
"Mau kemana lagi sih Rick, disini aja udah, ngga usah kemana-mana lagi." Jawab Davina dengan pelan.
"Vina... Sayang... Bangun, ayo buka matanya."
Deg
Davina bangun spontan matanya terbuka lebar, dan plak.... Ia menampar wajahnya sendiri, suaranya benar-benar renyah terdengar menggema hingga seluruh ruangan, semua orang disana bahkan spontan menutup mulut mereka saking kagetnya.
"VINA...!!! ", suara Bryan meninggi.
"Vina masih mimpi pah, bangunin Vina.... ", tangisnya.
Bryan segera menggendong putrinya keluar karena prosesi pemulangan Ricky akan segera dilakukan. Sang papa menggendong anaknya sambil diikuti Kai dan menuntunnya ke kamar Davina.
"Om ikut acaranya aja, biar saya yang jaga Vina."
Bryan menatap Davina dengan ragu lalu beralih ke Kai lalu mengangguk dan tersenyum tipis.
"Nak, papa pergi sebentar ya. Nanti papa balik lagi."
Tidak ada jawaban yang diterimanya, putrinya itu hanya diam tapi air matanya terus mengalir dari manik indah itu membuat Kai juga ikut sakit hati melihatnya.
"Sayang... "
Davina hanya menatapnya, setelah sekian lama diam kini terdengar sesegukan lirih, lalu detik demi detik sesegukan itu berubah jadi raungan dan kini ia menangis keras dipelukan Kai. Prianya itu hanya diam memberikan dadanya yang lebar untuk jadi alas tangis gadis kesayangannya itu.
.
.
"Harusnya aku larang dia pergi, ha-harusnya aku ngga mau di ajak, harusnya... Aaaakh.... ", isaknya.
"Sayang... "
"Harusnya aku... "
"Sayang.... "
"Kai... Akhhh.... Aku-a- aku harus bilang apa Kai." Isaknya semakin menjadi-jadi. Kali ini pria itu perlahan mengurai pelukan mereka dan menatap Davina dalam-dalam.
"Vina... Aku paham se terkejut apa kamu. Se kehilangan apa kamu sekarang, tapi kamu harus tahu naas dan nafas itu bukan urusan kita sayang. Kita ngga tahu kapan naas akan datang dan napas akan berhenti. Kamu ngga perlu nyari kesalahan kamu disini, kamu ngga perlu turut andil untuk berandai-andai, dia pergi dengan terhormat sayang."
Sekali lagi gadis itu menangis keras disana, untuk kedua kalinya ia kehilangan. Kehilangan orang yang berarti baginya, pertama mamanya dan kini sahabatnya. Tidak lama Claren muncul, isak tangis gadis itu sudah terdengar dari kejauhan dan berhenti di pintu masuk kamar mereka, melihat sahabatnya masih dipeluk pacarnya.
Davina melepas pelukan Kai, dan beralih pada Claren yang sudah terduduk di pintu sambil jejeritan. Luka yang masih berdarah-darah itu bahkan tidak ada harga dirinya sama sekali. Davina setengah berlari menghampiri Claren dan menangis bersama disana.
Kedua gadis yang selama ini disertai dan dijaga Ricky sejak awal pertemuan mereka. Trio yang selalu duduk bersama ketika makan siang di kantin Pandora Town Hospital.
Dan hari itu Ricky pergi dari sana, dari daerah bencana yang menumbuhkan cintanya, merawatnya dan membiarkannya cintanya tumbuh menjadi jenis lain yang ia sebut cinta keluarga.
Ia meninggalkannya disana, meninggalkan seluruh cintanya disana. Sosok baik hati dan ramah itu benar-benar membuat banyak orang terkejut akan kepergiannya yang mendadak. Tanpa pamit. Di hari yang cerah, kala matahari bersinar dengan teriknya, Ricky Nam berhenti dari tugas mulianya dan akan pergi selamanya dari Pandora Town.
This is the closure of Ricky Nam 🥀
.
.
.
.
TBC... 🍁