Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. TERLIBAT
Louis melebarkan senyumnya ketika ia melihat raut ketakutan pada diri Leona. Tangannya masih berada di leher sang gadis, mengelus leher tersebut dengan ibu jari. Menikmati detak jantung dari nadi di leher jenjang gadis tersebut. Ia mengira kalau Leona tidak akan pernah menampakkan rasa takut, membuat Louis penasaran akan seperti apa jika gadis itu dihantui oleh perasaan mencekam tersebut.
Namun senyum di wajah pria itu memudar ketika ia melihat Leona kesulitan untuk bernapas dan pandangan gadis itu tidak fokus. Mengejutkan lagi Louis mendapati tubuh Leona gemetar hebat, membuat pria itu panik sekarang. Bukan keadaan seperti ini yang ia harapkan.
"Hei, hei, Princess? Calm down, calm down. Look at me. Breath. In and out, slowly. Breath, Princess," suruh Louis ketika mendapati Leona hiperventilasi, yang menandakan kalau sang gadis terkena serangan panik.
Leona masih kesulitan untuk bernapas, berusaha mengikuti apa yang Louis katakan, namun ketakutan benar-benar menguasainya. Memikirkan kembali kejadian dimana ia diculik, ditembak, dipukuli, hingga harus merasakan dinginnya kematian. Gadis itu tidak sadar kalau kematian ternyata adalah hal yang paling ia takuti sekarang.
"Lihat aku," Louis menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya, "aku hanya bercanda. Aku bukan orang yang membunuhmu atau yang terlibat dalam pembunuhanmu malam itu. Tapi aku mengakui kalau kau tahu dan kenal siapa yang merenggut nyawamu malam itu. Tenang, aku tidak akan menyakitimu. Terpikir pun tidak untuk melakukan itu," sambungnya.
Louis menarik Leona ke dalam pelukannya. Mendekap erat gadis itu untuk memberitahunya kalau Leona aman. Ia mengusap punggung sang gadis, menyuruh Leona untuk bernapas dan fokus hanya pada suara dan Louis saja.
Untuk beberapa saat Louis terus seperti itu, sesekali melihat Leona, memastikan kalau gadis itu sudah lebih tenang. Jika ia tahu Leona akan bereaksi seperti ini. Tidak akan Louis bercanda menggunakan kejadian menakutkan bagi sang gadis itu.
"Sudah lebih tenang?" tanya Louis seraya melihat Leona. Lagi-lagi merasa bersalah ketika ia melihat beberapa bulir air mata jatuh dari netra indah itu. Ingatkan Louis untuk tidak bercanda tentang hal itu lagi nanti.
"Kau sungguh bukan salah satu dari orang-orang itu?" tanya Leona, belum yakin apakah pria ini dapat dipercaya atau tidak setelah melihat rekaman ingatan kalau orang-orang yang mengejar Leona dan kakak-kakaknya kemarin justru kenal dengan Louis.
"Aku bersumpah kalau aku tidak terlibat atas apa yang terjadi padamu. Tapi aku tahu siapa yang melakukannya. Namun sayangnya aku tidak bisa memberitahumu siapa orangnya, setidaknya tidak untuk sekarang," jawab Louis.
"Kenapa?" tuntut Leona, kini melepaskan diri dari pelukan pria itu dan melihat Louis dengan tatapan penasaran.
"Dia berbahaya, dan memiliki kuasa cukup besar. Bahkan untuk diriku sendiri pun masih belum bisa melawannya secara terang-terangan. Untuk itu, akan lebih baik kau tidak tahu dulu untuk sementara, begitu juga keluargamu. Aku tidak ingin sampai kau atau keluargamu terluka. Menukarmu malam itu dengan bayi yang lain adalah cara orang tersebut supaya bisa menguasai Agustine dari dalam," beritahu Louis.
"Buat apa?" Leona tidak mengerti sama sekali. Ia mengira kalau Leona yang ditukar adalah masalah internal keluarga, tapi jika dilihat dari apa yang Louis ucapkan justru lebih parah dari sekedar pertikaian keluarga semata.
"Menguasai San Fransisco. Agustine adalah pilar perekonomian terbesar di San Fransisco nomor dua setelah perusahaan Lorenzo. Kau bukan hanya sekedar lahir dalam keluarga kaya raya, Princess. Tapi salah satu penguasa perekonomian di San Fransisco, hingga beberapa wilayah di luar sana, seperti Las Vegas dan California. Kau pikir kenapa aku begitu menginginkan saham perusahaan Agustine jika perusahaan itu hanya perusahaan biasa," jelas Louis.
Leona terkejut mendengar kenyataan yang ia lewatkan tentang keluarganya. Ia tahu kalau keluarganya memiliki perusahaan dan bisnis yang luar biasa maju, tapi tidak menyangka kalau keluarga Leona adalah orang sepengaruh itu.
"Kau harus berhati-hati mulai sekarang setelah kau tahu seperti apa keluargamu. Karena kau akan menemui banyak orang-orang bermuka dua yang mendekatimu. Lebih mengerikannya ... memilki niat buruk hingga bisa sampai melukai karena rasa dengki dan semacamnya. Aku bersyukur kau memiliki kemampuan untuk melihat apakah orang itu baik atau tidak. Dengan begitu kau bisa menghindari hal terburuk yang akan terjadi padamu," kata Louis seraya merapikan rambut Leona yang bermain di wajah gadis itu.
"Apa ada alasan lain kenapa kau begitu ingin memiliki saham perusahaan Agustine?" tanya Leona karena Louis bahkan rela melakukan pernikahan kontrak jika itu diperlukan demi memiliki saham perusahaan Agustine.
"Aku belum bisa mengatakannya sekarang. Tapi salah satu alasannya adalah agar aku dapat melindungi perusahaan dan keluarga Agustine jika aku memiliki kuasa di dalamnya," jawab Louis dengan pandangan sedikit melamun, memikirkan sesuatu yang hanya pria itu yang tahu.
"Melindungi dari apa? Orang-orang jahat?" tanya Leona.
"Lebih dari sekedar jahat. Iblis dalam bentuk manusia. Jika Agustine jatuh ke tangannya, kuasa dia akan lebih kuat, dan dosa yang orang itu perbuat akan lebih bertumpuk dan akan menghancurkan kota ini. Beberapa anak perusahaan Agustine sudah jatuh ke tangannya, dan itu dibantu oleh Luna," jawab Louis.
"Luna? Dia terlibat dalam hal itu juga?" Leona terkejut ketika nama Luna terdengar dalam masalah ini.
"Benar. Noah masih menyelidiki ujung dari perbuatan penyihir satu itu. Ada beberapa dugaan yang mengarah pada hal mengerikan, tapi masih belum pasti. Aku juga masih menyelidikinya. Untuk itu, jangan pernah pergi ke luar sendirian. Orang itu masih mencarimu, karena dia tahu kalau kau melihat orang itu malam itu. Kau tahu identitas orang itu, tapi mungkin hanya melupakannya karena traumatis yang kau terima, baik mental maupun fisik malam itu," kata Louis.
Leona mengerutkan wajahnya ketika ia mendapati Louis sejak tadi mengelusi wajah Leona, khususnya bibir gadis itu.
"Kenapa?" tanya Louis saat melihat Leona menatapnya tajam.
"Kau tanya kenapa?"
Louis tersenyum melihat reaksi dari Leona, entah kenapa rasanya candu untuk pria itu melihat reaksi Leona yang selalu tidak pernah bisa ia duga. Mengingat wanita-wanita di sekitarnya selalu bersikap sok manis dan menempel pada Louis, tapi hal itu tidak berlaku untuk Leona.
"Berhenti menatapku seperti pria tua mesum," tukas sang gadis.
Louis mendekatkan dirinya ke sang gadis hingga wajahnya hanya beberapa sentimeter saja dari Leona. "Princess?" panggil Louis.
"Apa?" jawab Leona ketus.
"Can i kiss you?" ucap Louis, menatap bibir ranum sang gadis dengan wajah serius.
Sesaat Leona terdiam, sebelum akhirnya mengerutkan kenin dalam dan melayangkan tinjunya ke perut Louis. Dengan cepat Leona bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju pintu.
"Princess, kau mau kemana?" tanya Louis bingung melihat Leona yang tiba-tiba melarikan diri.
"Mom?! Dad?! Ada om-om mesum!" seru Leona sepanjang ia jalan turun ke lantai bawah.
Mendengar hal itu Louis justru tertawa, terkadang kelakuan gadis bar-bar itu bisa begitu menggemaskan. Ah, gawat, Louis tampaknya semakin tertarik dengan gadis itu sekarang. Mungkin jika Leona tidak melarikan diri dari kamar, bisa jadi Louis akan hilang kendali dan menikmati bibir ranum milik sang gadis, bahkan melakukan lebih dari itu.
Naughty Princess, you make me want you so bad, batin Louis seraya berjalan untuk menghampiri sang gadis di lantai bawah.
banyakin donk kak..bikin. tema cerita seperti ini .mengacu adrenalin...