NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Orang Tua

"Papi...", gumam Mutia, ia mengenali pria yang keluar dari mobil yang kini menyalip mobil Rangga.

Rangga terlihat kaget, ia pun harus rem mendadak mobilnya.

Begitupun Sinta, ia tidak kalah kagetnya, ia langsung menunduk begitu Pak Dwi menghampiri persis ke sisi pintu tempatnya ia duduk.

"tok...tok...tok...", pintu mobil di ketuk oleh Pak Dwi.

Perlahan Sinta pun membuka kaca pintunya, dan ia tersenyum.

"Turun ..., maaf", ucap Pak Dwi menatap tajam ke arah Sinta.

"Pi...", ucap Rangga memelas.

"Turun...!", ulangi Pak Dwi.

"Tapi Pi....", kembali Rangga memelas.

"Ini mobil Papi ya Rangga, turun..., ayo turun...!", kini suara Pak Dwi terdengar agak keras.

Dan Sinta pun tidak bisa mengelak lagi, ia pun perlahan membuka pintu dan turun dari mobil.

"Ngapain kamu di sini?", tatap Pak Dwi.

"Saya hanya menumpang saja Pak", aku Sinta.

"Menumpang kok menyingkirkan tuan rumah, lucu ya", senyum Pak Dwi.

"Kamu lagi Rangga..., lebih memilih wanita ini dibanding istrimu", Pak Dwi beralih melirik ke arah Rangga.

"Mutia..., ayo duduk di sini, kamu ini sudah sah jadi istrinya Rangga, kamu yang harus selalu berada disisinya, bukan orang lain", Pak Dwi melirik ke arah Mutia.

"Selama masih ada Papi, tempat kamu akan selalu disisi Rangga, tidak akan pernah terganti oleh siapapun", tegas Pak Dwi.

"Jangan kalah sama pelakor Nak, disini tempatmu", Pak Dwi menarik tangan Mutia agar segera duduk disamping Rangga, yang kini tidak bisa berkutik.

"Sana kalian cepat pergi !, biar dia , Papi yang urus", Pak Dwi menutup pintu mobil setelah Mutia benar-benar masuk.

Kali ini Rangga benar-benar tidak punya pilihan, ia juga tidak bisa melawan, perlahan ia melajukan mobilnya walau hatinya begitu berat kepada Sinta.

"Kamu yang mengadu ke Papi?", tuding Rangga kepada Mutia.

"Aku Mas ?, mana berani, sedari tadi aku tidak pegang ponsel, mungkin Papi sudah feeling saja",

"Awas ya..., kalau sampai ketahuan semua ini ulah kamu, tidak akan kumaafkan", tegas Rangga.

"Lalu bagaimana dengan kamu Mas, sudah berkali-kali kamu menyakiti aku dengan selalu melibatkan Sinta, apa pantas aku maafkan?", tatap Mutia.

"Aku tidak peduli Mas , kamu mau apapun juga aku selalu diam, yang aku pedulikan perasaan orang tuaku, mereka yang menginginkan pernikahan ini, selama mereka bahagia, aku akan tetap bertahan", imbuh Mutia.

"Oke..., aku ladeni kamu, aku juga ingin tahu sampai kapan kamu bisa bertahan", tantang Rangga.

"Apa istimewanya Sinta Mas, sampai kamu bisa kehilangan akal sehatmu",

"Jangan bandingkan Sinta dengan kamu, bukan kelasnya, bagai langit dan bumi, sangat banyak perbedaannya, jadi..., kamu jangan mimpi, sampai kapan pun, kamu tidak akan mampu satu level dengan dia", sinis Rangga.

"Baik Mas, selama kau bertahan dengan Sinta, maka selama itu juga aku akan tetap bersabar dan bertahan dalam pernikahan ini", tantang Mutia.

"Aku tidak akan memutuskan ikatan yang sudah disatukan oleh Tuhan", imbuh Mutia.

Mobil yang mereka tumpangi kini melaju lebih cepat, Rangga mengemudi sambil marah dan kesal, karena rencananya membawa Sinta ikut , gagal total gara-gara kedatangan papinya.

Sementara Pak Dwi, setelah melihat mobil Rangga melaju, ia kembali menghampiri Sinta.

Pak Dwi berdiri di samping Sinta. "Kamu ini cantik, masih muda, jangan biarkan usiamu sia-sia, buat apa terus-menerus mengejar Rangga, jelas-jelas dia itu sudah resmi menikah, dia sudah sah menjadi suami Mutia, kamu akan dicap sebagai wanita tidak benar jika terus mengejar Rangga, tidak mau kan, waktumu terbuang percuma", ucap Pak Dwi panjang lebar.

"Apa mungkin kamu ingin seperyi ibumu?",

"Jangan bawa-bawa ibu, aku begini juga gara-gara kalian", aku Sinta.

"Kalian siapa?", tatap Pak Dwi.

"Aku tidak ingin melihat kalian semua bahagia, hidup aku dan ibu jadi sengsara, semua gara-gara keluarga Rangga",

"Bapak kan yang sudah menyia-nyiakan ibu, gara-gara ibunya Rangga",

Pak Dwi tampak diam , ia tidak menyangka Sinta bicara begitu."Maksudnya apa?", tatap Pak Dwi.

"Tidak usah bertanya soal itu, tanya saja hati kalian sendiri", ucap Sinta sambil segera maduk ke dalam sebuah mobil yang menghampirinya.

"Hey..., jangan pergi dulu, apa maksud dari ucapanmu", teriak Pak Dwi. Namun Sinta sudah berlalu jauh.

"Apa maksudnya?", gumam Pak Dwi.

"Siapa Sinta sebenarnya?", Pak Dwi menatap mobil yang membawa Sinta sampai menghilang di ujung jalan.

Tanpa sepengatahuan Pak Dwi, Sinta sudah mengetahui tempat yang akan didatangi Rangga dan Mutia. Seakan tidak ada kapok-kapoknya, Sinta kembali mengikuti Rangga dan Mutia.

Sinta yakin, kali ini Pak Dwi tidak akan mengikutinya lagi.

Begitu juga dengan Rangga, iya juga yakin kalau ia akan kembali bersama dengan Sinta.

Seperti sudah kena jampi-jampi saja, hati dan pikiran Rangga tidak bisa lepas dari Sinta, walau sebenarnya kali ini hatinya sudah mulai terbagi dengan Mutia yang sudah membuatnya bahagia kemarin malam.

Seakan tidak ingin kecolongan, Pak Dwi akhirnya mengirim pesan kepada istrinya supaya mengikuti Rangga dan Mutia.

****

Pak Yuda dan Bu Marni sudah tiba kembali di rumahnya, mereka tampak bahagia . Mereka berharap Mutia juga merasakan hal yang sama. Walau sebenarnya ada sedikit keraguan, apalagi saat melihat tingkah Rangga kemarin.

"Pak..., Ibu kok ragu kalau Rangga itu pria yang baik untuk Mutia, Ibu takut Mutia kenapa-kenapa", Bu Marni tampak menerawang.

"Bu..., yakin saja , Mutia akan bahagia bersama Rangga, setiap orang punya masa lalu yang mungkin buruk, tapi yakin saja, setiap orang juga pasti ingin mempunyai masa depan yang baik, sehingga ia akan belajar untuk tidak mengulangi masa lalunya yang buruk, dan semoga itu yang terjadi pada Rangga",

"Mutia anak yang baik, abak yang penurut, anak yang sholehah, semoga semua sifat baiknya itu bisa mengubah sifat jelek Rangga, walau mungkin tidak secepat yang kita mau, tapi walau perlahan, itu pasti terjadi",

"Kita do'akan saja, do'a orang tua itu mujarab Pak", ucap Bu Marni panjang lebar.

"Yakin saja, sesuatu yang indah itu mahal harganya, memerlukan perjuangan untuk meraihnya, memerlukan pengorbanan untuk mencapainya, seperti kita mendaki gunung yang terjal, dibutuhkan tenaga dan peluh untuk bisa sampai dipuncak, dan di puncak sana, baru kita bisa melihat indahnya pemandangan, dan mungkin di puncak sana juga kita bisa mendapatkan sebuah air terjun dan bisa melihat pelangi", imbuh Bu Marni lagi.

"Iya Bu, Aamiin..., semoga Rangga bisa berubah, ia hanya terpengaruh pergaulan saja, semoga perlahan sifatnya bisa melunak, seiring waktu, Bapak yakin Mutia bisa membuat Rangga berubah ", Pak Yuda tampak menghela nafas panjang, seolah ia ingin menghempaskan beban berat yang sedang menghimpit dadanya. Ia takut keputusannya menikahkan Mutia dengan Rangga akan membuat Mutia terbelenggu dalam penderitaan.

1
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!