Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 20
Pintu rumah mewah ini sudah terbuka sejak tadi. Sepertinya tuan rumah memang sengaja menunggu kedatangan tamunya.
Nadira menyambut kedatangan kami.
Ia melepas tangan mas Rafka yang sedang menggenggam ku.
"Mas, akhirnya kamu datang juga." Ucapnya dengan suara manja yang sengaja dibuat-buat.
"Kita masuk yuk." Ajak Nadira sembari menarik tangan mas Rafka.
Mas Rafka dan Nadira berjalan lebih dahulu, sementara aku berjalan di belakang mereka.
Mama dan papa Nadira sudah menunggu di ruang tamu, mereka menyambut mas Rafka dengan ramah. Ya, hanya pada mas Rafka mereka beramah tamah.
Aku duduk disisi kanan mas Rafka, sementara Nadira tidak ingin kalah juga, ia duduk disisi kiri mas Rafka.
"Bagaimana Rafka? Kapan kami dan keluargamu akan datang untuk melamar putri kesayangan saya?" Tanya papanya Nadira.
"Kamu tahu? Putri saya ini masih perawan ting-ting, tentu tidak sembarang laki-laki bisa menikah dengannya. Dan kamu salah satu laki-laki yang beruntung." Ucap papanya Nadira dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Cih! Rasanya aku ingin muntah saja. Ternyata sifat Nadira itu menurun dari sifat papanya. Kalau putrinya perempuan baik-baik, tentu dia tidak akan mau menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah beristri, bukan begitu netizen?
"Saya memang meminta harga yang mahal kemarin, tapi..demi putri kesayangan saya yang terlanjur mencintai kamu, maka semuanya saya serahkan pada kalian berdua." Papanya Nadira mengambil secangkir teh yang ada di meja. Sejenak ia membasahi tenggorokan nya.
"Om, ini semua memang salah saya. Seharusnya sejak awal saya mengakhiri hubungan saya dengan Nadira. Saya bingung om, apa saya harus menikahi Nadira? Sementara istri saya Sumedang hamil." Ucap mas Rafka.
"Kami tidak mau tahu. Yang kami mau kamu segera menikahi anak saya, Nadira. Kalau nanti sampai terjadi lagi pada putri kami, kamu adalah orang pertama yang kami tuntut. Bila perlu kami akan menjebloskan kamu ke penjara seumur hidup." Mamanya Nadira angkat bicara.
Mamanya Nadira menatap ku dengan sinis, "semua itu gara-gara kamu. Kamu biang kerok dalam hubungan anak kami."
Aku hanya bisa menunduk. Toh tidak ada gunanya juga meladeni mereka.
"Begini saja Tante, om, saya minta waktu." Ucap mas Rafka.
"Boleh, kami beri waktu kamu dua hari saja. Saya tidak ingin berlama-lama untuk berfikir." Sahut papanya Nadira.
"Kalau begitu kami permisi om." Mas Rafka bangkit dari duduknya.
Mengedipkan mata padaku sebagai bahasa isyarat agar aku segera berdiri.
Nadira mengantar mas Rafka sampai depan pintu. Ia bergelayut manja di lengan suamiku, ingat ya, SUAMIKU.
"Kami pulang dulu ya." Ucap mas Rafka sembari melepaskan pegangan tangan Nadira.
"Raf.." panggil Nadira dengan suara mendayu-dayu.
Aku menggaruk telingaku yang mendadak gatal karena mendengar suara Nadira.
"Ingat Raf, kamu cuma punya waktu dua hari untuk mempersiapkan pernikahan kita. Kalau kamu ingkar, aku tidak segan-segan untuk memotong pergelangan tanganku kembali." Ancamnya.
Mas Rafka memandang Nadira dengan wajah merah padam menahan emosi.
Tanpa berkata apa-apa, mas Rafka bergegas berjalan terburu-buru.
Aku segera mengikutinya dari belakang.
Sampai di dalam mobil, mas Rafka tampak frustasi. Berulang kali ia memukul stir mobilnya,
"Sial!!" Teriak mas Rafka.
"Mas..sabar." ucapku sambil menahan tangan mas Rafka yang bersiap untuk memukul mobil.
"Aku bisa gila Naura!" Keluh mas Rafka sambil menarik rambutnya.
"Apa yang harus aku katakan pada ibu?" Ucap mas Rafka dengan kalutnya.
"Mas..kita hadapi semuanya sama-sama ya, urusan ibu, biar menjadi tanggung jawabku."
" Kamu serius Nau?"
Aku mengangguk,
Mata mas Rafka berbinar. Ia menangkup wajahku dengan kedua tangannya, " terima kasih ya Nau." Ucapnya lagi.
***
Alarm dari ponsel Nadira berbunyi berisik.
Ranjang kamar ini berderit, itu artinya Naura sudah bangun.
Aku masih meringkuk di bawah selimut, badanku terasa demam.
Ingin rasanya minta tolong pada Naura, tapi..ada rasa malu yang menyelip di dada.
"Mas.." Naura membuka selimut yang membungkus tubuhku.
Entah sengaja atau tidak, kulitku dan kulit Naura bersentuhan.
Dengan cepat dia meraba keningku.
"Kamu demam, mas?" Ujar Naura panik.
"Hem.."
"Kita ke dokter sekarang ya, mas." Naura tampak berkemas-kemas.
"Nau..aku gak papa." Ucapku lagi.
Aku menjulurkan tangan padanya.
Naura tampak bingung, lebih tepatnya, ia tidak mengerti apa yang kumaksud.
"Aku butuh dipeluk, Nau."
Malu-malu Naura mendekat padaku. Aku memeluk tubuhnya erat. Memeluk Naura, hatiku merasa damai. Dan semua masalah yang ada di kepalaku terasa hilang.
"Nau...aku mencintaimu." Bisikku ditelinganya. "Jangan pernah tinggalkan aku, ya. Kita akan tetap bersama-sama membesarkan dedek bayi." Ucapku lagi. Setelah itu pandanganku semakin buram. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.
***
Mas Rafka pingsan setelah ia mengatakan cinta padaku. Aku panik sekali.
Buru-buru aku membawa mas Rafka ke rumah sakit dengan mobil sewaan secara online.
Beruntung mas Rafka cepat ditangani. Aku pun sudah menelpon ibu. Saat ini aku butuh dukungan dari ibu.
Setelah tiga puluh menit sendiri, akhirnya ibu datang juga.
"Rafka kenapa, Nau?" Tanya ibu tidak kalah paniknya denganku tadi.
"Mas Rafka demam tinggi Bu."
"Pasti dia terlalu banyak beban pikiran."
Sahut ibu.
Pemikiranku sama dengan pemikiran ibu. Terlalu banyak beban yang dipikirkan oleh mas Rafka.
Sambil menunggu mas Rafka siuman aku mengobrol dengan ibu.
Menceritakan pada ibu mengenai pernikahan mas Rafka dan Nadira.
"Mereka hanya memberi waktu dua hari saja, Bu."
"Kamu ikhlas melihat Rafka menikah lagi?" Ibu balik bertanya padaku.
"Ikhlas Bu." Ucapku sambil tersenyum.
Ibu menggenggam erat tanganku, matanya tampak berkaca-kaca. Tanpa aku jujur pun beliau pasti sudah tahu isi hatiku.
"Ibu Naura.." suara panggilan suster membuat aku dan ibu bergegas ke depan ruangan mas Rafka.
"Pasien sudah sadar, ibu boleh masuk." Ucap suster tersebut tersenyum ramah.
Setelah mengucapkan terima kasih, aku dan ibu segera masuk ke dalam menemui mas Rafka.
Mas Rafka tergolek lemah di ranjang rumah sakit.
"Ibu..maafin aku ya.." ucap mas Rafka dengan wajah penuh penyesalan.
"Aku..aku menyesal tidak patuh pada ibu." Ucap mas Rafka dengan mata berkaca-kaca.
Ibu memegang tangan mas Rafka,
" Sekarang kamu tahu sendiri kan, Raf? Apa yang ibu berikan semuanya untuk kebaikan kamu. Kalau saja kamu nurut sama ibu, mungkin sekarang adalah awal kebahagian kamu, ibu juga Naura menantikan kelahiran anak kalian. Sekarang kalau sudah begini? Kamu akan menikahi Nadira, maka ibu akan membawa Naura kembali ke rumah ibu."
Mas Rafka terkejut mendengar perkataan ibu.
"Bu, biarin Naura tetap sama aku. Aku janji akan menjadi suami yang baik untuk Naura." Ucap mas Rafka bersikeras.
Melihat mas Rafka sedih, aku jadi tidak tega.
"Bu, mas Rafka kan masih sakit. Jangan membahas masalah yang berat-berat dulu. Naura akan bertemu dengan dokter sebentar memastikan keadaan mas Rafka."
Setelah itu aku meninggalkan ibu dan anak tersebut.
***
Alhamdulillah..akhirnya aku bisa bernapas lega karena mas Rafka dinyatakan baik-baik saja dan nanti sore sudah diperbolehkan pulang.
Kata dokter, mas Rafka hanya butuh istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran.
Derrrtttt..ponsel dari dalam tas ku berbunyi, ternyata ponsel mas Rafka.
Penasaran siapa yang menelpon, aku pun segera mengambilnya.
Nadira? Ada apa dengannya?
Angkat atau biarkan saja?
Kalau kalian jadi Naura kalian bakal angkat atau biarkan saja?
Tulis komenan kamu di kolom komentar ya...dan jangan lupa tinggalkan jejak like komen dan share juga follow aku..terima kasih...
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!
ambil bijinya jemur, setelah kering diroasting ducampur dgn kopi kasih rafka pagi dan siang. selama 4 minggu.
satu biji apel mengsndung sianida 0.2 mg..rafka tdk mati, tp merusak syarafnya.
dia akan lumpuh total, syaraf di otak, punggung,pinggang yg rusak.
banyak org pacaran 5 tjn.10 thn,15 thn jd nikah.
org nikah aja banyak yg cerai.
. jgn2 lagi hamil nadira krn sexc bebas. tinggal nunggu waktu balasan dr Allah. peremouan murahan, nanti anak2 juuga emgga ada ahklak.