Tak ada firasat apapun pada perempuan bernama Fina Nurlita, seorang perawat yang baru lulus dari kampusnya ketika seorang utusan dari keluarga konglomerat memintanya bekerja menjaga sang anak yang menderita autis.
Ia mengira jika anak itu masih kecil ternyata seorang pemuda tampan berbadan kekar yang suka sekali membawa boneka Tayo dan Doraemon.
Susahnya mencari pekerjaan untuk orang yang baru lulus kuliah membuat Fina menerima tawaran itu.
"Ini anak kami bernama Willian. Saya harap kamu bisa menjaga dan merawatnya dengan baik! Willy tidak rewel hanya perlu ditemani ngobrol saja.Tenang walaupun badan Willy besar dan kekar, perilakunya seperti anak kecil. Jadi kamu tidak perlu khawatir" ucap Else sang ibu Willian.
Hari-harinya diawal bekerja berjalan dengan lancar, hingga malam durjana hadir kala William dengan gagahnya merangsek dengan jiwa penuh nafsu birahi yang membara pada Fina walau gadis itu meronta dan memohon tetapi Willian tidak memperdulikannya. Ia pun pergi dari rumah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
William Yang Pintar
Beres memakamkan sang ayah, Fina enggan beranjak dari makamnya. Ingin rasanya itu hanya mimpi tetapi Fina sadar bahwa inilah kenyataannya.
"Ayah, sekarang Fina benar-benar sendiri..huhuhu" Tangis Fina sembari menciumi nisan sang ayah.
"Suster Fina sudah jangan nangis lagi" William terduduk di sisi tubuh lemah itu.
Fina diam saja mengabaikan ucapan William.
Mila lalu mendekat ke arah sang putri.
"Fina, ayo kita pulang. Hari sudah semakin senja" bujuk Mila.
Fina menghempaskan tangan sang ibu dan tak bicara apapun padanya.
"Ayolah Fina jangan seperti ini. Kau ini jangan seperti anak kecil merajuk. Kau masih punya ibu" emosi Mila meninggi.
"Jangan menggertak ku. Semua yang terjadi pada ayah itu adalah ulah mu. Aku tidak tahu, ibu bicara apa dengan si breng*ek Tarmidji itu hingga dia berani mencelakai ayah sampai meninggal" Fina balik memaki sang ibu.
Mila diam. Ia tahu bahwa dirinya bersalah telah menghasut Tarmidji dengan berkata bahwa Mahdi menyiksa dan melecehkannya sampai Tarmidji naik pitam. Ia tidak menyangka bahwa semuanya akan berakhir mengenaskan seperti ini.
"Fina, ayo kita pulang" ajak Else.
Fina mengangguk ikut pulang bersama kedua majikannya dan William.
Milla memekik kala keempat istri Tarmidji melemparkan barang-barang Mila keluar rumah. Menginjak-injak bajunya dan melemparkan uang sebesar dua puluh lima ribu rupiah.
"Hei apa-apaan kalian ini?" Mila tidak terima.
"Dasar istri pembawa sial. Sudah bagus Kang Tarmidji memungut mu dari emperan, kau malah memenjarakannya. Mila, sejak kedatanganmu ke rumah ini, kami semua jadi tersisih apalagi Kang Tarmidji selalu tidur denganmu dan tidak punya waktu dengan kami. Sekarang kau pergi dari rumah ini dasar pelac*r sampah" keempat istri Tarmidji meludahi Mila.
"Breng*ek kalian. Aku ini masih istri sahnya dia. Kalian tak berhak mengusirku. Jahanam kalian" Mila memaksa masuk rumah itu dan langsung di halangi oleh keempat istri itu.
"Kau boleh kembali kerumah ini asal membawa Kang Tarmidji pulang" ucap istri kedua Tarmidji.
Brughhhhhh...Pintu itu ditutup dengan sangat kencang lalu di kunci dari dalam.
Di dalam rumah, keempat istrinya berunding membicarakan pembagian harta waris.
"Aku istri pertama meminta hak ku lebih banyak. Dua mobil satu rumah, sawah dan kebun masing-masing sepuluh hektar dan uang yang ada di brangkas semuanya senilai satu triliun aku meminta lima puluh persen dan lima puluh persen lagi kalian bagi tiga" ucap sang istri pertama.
"Tidak bisa begitu dong mbak" selah istri ketiga.
"Ingat ya Neneng, kau bisa nikah dengan Kang Tarmidji itu berkat restu dariku sebagai istri pertamanya" ucap Siti jumawa.
"Baiklah kami menerima itu" ucap ketiga istri Tarmidji.
Kini tinggallah Mila terkatung-katung berjalan membawa kopernya menuju rumah sang mantan suami. Sesampainya di rumah itu, Mila tak bisa membuka pintu karena kunci rumah Fina yang pegang.
"Aku harus tinggal dimana?" keluhnya.
Ada istilah tobatnya manusia dan menyesali segalanya adalah saat berada pada titik terendah dalam hidupnya. Begitupun kini yang dirasakan Mila.
"Fina maafkan ibu" lirihnya.
Sementara Fina sedang duduk termenung di kamarnya. William di luar terus mondar-mandir menunggu Fina keluar.
William pun sudah tak sabar lalu langsung membuka pintu kamar suster kesayangannya itu.
"Suster Fina" sapanya sembari duduk disamping Fina.
Seketika Fina mengelap lelehan air matanya.
"Eh Willi kok belum bobo sih?" tanya Fina.
"Willi tidak ngantuk. Apa suster mau ikut aku?" ajaknya.
"Kemana memangnya?" tanya Fina mencoba ceria depan William.
Tanpa menjawab, William langsung menggendong Fina membuat Fina terkejut.
"Hei Willi, turunkan aku" Fina meronta saat Willi memanggul dirinya.
Sesudah sampai di kamar William, ada sebuah pintu yang Fina pun tak tahu sebelumnya karena pintunya menyatu dengan tembok. Hanya sekali menyentuh dengan sidik jari William, pintu itu langsung terbuka.
"Ayo masuk sus" ajak William.
Fina pun masuk dan alangkah terkejutnya banyak sekali alat elektronik di sana. Robot-robot pun berjajar tak lupa drone-drone canggih tertata rapi.
Pandangan Fina pun tertuju pada sebuah mainan kecil-kecil yang sangat canggih.
"Banyak sekali mainan disini" gumam Fina.
"Willi, ini mainan kamu?" tanya Fina polos.
"Iya suster. Semua mainan ini Willi yang rakit. Ada juga Willi yang buat" jawab William polos.
"Serius kamu?" tanya Fina.
"Ya dong. Willi gitu loh. Robot Ini sengaja dady belikan dari Jepang untukku dalam bentuk yang masih belum terbentuk" jawab William.
"Willi kamu pintar sekali. Apalagi yang bisa Willi buat?" tanya Fina kagum.
"Willi beneran autis atau tidak sih? Dia kok bisa pintar sekali" ucap Fina dalam hatinya.
"Willi bisa bikin game" jawab William.
"Dady tahu?" tanya Fina.
"Tahu dong" jawab William.
"Kapan kamu bisa membuat itu? Kan Willi malam pasti tidur dan siang sibuk bermain?" tanya Fina heran.
"Setiap hari Willi selalu bangun pagi-pagi dan mulai membuat game atau merakit robot" ucap William polos.
Kemudian William menunjukan satu robot berwajah wanita.
"Suster lihat robot itu, Willi beri nama Fina" ucap William bahagia.
"Itu kan nama suster" ucap Fina.
"Iya. Robot itu cantik seperti suster Fina" ucap William sembari tersenyum.
Seketika pipi Fina bersemu merah. Baru kali ini dalam hidupnya ada yang mengatakan dia cantik.
Rasa lelah sedari sekolah mencari uang untuk dirinya dan sang ayah membuat Fina lupa bagaimana bersolek diri. Ia tak pernah memakai skincare sekalipun karena menurutnya jelek pun tak masalah asal ia bisa makan dan sekolah. Berbeda dengan pandangan pria terhadapnya, walaupun dirinya menganggap wajahnya biasa saja, tapi bagi pria ia cantik dan natural. Hal itu yang dirasakan William. Dimatanya Fina adalah sosok ibu peri.
Mereka pun akhirnya keluar dari ruangan itu. William sudah menguap. Sebelum tidur, William meminta di bacakan dongeng oleh Fina.
Fina keluar dari kamar William karena bocah tua itu sudah terlelap.
"Selamat bobo Willi" ucap Fina kala mennina bobokan William.
Cuppppp!!!! Fina mengecup kening William.
"Hmmmm, kamu tampan sekali sih. Lucu lagi. Maaf ya ku ambil ciumannya.. Hehehe" ucap Fina sewaktu berhasil membuat William tertidur setelah dongeng yang berjudul ikan mas dan ikan pari yang saling jatuh cinta.
Fina berjalan hendak ke kamarnya melewati ruang tamu. Lalu dirinya mendengar percakapan antara sang Tuan dan Nyonya.
"Dad, apakah tidak ada cara lagi agar William bisa normal kembali?" tanya Else pada Chandra sang suami.
"Kecil kemungkinannya" jawab Chandra dengan nada lesu.
"Dad apa kamu tidak lihat, Fina dan William sangat akrab sekali. Mami akhirnya menemukan orang tepat merawat William" ucap Else.
Mendengar namanya disebut, Fina yang saat itu bersembunyi dibalik tembok merasa jantungnya di pompa dengan cepat.
"Ya semoga saja Fina tulus merawat anak kita. Oh ya mi, kemarin Pak Leon mengajak dady bicara serius. Beliau mengajak dady untuk menjodohkan William dengan anaknya" tutur Chandra.
"Apa? Bukannya anak Pak Leon itu seorang selebgram dan selebtok ya dad. Mami pernah lihat di medsosnya waktu dia sedang menari di sebuah club malam nyaris tanpa busana sampak saat itu menjadi skandal dan kabarnya membuat keluarga besar Pak Leon malu" ungkap Else.
"Benarkah itu? Amit-amit harus punya menantu urakan begitu. Sudah lah harusnya kita sebagai orang tua yang mempunyai seorang anak istimewa harusnya sadar diri. Jika ada yang mau dengan anak kita, percayalah mi, mereka bukan tulus pada William tapi mereka ingin uang kita" tutur Chandra dengan nada sedih.
"Dady benar" lirih Else.
Fina yang mendengar percakapan itu seketika merasakan kesedihan. Fina semakin mengerti bahwa di setiap tawa sang majikan ternyata menyimpan kesedihan yang mendalam akan nasib sang putra mahkota.
aku gemes rna gregetan alliya
kak buatin dong cerita antara aliyya dgn om grab nya dong ☹️☹️🥺
klau bisa ya kak🙂🙂😭
menghibur bgt🙏🙏🤗🤗🥰😍😘