hubungan Selama tiga tahun tak bisa bertahan karena orang ketiga, sahabat baik suamiku datang dengan dalih pertemanan, awalnya aku menanggapi biasa saja hingga suatu hari aku tak sengaja ingin memberikan kejutan malah aku yang di berikan kejutan oleh suamiku,, perih dan pedih rasanya hingga aku tak mampu bertahan, Bahkan kaki seakan lemas tak bertulang... menyaksikan suamiku membawa sahabatnya dan memperkenalkan sebagai adik maduku.aku yang tak rela di madu memilih mundur..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa bila imuets, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat pak Mardi
Setelah melihat Rendra tidur Vanesa bernafas lega, bagaimana pun ia sudah membohongi suami yang mau mengakui darah daging orang lain.
Pagi hari Rendra bangun lebih dulu, karena ia tak tega melihat Vanesa yang terlelap, ja menyiapkan semua pakaian dan juga tas kerja sendiri, Rendra hanya bisa menghela nafas kasar, saat ia selalu sendiri, mungkin jika di katakan menyesal ia sangat menyesal tapi mau dikata nasi sudah menjadi bubur, dulu saat bersama ayu ia akan selalu di siapkan apa-apa hingga ia menjadi tergantung dengan istrinya itu, sekarang ia harus mandiri, saat Vanesa menjadi istrinya ia tak pernah melayani semua kebutuhan Rendra, hanya Vanesa jago di ranjang saja.
"Yank... bangun, mas berangkat dulu ya nanti mas ajukan untuk cuti kamu.." Rendra berbicara di telinga Vanesa, dan mencium pucuk kepalanya.
"Hemb... iya mas, hati-hati ya maaf aku gak bisa layani kebutuhan kamu, kamu tau sendiri kan.." ucap Vanesa yang masih membuka matanya.
"Iya mas mengerti hati-hati di rumah ya, kalo ada apa-apa hubungin segera.." Rendra bangkit dari samping istrinya dan langsung menyambar tas yang akan ia bawa.
Vanesa hanya melihat Rendra yang saja pergi kembali tidur, karena badannya yang terasa remuk, Rendra keluar kamar dan melihat makanan yang tersaji dia atas meja. Ia duduk dan mulai sarapan.
"Ibu masak apa hari ini.." tanya rendra kepada ibu wati..
"Nasi goreng dan telur mata sapi kesukaanmu.." ibu Wati mengambil nasi goreng dan meletakan di depan Rendra.
"Makasih bu.." ucap Rendra.
"Iya.. oh ya istrimu tak ikut sarapan nak.." tanya ibu Wati yang melihat menantunya belum muncul.
"Kayaknya nggak deh bu, vanesa masih tidur, lagian juga tadi malam Vanesa pulang malam."
"Memang pulang malam ia menemui siapa nak.." ibu Wati masih penasaran
"Katanya temanya bu, jadi maaf, ya bu Rendra akan lebih ketat terhadap Vanesa.." Rendra merasa bersalah.
"Jangan biarkan istrimu itu pergi malam nak, gak baik lo wanita hamil pulang malam, dan juga pamali, ibu gak mau ya nanti anak kamu kenapa-kenapa.." ibu Wati
"Iya bi nanti rendra akan bilangin dia.." Rendra makan dengan lahap,
Setelah menyantap sarapan nya rendra pamit untuk pergi bekerja.
"Bu rendra pamit ya, titip vanesa.." ucap Rendra yang menyalami ibunya dengan takzim.
"Ya nak hati-hati dijalan.." ibu Wati menerima uluran tangan anaknya itu.
"Assalamualaikum bu.."
"Walaikum salam."
Rendra pun pergi, setelah itu ibu Wati membereskan piring tadi,
Ayu hari ini akan pulang ke kampung halamannya, karena Ayu juga sudah berjanji kepada bapaknya.
"Pak, hari ini pulang pagi atau agak siangan." tanya Ayu yang sudah ada di di depan rumah Ayu.
"Agak siangan, gimana. nak, lagian mungkin kamu masih ingin. menikmati dulu disini.." ucap pak Mardi.
"Bukanya bapak bilang ngajak pagi kenapa sekarang agak siangan.." Ayu menjadi bingung dengan ucapan bapaknya.
"Bapak masih mau mengunjungi teman bapak yang ada.di rumah sakit."
"Lo bapak punya temen berapa disini.. kok kayaknya bapak betah disini.." Ayu bertanya-tanya.
"Bapak dulu sempat merantau disini nak, sebelum ada kamu, jadi teman bapak banyak disini.."
"Bapak kok gak pernah bilang.."
"La kamu gak pernah nanya nak.."
"Hehehe maaf pak, "
Tiba-tiba Naina datang dan melihat Ayu dan pak Mardi bercrekama.
"Pak, Ayu minum gih mumpung masih hangat.." Naina membawa teh, dan menyajikan di depan ayu dan pak Mardi.
"Terimakasih nak," pak Mardi pun menerima teh yang di buatkan oleh Naina.
"Ayu minum gih mumpung masih anget." ucap Naina yang juga mengerjakan teh ke Ayu.
"Terimakasih lo nai, udah bikin kamu repot. kamu gak kerja hari ini.." tanya Ayu.
"Kerja bentar lagi, oh ya maaf ya aku gak bisa anterin kamu pulang, karena aku takut di pecat, karena terlalu banyak izin, gak papa kan kalo aku gak anterin kamu.." Naina merasa tak tega meninggalkan Ayu di rumah.
"Gak papa nai, lagian kerja kamu juga penting, jika kamu di pecat kamu mau kerja apa.."
"Ya juga ya, makasih ya ayu, kamus sahabat aku yang paling baik..". Naina memeluk Ayu..
Setelah saling berpelukan naina pun melepaskan dan izin untuk berangkat bekerja.
"Ayu aku pamit ya, kalo kamu butuh apa-apa jangan sungkan, suruh bapak kamu sarapan di dapur," ucap Naina dan beralih memandang pak Mardi," maaf ya pak lukanya seadanya.." Naina merasa sungkan memberi makan tahunya itu hanya seadanya.
"Apa sih nai, kamu itu, sederhana asalkan kita bisa makan.."
"Iya nak, bapak makan apa aja kok, terimakasih juga lo sudah menampung Ayu, sama menjadi teman Ayu." pak Mardi menimpali..
"Apa sih pak, kita kan sahabat pak, baiklah klo begitu aku pergi dulu ya Ayu, pak.." makan menyalami pak Mardi dan langsung pergi untuk bekerja..
Setelah Naina hilang dari pandangan, pak mardi pun berkata.
"Kamu beruntung nak, punya sahabat kayak Naina, yang ada di saat kamu sudah, dan ada saat kamu tidak baik-baik saja, tidak ada sahabat seperti Naina." ucap pak Mardi.
"Iya pak Ayu beruntung memiliki naina, yang ayu tidak beruntung, adalah memiliki laki-laki yang tidak bisa melihat ketulusan Ayu," Ayu mulai berkaca-kaca saat mengingat, Rendra yang tak pernah melihat ketulusannya..
"Jangan jadikan, rasa sakit hati kamu dengan terus terpuruk nak, mungkin jodoh kamu Rendra mungkin sampai di sini.."pak Mardi pun hanya bisa menguatkan apa yang putrinya rasakan, ia akan menjadi garda terdepan untuk putrinya agar tak pernah melihat kearah masa lalu.
"Bapak yakin nak, jika kamu akan menemukan jodoh yang bisa membuat kamu bahagia."
"Aku gak kepikiran kearah sana pak, sekarang yang terpenting, bapak senang dan juga Ayu bisa membesarkan anak ini nantinya, Ayu sudah tak ingin berumah tangga lagi pak." Ayu berpikir mungkin ia tak ingin kembali berumah tangga.
"Jangan begitu nak, jadikan semuanya pelajaran dalam. hidup kamu, tapi jangan berfikir untuk tidak membina rumah tangga lagi, bapak ingin kamu dapat laki-laki yang bisa membimbing kamu dan juga membahagiakan kamu sebelum ajal menjemput." pak Mardi tak mau anaknya hidup sendiri seperti dirinya.
"Tapi pak, aku masih trauma pak, aku takut laki-laki, aku takut disakiti lagi, "
"Jangan begitu nak, bapak hanya ingin melihat kamu bahagia itu saja.."
Setelah berdebat dengan pak mardi ahirnya Ayu akan berusaha untuk membuka hati, tapi entah kapan iya belum siap, untuk itu. bahkan ia juga gak berfikir kearah dana, kecewa akan rendra berikan menjadi cambuk untuk Ayu, lebih waspada mengenal laki-laki, walaupun tak semua laki-laki sama, tapi Ayu sadar, siapa yang mau menikah dengan janda yang sudah mempunyai anak, bahkan cemooh tetangga nanti akan statusnya di pertanyakan.
Dan menjadi nilai tersendiri
gak asik banget
pinginnya elang cari perempuan lain aja
lemah dan gak menghargai suami
kl masa lalu sdh selesai pasti pas ketemu mantan dah gk ada rasa takut dan rasa apapun. kl masih gk bisa menghadapi berarti masih ada hati.
aku dah di campak kan ma mantan waktu ketemu pantang aku menundukkan kepala. agar dia bisa lihat aku bisa tanpa mu bhkan bisa lebih. itu br keren.
Kl dah move on dan gk cinta pasti bisa menghadapi Rendra dng kepala tegak ini mlh sembunyi 🤣🤣. terlalu bucin ma Rendra mkne gamon balik an saja lah ma mantan biar suami mu sekarang dpt wanita yg keren dan gk mainin hati.
si adit juga gak profesional biar sahabat kalau di kantor kan atasan masa gitu sih