Luka Hati

" Aku antar kamu pulang." tawar Ario kepada Kanaya.

" Tidak perlu aku bisa pulang sendiri." Kanaya menolak mentah - mentah tawaran Ario.

" Aku cuma menawarkan kalau kamu tidak mau aku juga tidak memaksa ... Bunga ayo kita pulang! Karena tawaran aku hanya berlaku satu kali." kata Ario dan lagi - lagi Kanaya kesal , karena sebelumnya Kanaya ingin sekali dibujuk untuk mau diantar oleh Ario. Ternyata harapan tinggal harapan Kanaya tidak bisa merasakan adegan seperti film atau sinetron romantis nya.

" Ya sudah pulang sana aku masih mau disini lagi pula aku tidak tertarik untuk tawaran kami." kata Kanaya tersenyum sinis.

" Ok kami pulang dulu jangan lupa pikirkan apa yang tadi menjadi syarat utama ku tadi, jika kamu mau dipanggil Bunda." Ario berpesan agar Kanaya mempertimbangkan syarat kalau dia harus mau jadi istri Ario jika ingin dipanggil Bunda oleh Arka.

Kanaya hanya tersenyum pias karena itu tidak akan pernah terjadi sekalipun dia dan Denis tidak berstatus sebagai sepasang kekasih. Kanaya terlalu membenci Ario saat ini.

Setelah kepergian Ario Bunga dan yang lainnya Kanaya juga pulang sampai di apartemen dia memilih menonton film. Gender film yang di pilih Kanaya adalah sebuah film romantis yang berjudul 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck' yang dimana film itu sangat menyentuh hatinya dan dia tidak mau nasibnya seperti Hayati dan Zainuddin yang berakhir tragis dan tidak bisa bersatu. Karena tokoh utama dalam film itu yaitu Zainuddin terlalu membenci Hayati dan dia menyesal setelah dia sadar bahwa rasa bencinya terhadap tokoh Hayati dikalahkan oleh rasa cintanya dan cinta itu harus dia kubur bersama jasad Hayati wanita yang sangat dia cintai.

Kanaya termenung dan syarat yang diinginkan oleh Ario itu tidak mungkin terpenuhi oleh dirinya karena selain rasa benci yang besar ibu dari Kanaya juga sangat membenci Ario. Karena ulah Ario hampir membuat Kanaya kehilangan cita - citanya.

" Bagaimana bisa kami bersatu jurang pemisah antara Aku dan Ario sangat dalam." gumam Kanaya pada dirinya sendiri.

...****************...

" Kanaya maaf ya kemarin aku harus pulang lebih dulu karena ada operasi yang tidak bisa ditunda." kata Denis penuh penyesalan dengan pada Kanaya.

" Is Ok no problem." jawab Kanaya santai tanpa ada rasa kesal.

" Terimakasih kamu tidak marah tapi mungkin kamu mau persiapan mental kan?" kata Denis tersenyum penuh arti.

"Menyiapkan mental ... Maksudnya?" Kanaya bingung dengan pertanyaan Denis.

" Mental punya suami dokter dan aku ingin sekali punya istri yang satu profesi." senyuman Denis tidak juga punah dari bibirnya.

" Maaf Denis jangan terlalu berharap karena kamu tidak tahu siapa aku."

" Aku tahu kamu tidak suci dan aku terima itu dan aku juga berterima kasih kepada kamu karena sudah jujur dan lagi pula kesucian itu bukan alasan utama untuk menikah dengan aku."

Kanaya tiba-tiba sedih dan mengingat kejadian tujuh tahun lalu dan Denis yang melihat itu langsung menyadari dan langsung berkata " Nay ... Nay ..." Denis menyadarkan Kanaya dari lamunannya yang dalam.

" Maaf Mas aku hanya ingat sesuatu." kata Kanaya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

" Aku tidak mau kamu ingat - ingat masa lalu karena kita tidak perlu melihat kebelakang tapi harus menatap kedepan. Masa lalu hanya masa lalu dan aku adalah masa depan kamu "

" Aku bilang jangan terlalu banyak berharap karena kalau tidak kesampaian kita akan sakit."

" Aku harus berharap banyak tapi jika harapan itu harus musnah aku akan tetap tegar karena aku yakin Allah akan memberi yang lebih dari harapan aku yang sebelumnya dan aku sangat percaya itu " kata Denis dengan mengelus pundak Kanaya lembut dan kegiatan itu dilihat oleh Ario.

" Mas ... Sudah jangan sedih ... Aku yakin kamu bisa dapatkan hati dokter Kanaya." kata Bunga pada Ario.

" Aku ngantor dulu dan ini bukti tanda terima property rumah sakit. Tolong kasih ke Papa!" kata Ario dengan senyum pias dan meninggalkan sosok Bunga yang masih berdiri mematung.

" Mas ... Mas ... Kasihan banget kamu mencintai seseorang yang tidak bisa mencintai kamu." monolog Kanaya pada dirinya sendiri.

...****************...

" Kamu kenapa kok wajah nya di tekuk terus terus?" tanya Nadia pada Ario anak nya yang masih betah dengan wajah murung nya.

" Aku mau keluar dulu ma." Ario bangkit dan pergi keluar rumah.

" Mau kemana kamu Ario."

" Cari angin." jawab Ario asal, entah mengapa perasaan Ario sakit jika mengingat pemandangan antara Denis dan Kanaya. Lagi - lagi Kanya bisa tersenyum lepas pada Denis sementara jika bersama dirinya Kanaya akan bersikap sinis dan sangat jutek.

Arion memutari kota C dengan mobil hingga beberapa lama dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemui Kanaya ketempat praktik nya.

" Assalamualaikum dan selamat malam Dokter Kanaya!" Ario masuk ke dalam ruang praktik Kanaya.

" Kamu ngapain ke sini?"

" Assalamualaikum dokter Kanaya." Ario mengulang kembali salamnya.

Kanaya yang malas berdebat pun menjawab dengan nada malas dan tidak ikhlas "Waalaikumsalam."

" Gitu dong ..."

" Sudah jangan banyak basa-basi mau ngapain ke sini? " Kanaya membesarkan bola matanya.

" Ya ketemu kamu lah kan kamu sudah selesai praktik."

" Untuk apa?"

" Untuk ngobrol."

" Apa yang mau di obrolin? Aku tidak ada waktu."

" Kanaya bisa tidak kamu bersikap seperti tadi pagi ketika kamu lagi bersama Denis."

" Ooh tidak bisa Denis lain kamu lain."

" Apa bedanya?" Ario tersulut emosi ketika dia mengatakan bahwa Denis berbeda dengan nya.

" Ario Putra Marino Nugraha bertanya apa bedanya? Tentu berbeda seperti bumi dan langit. Denis baik sopan dan santun sedang kamu ..."

" Aku kenapa? Jahat bejat apa lagi?"

" Pikir aja sendiri. Aku malas menjawabnya." Kanaya meninggalkan Ario di ruang praktik Kanaya dan langsung menuju halaman klinik tempat Kanaya praktik dan pergi meninggalkan tempat itu. Ario juga menyusul Kanaya dari belakang dan mengikuti wanita cantik yang merupakan ibu kandung dari putranya.

Sesampainya di sebuah kawasan apartemen yang tidak terlalu wah. Kanaya memarkirkan mobilnya di basement apartemen, setelah itu dia langsung keluar dari dalam mobil dan langsung menuju apartemen yang disewa nya.

Ario sedikit berlari agar dia tidak tertinggal dari langkah Kanaya.

" Nay ... Nay ... " panggil Ario namun Kanaya seperti kehilangan pendengarannya dan dia tidak mau berhenti.

Akhir Kanaya sampai di depan salah satu unit apartemen itu dan Ario sampai tepat waktu dan langsung mengganjal pintu itu dengan kakinya.

" Awas ... "

" Aku tidak mau sebelum kamu membiarkan aku masuk."

" Aku tidak ingin kamu masuk ke unit aku."

" Kita perlu bicara."

" Tidak ada yang perlu dibicarakan."

" Ada yang perlu dibicarakan dan itu penting."

" Aku tidak mau jadi istri kamu."

" Kamu harus mau."

" Aku tidak mau."

" Harus ."

" Kok maksa?"

" Ya mesti maksalah karena kamu keras kepala."

Apa yang terjadi selanjutnya aku akan rajin update kalau ada yang komen like dan minta update.