NovelToon NovelToon
Married To A Complete Stranger

Married To A Complete Stranger

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Purnamanisa

Riana, seorang fresh graduate yang diterima bekerja menjadi salah satu karyawan di sebuah perusahaan pengembang game yang cukup ternama, Gameflix. Riana tidak pernah menyangka akan mendapatkan kejutan di hari pertamanya bekerja. CEO perusahaan tempat dia bekerja melamarnya di hari pertamanya bekerja! Bagaimana kisah Riana selanjutnya? Simak kisah serunya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purnamanisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hah? Cemburu?

"Kamu disini ternyata, Na. Saya cari-cari," kata Barra. Riana terkejut mendengar cara Barra memanggilnya. Riana masih mematung ketika semua teman-temannya mulai heboh mempersilakan Barra duduk.

"Silakan duduk, Tuan," kata Dinda yang kemudian pindah duduk di samping Leo.

"Tuan mau pesen apa?" tanya Raga pada Barra. Barra menggeleng.

Suasana menjadi canggung. Diam. Tak ada suara. Riana melirik ke arah teman-temannya yang jadi bingung mau bagaimana. Riana merasa bersalah. Tapi akan lebih salah lagi kalau dia tidak ijin dan tidak membagikan lokasinya saat ini.

"Tuan, ikut saya sebentar," bisik Riana pada Barra. Tanpa bertanya Barra mengikuti Riana yang berjalan keluar dari kedai.

"Ada apa?" tanya Barra penasaran.

"Mmm... Bagaimana kalo Tuan tunggu di mobil saja? Setelah selesai makan saya akan langsung pamit. Janji," kata Riana, lagi-lagi dengan sangat hati-hati.

"Kenapa kamu nyuruh saya nunggu disini?" tanya Barra, polos.

"Tuan nggak liat tadi suasananya jadi canggung. Semua merasa segan karena ada Tuan. Ditambah lagi Tuan tidak ikut makan," kata Riana. Barra menatap Riana tajam. Riana sedikit menciut. Barra maju selangkah lebih dekat ke arah Riana yang sukses membuat Riana takut.

"Jadi, kamu mau bilang saya merusak suasana?" tanya Barra dengan nada setengah berbisik tepat di depan wajah Riana.

'Memang!'

"Baiklah. Dalam waktu tiga puluh menit kamu nggak keluar, saya masuk lagi," kata Barra memundurkan badannya dan masuk ke dalam mobil.

"Terimakasih, Tuan," kata Riana sambil membungkukkan badannya ke arah Barra yang sudah duduk di dalam mobil. Riana lalu kembali ke dalam kedai. Barra melihat jam tangannya. 17.01.

Sembari menunggu, Barra mencari informasi tentang pria yang menatap Riana dengan penuh rasa yang tak bisa Barra jelaskan. Mudah saja bagi CEO muda itu untuk mengakses informasi para karyawannya.

"Raga Bagas Raharja. Lulusan S1 teknik informatika dari universitas ternama. Cumlaude. Posisi jabatan ketua tim satu departemen pengembang game," gumam Barra sambil membaca informasi yang terpampang di ponselnya.

"Jadi dia ketua timnya," gumam Barra sambil menerawang jauh, masih mengingat ekspresi Raga pada Riana yang entah mengapa membuatnya merasakan sesak di dada. Barra melepas hoodie yang dipakainya. Barra memang selalu tampil kasual kecuali jika sedang bertemu klien penting.

'Apa ada sesuatu diantara mereka?'

***

"Thanks ya, Ga, udah ditraktir," ucap Riana pada Raga ketika selesai makan.

"Sama-sama, Ri," kata Raga.

"Aku langsung balik ya. Udah ditungguin," pamit Riana.

"Cieee~ yang ditungguin calon suami," goda Dinda sambil melirik ke arah Raga yang terlihat kecewa.

"Eh, tapi, nurut juga Tuan Barra sama lo, Ri," celetuk Leo. Riana hanya meringis.

"Udah ya. Makasih," kata Riana sambil beranjak dari duduknya.

"Gue anter ke depan," tawar Raga.

"Eh, nggak usah. Ntar Dinda sama Leo bisa cakar-cakaran," kata Riana sambil tertawa kecil. Raga yang sudah setengah berdiri, duduk kembali.

Raga melihat Riana yang berjalan buru-buru menuju Barra. Sedari mengantar Barra keluar, Riana terus melihat jam tangannya, seperti buru-buru.

"Agak serem juga jadi isterinya Tuan Barra," komentar Dinda. Leo mengangguk cepat. Raga masih melihat Riana hingga punggungnya tak lagi terlihat.

"Maaf, Tuan, lama menunggu," ucap Riana pada Barra sambil mendudukkan dirinya ke dalam mobil.

"Kamu selalu bisa tepat waktu. Itu sudah cukup," kata Barra yang melirik jam tangannya masih pukul 17.28. Riana tersenyum.

"Eh? Dimana Rei?" tanya Riana yang heran Barra duduk di kursi kemudi, dan baru sadar dirinya langsung mendudukkan diri di kursi samping kemudi.

"Kamu ada perlu dengan Rei?" tanya Barra tanpa menatap Riana.

"Eh? Tidak, Tuan. Hanya saja biasanya Rei selalu di samping Tuan," jawab Riana.

"Dia sedang ada tugas lain," kata Barra. Riana manggut-manggut. Riana melirik Barra. Setelah dia pikir-pikir, ini pertama kalinya Riana melihat Barra mengendarai mobilnya sendiri. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, mengantarkan Riana menuju apartemen mininya.

"Kamu deket sama Raga?" tanya Barra pada Riana tiba-tiba membuat Riana kaget dan tak percaya Barra menanyakan pertanyaan berbau kecemburuan seperti itu.

"Saya deket sama semua kok, Tuan," jawab Riana. Barra terdiam membuat Riana tergelitik untuk menggoda Si Gunung Es.

"Ehem... Tuan, tidak cemburu, kan?" tanya Riana dengan nada menggoda. Wajah Barra terlihat bingung.

'Hah? Cemburu? Apa itu?' batin Barra.

"Raga ketua tim yang baik dan profesional. Saya menghargainya sebatas teman kerja. Tidak lebih dan tidak kurang," jelas Riana yang tahu bahwa Si Gunung Es tak mungkin tahu perasaan cemburu. Wajah Barra terlihat sedikit lega. Riana mengulum senyum.

'Bilang aja sih kalo cemburu,' batin Riana.

"Kalian sudah menyiapkan presentasi besok?" tanya Barra mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah, Tuan. Kami juga sudah menguji gamenya. Saya sedikit kurang puas. Ada sesuatu yang kurang, tapi apa ya?" kata Riana lebih kepada dirinya sendiri.

"Tidak mudah puas dengan hasil yang dicapai merupakan salah satu kunci kesuksesan. Kita lihat saja besok. Sudah memenuhi kriteria, atau memang ada yang kurang," kata Barra. Riana mengangguk sambil tersenyum.

'Dia hangat juga sesekali,'

Tak terasa mobil sudah terparkir di halaman apartemen Riana. Riana sudah akan bersiap turun, ketika tangan Barra menarik lengannya. Riana terkejut, menoleh ke arah Barra.

"Bisakah kamu tidak memanggil saya Tuan?" tanya Barra sambil menatap Riana.

"Eh? Kalau di kantor..."

"Kalau di luar kantor. Bisa?" tanya Barra memotong kalimat Riana.

"Jadi saya harus memanggil Anda apa?" tanya Riana kemudian.

"Panggil nama saya," kata Barra sambil melepaskan tangannya dari lengan Riana.

"Nama? Rasanya kurang pantas. Anda lebih tua dari saya," kata Riana mencoba mencari alasan.

"Bukankah rekan-rekan satu tim kamu juga lebih tua dari kamu? Usia kita hanya terpaut empat tahun," kata Barra.

'Kenapa dia jadi demanding gini sih? Belum juga jadi suami,' pikir Riana.

"Saya juga akan memanggil kamu Nana," lanjut Barra yang membuat mata Riana membulat.

"Jadi, tadi di kedai saya tidak salah denger? Tuan manggil saya Na?" tanya Riana setelah teringat bagaimana Barra memanggilnya di kedai. Barra menggangguk dingin.

"Tidak boleh?" tanya Barra kemudian, merasa lancang asal memanggil Riana.

"Eh? Boleh, Tuan," jawab Riana.

"Kenapa masih manggil saya Tuan?" tanya Barra, kembali menatap Riana.

"Eh, anu... Gimana kalo Mas aja? Saya nggak enak kalo harus langsung manggil nama. Belum terbiasa," kata Riana bernegosiasi.

'Lagian kita tidak seakrab itu. Belum,' kata Riana dalam hati.

"Mas?" tanya Barra.

"Iya, Mas Barra. Kan lebih enak daripada Tuan," kata Riana berusaha membujuk. Barra terlihat berpikir. Riana berharap diskusi tentang nama panggilan ini segera usai.

"Baik. Mas aja kalo gitu," kata Barra memberi keputusan. Riana tersenyum lega.

"Ya udah. Makasih ya, Mas, udah anter saya pulang. Sampai jumpa besok," pamit Riana lalu turun dari mobil Barra.

Barra melihat Riana masuk apartemen mininya. Rasanya ada sesuatu yang menarik dirinya ingin ikut masuk kesana. Barra menahan keinginannya itu. Mencoba untuk menekan perasaan aneh yang beberapa hari terakhir ini muncul dalam dirinya. Sesuatu yang tak dia mengerti. Barra lalu melajukan mobilnya keluar dari apartemen Riana. Berlalu menembus jalanan entah menuju kemana. Barra risau. Tapi, kenapa? Barra sendiri tak tahu.

'Mungkin gue bener-bener harus ke psikiater,'

***

1
Ai-chan
nangis bombaynya bukan karena cerita MC nya
Umi Nur Qasamah
saking nyaman sm istri...sampai tuan Barra tertidur
Umi Nur Qasamah
kasihan amat arka thor.../Sob//Sob//Sob/
Hana Agustina
peluk jauh utk arka... kamu kuat n bisa melalui ini semua
Umi Nur Qasamah
uwis jan ...modus Leo ah...
Hana Agustina
kesempatan utk bertahta di hati kamuuu Dinda.. eaaaa eaaaaa
Hana Agustina
ku baca marathon Thor.. g terasa udh di sini... semangat terus Thor berkarya.. ditunggu ya up selanjutnya
Hana Agustina: dg hati senang Kaka... semangat trus berkarya yaaa...
Purnamanisa: terimakasih sudah mampir dan menyimak Married to a Complete Stranger 🙏🙏 terimakasih juga atas like dan komennya 😊😊 nantikan update kisahnya setiap hari setelah pukul 17.00 😊😊
total 2 replies
Hana Agustina
bukan na... Tapi jelmaan barudak bucin...
Ai-chan
wah... keren nih... di awal2 fokus sama barra dan riana... kirain abis klimak masalah tabrak lari, udah... ternyata ganti sama arka... keren... keren... lanjut thor!! makin penasaran sama kisah mereka
Umi Nur Qasamah
waduh arka blm sembuh total itu berarti..kasihan/Sob//Sob//Sob/
dwi ka
Kyk alter ego ya.. Pny 2 kepribadian
Purnamanisa: kepribadian ganda kak... bisa disebabkan kenangan buruk masa lalu...

terimakasih sudah setia menyimak Married to a Complete Stranger 🙏🙏😊😊
total 1 replies
Umi Nur Qasamah
walah hrs menunggu lgi tho
Purnamanisa: sabar ya kak 😊😊 terimakasih sudah setia menyimak Married to a Complete Stranger 🙏🙏
total 1 replies
Umi Nur Qasamah
walah tebakanku slh ...aq kirain raga
Umi Nur Qasamah
walah ..tebakanku slh ...aq kurain si arga
Ai-chan
eh? Arka? author ga salah tulis?
dwi ka
Loh jd arka bukannya raga ??
Waaah plot twist bgt nih
Ayu Kerti
kok arka... raga kn ya..
Umi Nur Qasamah
lanjut thor /Rose//Rose//Rose/
Umi Nur Qasamah
jangan ada pertumpahan darah la thor seremmmmm
Umi Nur Qasamah
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!