FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(20). Secarik pesan manis.
Kini pagi kembali datang menyapa bumi. Memperlihatkan matahari yang malu - malu tersenyum simpul dibalik jendela hordeng. Entah sudah pagi yang ke berapa hari ini, namun matahari sepertinya tak pernah bosan untuk selalu memberikan sinarnya pada manusia-manusia yang membenci pagi.
Azalea berjalan keluar dari kamar dengan wajah yang sudah segar. Keberadaan handuk di kepalanya menandakan bahwa pagi ini, Azalea sudah selesai dengan aktifitas mandi paginya.
Wanita itu mengarahkan langkah kakinya menuju arah dapur untuk membuatkan sarapan dirinya, sang suami dan juga ibu mertuanya.. Di atas meja pantry, sudah berjejer rapi bahan dan peralatan yang akan Azalea gunakan. Termasuk sayur tomat, timun dan selada yang terlihat segar. Menu sarapan kali ini, Azalea akan membuat beberapa sandwich dan secangkir kopi juga dua cangkir teh.
Tanpa menunggu lama lagi, Azalea langsung berkutat dengan bahan makanan yang sudah tersedia di atas meja pantry. Hal pertama yang akan Azalea lakukan adalah memanggang roti yang akan ia gunakan. Lalu setelahnya menggoreng daging sapi dan telur yang akan menjadi pelengkap sandwich buatannya.
Setelah sepuluh menit lamanya berkutat di dapur, akhirnya sarapan buatan Azalea selesai dihidangkan. Tinggal menunggu sang suami selesai mandi dan menghampirinya di dapur. Sementara ibu mertuanya, biasanya akan sarapan setelah Husain dan Azalea berangkat bekerja. Karena pagi ini, seperti pagi sebelumnya, ibu mertuanya akan melakukan senam dengan tetangga samping rumah mereka.
"Sayang dimana?"
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Orang yang ditunggu-tunggu kehadirannya sudah memanggil dirinya. Dengan cepat Azalea bergegas menjawab pertanyaan suaminya.
"Aza di dapur, Abang,"
Setelah ia menjawab, Azalea dapat mendengar telapak kaki yang berjalan dengan cepat ke arah dirinya. Dan tak lama muncullah Husain dengan raut wajah mencebik serta tangan yang direntangkan. Namun tak lama, raut wajah itu berubah menjadi senyum. Kedua kaki Husain berlari kecil ke arah Azalea yang ada di sebalik meja pantry.
"Good morning, sunshine."
Husain memeluk tubuh Azalea dari arah belakang. Memberikan kecupan-kecupan kecil di tengkuk leher sang istri.
"Good morning too, Abang."
"Ayo sarapan. Aza udah buatkan sandwich kesukaan Abang."
"Terimakasih, sayang. I love u,"
Kecupan singkat Husain layangkan pada bibir Azalea sebagai ucapan terimakasih. Tak lupa mengucapkan kalimat cinta sebagai penyemangat hari.
"I love u, too."
Kedua sejoli itu sarapan dengan santai. Tidak terlalu terburu-buru karena memang jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Sedangkan jam kerja akan di mulai pada pukul delapan pagi.
Selepas melaksanakan sarapan bersama, kini mereka kembali ke kamar untuk mengganti pakaian dengan pakaian kerja yang rapi.
"Abang tunggu di mobil ya, sayang," ujar Husain sedikit berteriak ke arah Azalea yang sedang berada di kamar mandi.
"Iya, Abang,"
Tak lama setelah Husain pergi, Azalea keluar dari kamar mandi. Dirinya berjalan ke arah meja rias untuk mengambil tas selempang miliknya. Namun ada yang mencuri perhatian Azalea. Di samping tas selempang nya, Azalea menemukan secarik kertas dan setangkai bunga mawar merah.
Bunga mawar itu terlihat segar seperti baru dipetik. Bahkan aroma khas nya masih bisa Azalea cium dari jarak 5 cm. Sebelum menghampiri suaminya, Azalea ingin membuka terlebih dahulu surat yang ia yakini adalah buatan suaminya.
---
Lapor, Istriku.
Sepiring sandwich dan secangkir kopi yang kamu buatkan pagi ini untuk Abang, rasanya sangat nikmat.
Sayangku, terimakasih sudah memberikan pelayanan yang terbaik tadi malam dan juga pagi ini.
Kamu perlu tahu satu hal sayangku, hati Abang cuma satu. Tak pernah dua. Jika Abang berkeliaran dan di kelilingi banyak orang, selama Abang telah memutuskan kamu yang menjadi pemenangnya, Abang akan tetap setia. Jadi sayangku, tak perlu cemburu pada mereka yang bahkan sudah tereliminasi sejak awal.
Fyi. Pagi ini, rasa cinta Abang tak berkurang. Malah semakin bertambah untuk kamu. Jadi, sudah berapa persen pagi ini cinta kamu untuk Abang?"
^^^Ur love, Husain.^^^
---
Surat itu Azalea lipat kembali seperti semula dengan perasaan bahagia luar biasa. Kencangnya debaran jantung miliknya membuat Azalea dapat mendengarnya dengan jelas. Jangan lupakan wajahnya yang sudah bersemu merah. Bahkan sejak pertama ia membaca surat tangan itu sampai saat ini, senyumannya tak jua luntur.
Azalea dalam hati bersyukur. Menjadi istri Husain, ternyata membuatnya mendapatkan banyak rasa cinta dan kasih sayang. Yang awalnya ia kira hidup dengan Husain adalah sesuatu yang membosankan. Namun ternyata malah sebaliknya. Hidup dengan Husain adalah sesuatu yang menyenangkan yang tak pernah Azalea rasakan sebelumnya.
Karena Azalea sendiri lahir di dalam keluarga yang cara penyampaian rasa cinta dan kasih sayangnya bukan melalui word of affirmation.
Dengan ini, Azalea harap, Husain akan menjadi satu yang tak pernah macam-macam. Menjadi satu yang bisa Azalea andalkan. Menjadi satu yang akan Azalea ceritakan pada semua orang betapa bahagianya Azalea hidup dengan Husain. Dan menjadi satu yang bisa membuat seisi dunia cemburu betapa beruntungnya ia dimiliki dan dicintai oleh Husain.
Azalea juga berharap, Husain dapat membimbingnya dengan iman yang suaminya itu punya. Menyayangibya dengan cinta Husain. Menjaganya dengan tanggungjawab. Dan membahagiakannya dengan kesederhanaan Husain. Begitulah ia ingin disandingkan dengan Husain.
Wajahnya Azalea toleh kan ke arah meja kerja suaminya. Meminjam sebentar pena milik suaminya untuk membalas surat dari suaminya.
---
Abang, Aza tidak pandai merangkai kata-kata. Namun Aza berharap, Abang dapat merasakan betapa bahagianya Aza hidup dengan Abang.
Abang. Terimakasih sudah menyertakan Aza ke dalam semesta kecil Abang. Mari tetap seperti ini sampai tua nanti.
^^^Ur love, Azalea^^^
---
Suratnya sudah selesai Azalea buat. Dan akan Azalea berikan pada Husain nanti, saat mereka sudah sampai di kantor. Azalea terlalu malu menyaksikan Husain yang membaca suratnya.
...- Husain dan Azalea -...
Sehari-harinya, tanpa sadar kita sudah terbiasa berharap lebih dari yang seharusnya di terima. Ekspektasi tinggi ke orang lain, berharap banyak akan sesuatu, menjadi sebab paling sederhana untuk kecewa yang dirasa selalu saja ada.
Untuk hidup yang tidak melulu tentang bahagia, sedih dan kecewa adalah milik manusia. Jika sekarang sedang kebagian jatah kecewanya, nikmati dan jalani saja sebisa dan semampunya.
Dunia tak akan memaksamu untuk berlaku lebih dari apa yang kamu bisa. Cukup bersyukur dengan apa yang kamu miliki saat ini, dan tidak berharap lebih pada manusia, maka kamu akan bahagia.
Andai saja dulu Gabina melakukan kalimat terakhir barusan. Mungkin saat ini ia tidak di landa kecewa karena melihat sang pujaan hati lebih dekat dengan perempuan lain. Ia kira, perlakuan Ameer beberapa hari belakangan ini sudah menjadi bukti bahwa lelaki itu turut berbalik menyukainya. Namun, ternyata itu hanya reaksi alami yang juga ia berikan pada perempuan lain.
Hari ini, Gabina kembali patah hati untuk kesekian kali nya. Namun jika saja Gabina ingat, bahwa ada seorang lelaki yang senantiasa menunggunya. Mungkin Gabina tak akan sepatah ini. Tapi Gabina tak mengingatnya.
Lelaki itu sejak tadi memperhatikan Gabina yang termenung dengan secangkir teh yang sudah mendingin karena tak disentuh oleh pemiliknya. Xabiru ingin saja menghampiri Gabina, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Karena terkadang, ketika seseorang sedang sedih, ia membutuhkan beberapa waktu untuk sendiri merenungi kesedihannya. Karena itu, Xabiru hanya bisa memberikan kata-kata semangat melalui waiters yang sudah ia mintai tolong.
Sesuai dengan permintaan Xabiru, waiters itu datang ke meja Gabina dan memberikan sepiring cake coklat dan secarik kertas di atas meja Gabina.
"Maaf, Mbak, saya gak pesan ini." tolak Gabina halus.
"Oh iya, Mbak. Ini bukan pesanan Mbak, tapi pesanan teman Mbak. Katanya cake ini harus saya berikan sama Mbak. Disitu juga ada suratnya Mbak. Kalau begitu saya permisi dulu Mbak."
"Oh iya, Mbak. Silahkan."
Gabina mengambil surat yang ada di atas mejanya. Membuka lipatan kertas itu dengan perlahan. Setelah terbuka, Gabina membaca setiap baris kata yang tertuang di dalam surat itu.
---
Gabina, kata orang, sesuatu yang manis dapat menghilangkan sedikit kesedihan. Jadi aku memesankan cake coklat kesukaan mu.
Gabina, don't be sad for too long. Karena bumi akan mendung ketika melihat salah satu penghuninya sedang bersedih.
^^^The one who loves you, Xabiru.^^^
---
Gabina termenung. Jantungnya kembali berdebar kala nama itu terucap di dalam hatinya. Matanya langsung menatap ke segala sudut kafe untuk menemukan lelaki yang mengiriminya surat ini. Namun bertepatan dengan itu, Xabiru pun masuk ke dalam mobil nya dan meninggalkan dirinya di dalam kafe dengan pengunjung lain. Seolah tahu Gabina mencarinya, Xabiru membunyikan klaksonnya dan menurunkan sedikit kaca mobilnya hanya untuk sekedar memberikan senyuman semangat pada Gabina sebelum ia benar-benar menghilang dari balik jalanan yang ramai.
--- To Be Continue ---