Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 03. Menunda meeting
Brian mengatur tempat pertemuan itu ketika baru sampai dikantornya, ia bahkan menunda meetingnya selama 15 menit.
Sekretarisnya heran, baru kali ini ia melihat atasannya itu tidak disiplin waktu.
Ia bahkan melewatkan sarapannya hanya untuk memastikan kalau Laura mendapatkan kenyamanan di restoran tempatnya melakukan pertemuan.
"Meetingnya 5 menit lagi udah mau mulai, kita harus kesana sekarang, para investor udah dari tadi nungguin kita." Ucap Beni Sekretaris Brian.
Jari Brian yang tadinya sibuk berkutat dengan keyboard seketika berhenti lalu melirik ke sudut kiri atas ponselnya untuk melihat jamnya.
"Oke kita kesana sekarang!"
"Siap!"
Mereka berdua bergegas keruang meeting, Brian berjalan cepat disusul Beni dibelakangnya. Dan benar saja, hanya kursi Brian dan Beni yang masih kosong diruangan itu, semua sorot mata tertuju pada keduanya yang terkenal begitu menakutkan saat melakukan pertemuan penting.
Dengan wajah datar, Brian menatap satu persatu para investor yang hadir, tatapan itu seperti mengintimidasi mereka yang membuat beberapa orang langsung mengalihkan pandangan.
Tapi kemudian, Brian tampak menghela nafas, saat Beni memulai meetingnya, entah apa yang difikirkan oleh Brian, seolah-oleh ada yang membuatnya cemas.
Sekitar sepuluh menit meeting itu berlangsung, Brian menatap laptopnya, membuka whatsapp dari sana dan mengirim pesan pada Laura.
"Kabarin ya kalau udah sampai restoran!" isi pesannya.
Namun pesan itu tak kunjung ada balasan, bahkan 10 menit kemudian juga belum ada, Brian mulai geram dan mengirim pesan lagi.
"Sayang?! Kamu dimana? Masih dirumah atau uda sampai restoran?"
" Luara... Kok nggak dibalas? Kamu ngapain sih?"
Meskipun pesan itu terkirim, tapi tak ada satupun balasan dari Laura.
Brian seketika geram, alisnya berkerut, suara keyboard yang ia tekan semakin keras membuat para audiens di hadapannya mulai salah fokus dan menyoroti kelakuannya itu.
"Pak! Pak Brian....?" Panggil Beni.
Brian seakan tak mendengarnya, dia tak bisa mengalihkan pandangan dari arah laptop dan terus mengirim pesan pada Laura.
Hingga Beni mulai kesal, dan menendang kaki Brian dari bawah meja.
Pria itu terlonjak kaget, dia menengadah dan menatap tajam kearah Beni, "Lanjutkan!" Katanya pada sekretarisnya itu.
Setelah meetingnya berakhir, Brian tak langsung keluar dari ruangan, dia malah mengambil ponselnya, segera menelpon Laura.
Namun hasilnya sama saja, Laura juga tak mengangkat panggilan tersebut.
"Kamu tuh kenapa sih?" Tanya Beni yang tak lagi berbicara formal sebab keduanya adalah teman semasa kecil.
"Ben... Kamu coba telpon pemilik restoran itu deh, Laura dari tadi nggak balas pesan aku! Ini ku telpon juga nggak diangkat-angkat, aku takut dia kenapa-napa!" Katanya dengan suara cemas.
"Ya ampun! Aku kira kamu kenapa... Cuman masalah itu aja kamu sampai harus nunda meeting kita selama 15 menit loh!"
"Kamu bilang cuman? Ben... Kamu nggak tau apa-apa soal cinta! Ya udah cepetan telpon pemilik restorannya, tanyain apa Laura udah sampai sana?" Katanya lagi.
"Tapi bukannya ada CCTV dirumah kamu? Kenapa nggak di cek dulu? Kamu juga pernah bilang kalau udah pasang pelacak di hapenya Laura, kenapa juga nggak di cek?" Ucap Beni.
"Aku udah cek semuanya, aku lihat Laura udah keluar dari rumah, tapi titik lokasi hapenya ada dirumah!"
"Ohh berarti dia udah berangkat, terus hapenya ketinggalan!"
"Ya itu... Ya udah cepetan telpon pemilik restorannya, aku mau bicara!"
"Ehh iyaa... Sabar dong!"
Beni bergegas mencari nomor ponsel pemilik restoran tersebut, sekitar 1 menit ia menggeser layar ponselnya akhirnya dia menemukannya.
Brian yang tak sabaran langsung saja merebut ponsel itu dari tangan Beni, "ahh kenapa juga ini orang lama banget angkatnya!" Keluh Brian
"Mungkin aja sibuk!"
"Dia fikir didunia ini cuman dia aja yang sibuk?" Kata Bria menatap tajam kearah Beni hingga membuat sekretarisnya itu tak lagi bicara.
"Halo.... Pak Beni, ada apa menelpon jam segini?" Akhirnya ada suara dari panggilan tersebut.
"Apa istriku udah sampai sana?" Tanya Brian.
Pemilik restoran terdiam sejenak, "bukannya pak Beni belum menikah ya?"
"Aku Brian.... Jawab cepat! Apa istriku ada disana sekarang?"
"Owh... Maaf pak! Saya Kira pak Beni, Iy... Iya, ibu Laura baru saja tiba di sini!" jawabnya dengan suara kikuk.
"Aku mau bicara sama dia!"
"Owh... Ba-baik pak, saya kesana sekarang!"
Beni yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, "cckck... Dua orang yang jatuh cinta tapi yang repot banyak orang!" Gumamnya dalam hati