Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rayuan Ferdinan
"Ayo, saatnya makan malam," ajak Helena kepada Keano yang baru selesai ia ajari membaca dan menulis.
Anak kecil itu merapikan alat tulis dan menyimpannya di atas meja di dalam kamar. Ia beranjak, menggandeng tangan Helena sambil tersenyum. Keduanya keluar berbarengan dengan Ferdinan yang juga hendak turun ke lantai satu rumah.
Laki-laki itu menatap tak suka pada Keano, dahinya mengernyit saat bertatapan dengan Helena. Akan tetapi, wanita itu tak acuh dan terus berjalan melewati suaminya.
"Helena! Tidak adakah yang ingin kau bicarakan denganku?" tegur Ferdinan yang berdiri di dekat tangga, memandangi punggung Helena yang sudah berada di anak tangga.
Wanita itu menoleh, tersenyum dan menatap suaminya dengan hangat. Sama seperti dulu saat ia berharap dapat menghabiskan malam bersama, tapi Ferdinan tak pernah memandangnya. Selalu memiliki alasan untuk tidur di ruang kerja.
"Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau katakan. Tidak ada yang harus aku bicarakan lagi denganmu. Semuanya sudah jelas di pertemuan tadi," sahut Helena dengan suara lembut mendayu, seolah-olah sedang merayu Ferdinan agar mau menyentuhnya.
Benar. Ini baru dirimu. Kau selalu melihatku seperti itu, tersenyum lembut dan merayuku agar mau menyentuhmu. Akan aku kabulkan malam ini juga!
Ferdinan melirik Keano yang menggenggam erat tangan Helena. Hatinya bergejolak panas, dia sendiri pun belum pernah merasakan genggaman itu. Ia berjalan mendekat, menapaki anak tangga sampai berhadapan dengan Helena. Memindai tubuh wanita itu dari atas hingga bawah.
Dulu, kau bahkan selalu mengenakan lingerie merah untuk menggodaku. Sekarang kau mengenakan piyama panjang yang menutupi seluruh tubuhmu, tapi kau memang cantik. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" ketus Helena tak senang.
Ferdinan tersenyum, wajahnya memerah membayangkan sentuhan jemari lembut Helena yang belum pernah ia rasakan.
"Aku akan tidur di kamar malam ini. Kebetulan tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan," ucap Ferdinan penuh percaya diri.
Keano mengeratkan genggaman pada tangan Helena, dia sudah tahu harus pergi dari kamar ibu angkatnya itu. Apalagi saat melihat tatapan tajam Ferdinan yang seolah-olah ingin mencabik-cabik tubuhnya.
Helena tertawa kecil, membuang wajah sejenak dan mendapati Julian bersama ibu mertua yang berdiri mengawasi di lantai bawah.
"Tidak perlu. Aku tidak membutuhkannya. Saat ini aku sudah memiliki Keano, tidak akan pernah merasakan kesepian lagi. Kamarku juga sudah terasa jauh lebih hangat dengan kehadirannya. Kau tidak perlu repot pindah ke kamarku," sahut Helena seraya melanjutkan langkah menuruni anak tangga.
Ferdinan menggeram, dia pikir Helena sudah kembali seperti dulu. Senyum angkuhnya raib, berganti gejolak amarah yang membuncah di dalam dada.
Sial! Oh, aku tahu kau menggunakan cara baru untuk menarik perhatianku. Akan aku ikuti permainanmu, bukankah kau ingin aku mengakui kesalahanku dan meminta maaf padamu? Akan aku lakukan.
"Helena, tunggu!" sergahnya dan segera menyusul Helena yang hampir tiba di anak tangga terakhir.
Namun, wanita itu tak acuh dan terus berjalan menuju ruang makan, sampai Ferdinan menarik tangannya dengan paksa. Menyentak tubuh Helena hingga nyaris saja terjatuh. Ferdinan menggunakan kesempatan itu untuk memeluk tubuhnya. Tanpa mereka sadari, Lusiana ada di sana sedang mengawasi. Ia menghentakkan kaki kesal melihat adegan romantis itu.
"Lepaskan aku!" Helena menyentak tangan Ferdinan dengan kesal. Menjauh dari laki-laki itu dan kembali menggandeng Keano.
"Helena, aku tahu selama ini aku salah sudah mengabaikan mu. Aku meminta maaf kepadamu. Mulai malam ini, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga seperti yang kau katakan dulu. Aku akan menjadi suami yang bertanggungjawab untuk ke depannya. Kau masih ingat itu, bukan?" ungkap Ferdinan menekan rasa gengsi di hatinya.
Biarlah, untuk saat ini aku terlihat seperti ini. Setelah berhasil meluluhkan nya, aku akan melanjutkan rencanaku.
Helena mengangkat pandangan, menatap remeh pada suaminya. Ia mendengus, tersenyum mencibir laki-laki di hadapannya itu.
Kau pikir aku masih perempuan bodoh seperti dulu? Yang datang ke ruang kerjamu setiap malam dengan menghinakan diriku sendiri. Aku tidak akan mengulangi kebodohan itu lagi. Sungguh memalukan!
"Tidak perlu. Aku sudah tidak menginginkannya. Jalani saja seperti biasa, dan anggap kita tidak pernah membahasnya," sahut Helena seraya berjalan tanpa menunggu jawaban Ferdinan.
Sial! Kau benar-benar tidak tahu diri. Aku sudah merendahkan diriku di hadapanmu untuk membuatmu sadar, tapi kau justru mengabaikannya. Jangan salahkan aku jika setelah ini kau akan kehilanganku.
Ferdinan mengutuk diri sendiri. Ibu mertua yang melihat mendekatinya bersama Julian.
"Benar-benar perempuan tidak tahu diri. Seharusnya dia bersyukur kau mau menerimanya. Dulu, dia sendiri yang datang memintamu menikah. Tergila-gila sampai-sampai rela melakukan apa saja untuk tetap berada di sisimu. Sekarang, dia bersikap seolah-olah tak membutuhkanmu. Munafik!" cibir ibu mertua menatap benci pada Helena.
Ferdinan terdiam, tangannya mengepal membayangkan sikap Helena yang dulu dan yang sekarang. Sangat jauh berbeda. Dulu, di setiap malam dia akan mendatangi ruang kerja Ferdinan dengan mengenakan lingerie seksi untuk menggodanya. Meskipun setiap malam ditolak, tapi Helena tidak menyerah.
"Biarkan saja, Bu. Aku ingin melihat sampai di mana permainannya," ucap Ferdinan masih penuh percaya diri.
Mereka bergabung di meja makan, makanan sudah terhampar di sana. Berkali-kali Ferdinan melempar lirikan memperhatikan Helena yang sedang melayani putra kecilnya.
Tiba-tiba Lusiana masuk begitu saja dan duduk di samping Ferdinan. Tanpa tahu malu, dan tanpa meminta izin dari Helena.
"Siapa yang memberimu keberanian untuk duduk satu meja denganku? Aku tidak bisa duduk bersama orang asing."
Brak!
"Helena!"
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢