Nabila Putri, seorang gadis yatim piatu yang merantau ke kota untuk melanjutkan hidupnya. Dan dia bertemu dengan seorang pengusaha muda yang bernama Aditya Laksmana. mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan,tapi sayangnya hubungan itu ditentang keras oleh ibunya Aditya.
Akankah mereka bersatu????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeniiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 Dipecat
Saat jam makan siang restoran benar-benar ramai, sehingga para pegawai belum mendapat jam istirahat. Setelah restoran agak sepi, barulah pegawai bergiliran untuk makan siang.
Saat tiba giliran Nabila makan siang, tiba-tiba Mela mendekatinya.
"Nabila, lihatlah ini mas Aditya dan mbak Vina. Mereka benar-benar terlihat serasi bukan? Jadi sebaiknya kamu sadar diri siapa kamu sebenarnya, jangan bermimpi bisa jadi Cinderella," ucap Mela sinis.
Nabila yang melihat foto yang di tunjukkan Mela merasa sedih dan minder. Dia terdiam sesaat dan hanya bisa menghela nafas. Nabila memang tidak pantas berada disini.
Setelah selesai makan siang, Nabila kembali bekerja. Saat akan mengantarkan pesanan pelanggan, Nabila merasa ada yang menjegal langkah nya dan membuat minuman yang dia bawa jatuh dan mengenai pelanggan.
"Kamu bisa kerja nggak sih? Lihat baju mahal saya jadi kotor, apa kamu sanggup untuk menggantinya?" teriak wanita itu.
"Maaf Mbak, saya tidak sengaja. Tadi sepertinya ada yang menjegal kaki saya," ucap Nabila.
"Halah, alasan saja. Mana managernya dia harus lihat kelakuan pegawainya. Orang yang tidak kompeten seharusnya tidak dipekerjakan di restoran ini!"
"Maaf Mbak, saya manager restoran ini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Lihat pelayan ini, dia menumpahkan minuman ke baju saya. Tapi dia mencari alasan agar tidak disalahkan."
"Maaf Pak bukan seperti itu, tapi tadi sepertinya ada yang menjegal kaki saya."
"Itu cuma alasan kamu saja. Sudah lah lebih baik pecat saja pegawai seperti dia ini."
"Tapi Mbak, saya kan sudah minta maaf."
"Pecat dia atau saya akan sebarkan kalau pelayan di restoran ini sangat buruk."
"Nabila maafkan saya, saya harus menjaga nama baik restoran ini."
"Baiklah Pak, saya mengerti. Kalau begitu saya permisi, sekali lagi maafkan saya."
Sementara manager dan dua orang perempuan itu saling melempar senyum. Semuanya sudah direncanakan dengan matang oleh Vina. Satu perempuan menjegal kaki Nabila, satu perempuan sebagai korban, dan manager yang seolah-olah terpaksa memecat Nabila. Sungguh rencana yang sempurna bukan?
Nabila sangat sedih, dia memang berniat keluar dari restoran, tapi bukan dengan cara seperti ini. Dia ingin mengundurkan diri secara baik-baik. Tapi semua itu tinggal rencana saja.
Saat Nabila akan mengambil barang-barangnya di loker, dia kebingungan mencari ponselnya. Seingatnya tadi pagi dia menaruh ponselnya di loker, tapi saat akan di ambil ternyata tidak ada.
Lalu dia bergegas ke kamar mes, barangkali tertinggal di sana. Tapi ternyata juga tidak ada, Nabila bingung harus minta tolong dengan siapa karena dia tidak begitu dekat dengan pegawai lain.
Karena memang tidak ada, Nabila segera membereskan baju-bajunya yang tak seberapa. Dia hanya menggunakan tas ransel berisi beberapa lembar baju, termasuk baju pemberian Aditya.
Nabila pergi tanpa pamit pada siapapun, karena memang dia tidak punya teman setelah kepergian Rima dan Dino.
Nabila bingung harus pergi ke mana, dia juga tidak bisa meminta bantuan siapapun karena ponselnya juga hilang.
Saat dia berjalan tak tentu arah, tiba-tiba Nabila dihadang oleh dua orang pria berbadan besar. Nabila ketakutan hanya dengan melihat tatapan dua pria tersebut.
Nabila memutuskan untuk berbalik arah, tapi dua pria itu terus mengikuti Nabila. Saat Nabila lari, dua pria itu pun mengejarnya. Dan sialnya suasana sore itu sungguh sepi. Nabila berhasil ditangkap oleh dua pria itu.
"Lepaskan saya, mau apa kalian?" Nabila berusaha berontak saat tangannya sudah dipegangi pria itu.
"Diam dan ikut saja!" bentak pria itu.
"Nggak mau, lepas, Tolong! Tolong!
"Diam!"
Lalu Nabila menginjak kaki salah satu pria dengan keras, lalu menyikut perut pria satu lagi. Nabila berhasil terlepas dan segera berlari sekencang mungkin. Saat melihat minimarket Nabila segera berbelok, karena tidak fokus Nabila hampir saja tertabrak oleh mobil yang akan keluar dari minimarket itu.
"Maaf, maaf,"ucap Nabila sambil terengah-engah.
"Mbak nggak apa-apa?" tanya seorang gadis yang keluar dari kursi samping kemudi.
"Nggak, ta-pi to-long saya."
"Mbak kenapa?"
"Saya di-kejar-" lalu Nabila menunjuk ke arah belakang, terlihat dua pria orang berbadan besar sedang berlari dan mencari sesuatu.
"Ayo cepat masuk!" ucap gadis itu segera membuka pintu mobil bagian belakang. Setelah Nabila masuk, gadis itupun masuk.
"Bagaimana Sayang?" tanya seorang pria dari kursi kemudi.
"Lihat itu sayang, mereka sedang mengejar mbak yang di belakang," ucap sang gadis sambil memperhatikan dua pria yang sedang kebingungan di depan mobilnya.
"Mereka seperti preman." ucap si pria.
"Iya, ayo jalan."
Lalu mereka segera melaju di jalanan.
"Terimakasih ya Mbak, saya turun di sini saja tidak apa-apa," ucap Nabila.
"Memang Mbak tadi darimana dan mau kemana?"
"Em, saya tidak tau," ucap Nabila menunduk sedih.
"Loh, memangnya apa yang terjadi Mbak? Oh iya, sebelumnya kenalkan nama saya Nuri dan ini pacar saya Doni."
"Nama saya Nabila. Saya dari kampung dan tiga bulan ini saya bekerja di restoran, tapi saya dipecat dan tidak tau harus kemana."
"Apa Mbak nggak punya saudara atau kenalan disini?"
"Nggak ada Mbak, adapun kenalan di kota A, tapi ponsel saya hilang, jadi tidak bisa menghubungi siapapun."
"Astaga, kasian sekali ya. Kamu ada lowongan pekerjaan nggak yang?" tanya Nuri pada Doni.
"Nggak ada yang, coba kamu telpon kak Meta, kan kemarin dia bilang kafenya lagi rame banget."
"Oh iya. Em Mbak, kalau ada kerjaan di kafe Mbak mau nggak?"
"Mau banget Mbak, kerjaan apapun saya mau selagi halal."
"Gimana kalau kita langsung ke kafe saja?" usul Doni.
"Oke deh aku juga ada perlu sama kak Meta."
"Maaf ya Mbak, Mas kalau saya ngrepotin."
"Nggak apa-apa Mbak, sebagai sesama manusia sudah sepatutnya kita saling tolong menolong," ucap Nuri.
Nabila merasa lega karena sudah dipertemukan dengan orang baik. Entah apa yang akan terjadi kalau Nabila tidak bertemu dengan mereka. Mungkin hidupnya akan hancur di tangan dua orang pria yang mengejarnya tadi.
Saat sampai di kafe mereka bertiga segera turun. Mereka langsung menuju ke ruangan owner yang tak lain adalah Meta, sepupu dari Nuri.
"Sore Kak Meta, lagi sibuk nggak?" tanya Nuri setelah mereka dipersilahkan untuk masuk.
"Nggak juga, ada apa, eh ini siapa kok aku baru lihat?" tanya Meta.
"Kenalin Kak, ini Mbak Nabila, dia butuh pekerjaan. Apa Kak Meta ada lowongan?"
"Hai nama saya Meta. Tapi, gimana ya?"
"Tolonglah Kak, dia nggak punya tujuan saat ini, katanya tadi habis di pecat dari restoran tempatnya bekerja. Dia juga tidak punya siapa-siapa di kota ini," rayu Nuri.
"Sebelumnya kamu tinggal di mana?" tanya Meta.
"Saya tinggal di mes yang disediakan oleh restoran Mbak."
"Ya sudah, kamu boleh bekerja di sini mulai besok. Dan di belakang ada kamar yang bisa kamu tempati."
"Terimakasih ya Mbakbak, terimakasih banyak sudah mau menolong saya," ucap Nabila sambil menangis terharu.
"Iya sama-sama, sudah nggak usah nangis. Sebentar saya panggilkan Lina dulu."
Lalu Meta menghubungi Lina, tak lama Lina pun datang.
"Ada apa Mbak Meta?" tanya Lina.
"Ini ada teman baru yang akan bergabung di kafe kita, tolong kamu antar ke kamar belakang ya."
"Siap Mbak Meta! Ayo ikut aku," ucap Lina ramah.
"Sekali lagi terimakasih ya Mbak Nuri Mas Doni, dan Mbak Meta."
"Iya sama-sama," jawab mereka serentak.
"Kalau begitu saya permisi."
Lalu Nabila mengikuti Lina menuju ke belakang kafe. Saat berjalan Lina mengajak ngobrol.
"Kenalin nama aku Lina, nama kamu siapa?"
"Aku Nabila, apa kamu juga tinggal disini?"
"Iya, aku dari kampung dan tidak punya keluarga di kota ini, jadi aku tinggal disini daripada kos mahal heheh."
"Sama, aku juga dari kampung."
"Nah, ini kamar kamu, kamar aku ada disebelah. Kamu istirahat saja dulu. Aku mau balik ke depan dulu ya."
"Iya, terimakasih ya, Lina."
"Sama-sama."