Bai Xue nona muda keempat dari keluarga bangsawan Bai. Di asingkan di perbatasan saat usianya baru mencapai tujuh tahunan. Saat kembali ke Ibu Kota di usianya yang kesembilan belas tahun. Dia di jebak adik kelimanya, sehingga harus bermalam bersama Tuan muda kedua Jiang. Dan dengan terpaksa Bai Xue harus menikah menjadi Nyonya kedua di kediaman Jiang.
Di tahun ke tiga pernikahannya, wanita muda itu di temukan terbunuh dengan banyaknya sayatan di sekujur tubuhnya. Wajah cantiknya bahkan tidak lagi dapat di kenali.
Semua penderitaan yang ia jalani sepanjang hidupnya seperti mimpi menakutkan. Sehingga wanita muda itu dapat terbangun kembali dengan jiwa yang telah berpindah ketubuh gadis muda berusia enam belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Desa Buangan
Bai Qi menarik nafas dalam di dadanya. Dia juga pernah hidup di perbatasan dan mengerti betul apa yang telah terjadi. Banyak orang yang terdampak akibat bencana alam atau perang. Hanya bisa mencari tempat berlindung baru di kota lain. Mereka sering sekali mendapatkan penolakan setelah sampai di kota tujuan. Di usir, di kucilkan bahkan tidak di anggap keberadaan mereka. "Berapa banyak anak-anak yang harus tinggal di tempat seperti ini?"
"Secara keseluruhan ada sekitar enam ratus keluarga dengan dua ratus lebih anak-anak kecil," saut pemuda itu dengan menahan hawa dingin di tubuhnya.
Bai Qi mengangguk mengerti. "Tuan, nama anda siapa?"
"Nona muda, anda bisa memanggilku Yuan Yi."
Tidak selang lama Bai Qi memutuskan segara kembali kekediaman Bai. Selama perjalanan gadis muda itu terus memikirkan keadaan semua orang yang ada di pinggiran perbatasan Ibu Kota. Ada kesedihan terpendam yang sulit ia sembunyikan. Sesampainya di kediaman, Bai Qi memerintahkan semua pelayan juga penjaga membeli semua kebutuhan. Mulai dari selimut hangat, obat-obatan, baju, sepatu, perlengkapan dapur juga masih banyak lagi. Tidak lupa ratusan bungkus makanan hangat.
Membutuhkan lima jam untuk gadis muda itu bisa menyiapkan semuanya. Dan di jam lima sore Bai Qi bersama enam puluh penjaga kediaman dan dua puluh pelayan wanita maupun laki-laki. Melakukan perjalanan menuju pinggiran Ibu Kota. Lebih tepatnya Desa Buangan. Tempat tinggal para pengungsi dan gelandangan yang ada di Ibu Kota.
Mereka sampai di jam sembilan malam kerena harus berjuang dengan jalur berlumpur dengan dua puluh kereta tanpa atap. Dengan keteguhan dan kegigihan semua orang. Akhirnya mereka bisa sampai di Desa Buangan.
Semua warga yang ada di sana pada awalnya merasa takut jika rombongan yang datang itu dari pihak pemerintah setempat. Tapi setelah memperhatikan lebih jauh. Mereka akhirnya sadar jika rombongan itu memberikan bantuan pangan, obat-obatan juga sandang. Semua warga berjejer mengambil kebutuhan yang di bagian secara gratis.
Yuan Yi mendekat bersama adik perempuannya. Dengan senyuman hangatnya dia mengucapkan terima kasih tanpa henti. Air matanya bahkan menetes. Sejak kedatangannya lima tahun yang lalu. Tidak ada seorangpun dari pihak pemerintahan yang datang memberikan bantuan. Bahkan orang-orang kaya di Ibu Kota menganggap mereka semua seperti hama yang menganggu.
Bai Qi duduk di salah satu pohon tumbang untuk beristirahat setelah semua yang ia bawa telah di bagi rata. Dia melihat senyuman semua orang yang datang memberikan rasa terima kasih kepada dirinya. Meskipun begitu rasa lega di hatinya tidak sepenuhnya memuaskan batinnya.
Yuan Yuan berlari dari kejauhan mendekat kearah Bai Qi. "Kakak perempuan."
"Pelan-pelan jangan sampai tergelincir." Bai Qi berjalan mendekat.
Gadis kecil itu memberikan satu ikat bunga berwarna kuning di tangannya. "Aku mengambilnya dari sungai di dekat sini."
"Terima kasih." Bai Qi mengambil bunga dari tangan Yuan Yuan. Saat dia menciumnya bau harum tercium cukup kuat.
Malam itu Bai Qi memutuskan untuk tinggal selama satu malam karena jam malam pasti sudah di berlakukan. Jika ada seseorang yang berkeliaran di Ibu Kota melewati jam dua belas malam. Prajurit pengawal Ibu kota yang tengah berpatroli pasti akan langsung menangkap dan menahannya. Dan kasus yang paling parah mereka akan di panah mati dari kejauhan.
Dengan alas seadanya Bai Qi justru bisa tertidur sangat lelap tanpa mimpi buruk yang selalu menghantui dirinya. Meskipun tubuhnya terjaga dengan baik. Namun jiwanya telah merasakan pahitnya kehidupan tanpa keluarga yang menjaga.
Pelayan Lian yang sudah sering melihat perubahan kepribadian Nona mudanya tidak lagi merasa aneh. Tapi dia merasa senang karena Nona mudanya bukan lagi gadis manja, angkuh dan penuh kesombongan. Namun gadis penuh perhatian, empati, simpati juga kehangatan untuk orang-orang di sekitarnya.
Di malam yang sama,
Di depan pintu masuk kediaman kedua Bai keadaan terlihat sangat tenang. Bahkan di luar pintu masuk tidak ada penjaga. "Kenapa sepi sekali." Tuan muda ketiga Bai Muyang yang baru saja kembali dari tugas di luar Kota. Turun dari kudanya dengan kebinggungan. "Penjaga sekarang sangat sulit di atur. Lihat saja nanti aku pasti akan memecat mereka semua." Membuka gerbang utama kediaman.
Krekkkk...
Kegelapan memenuhi kediaman yang terlihat seperti tak berpenghuni. "Aaahhh... Kenapa aku menjadi merinding? Kemana perginya semua orang?" Hawa dingin merambat membuat semua bulu kuduk pria muda itu bangkit. "Qi er..." teriaknya kuat.
Tidak ada sautan. Hanya angin malam yang menambah kengerian di kediaman.
"Apa sesuatu telah terjadi?" Tuan muda ketiga Bai Muyang langsung berlari keluar dari dalam kediaman. Dia bahkan hampir menabrak kakak keduanya Bai Muchen yang baru saja datang.
"Apa ada?"
"Kakak, di kediaman tidak ada orang. Semua orang seperti lenyap begitu saja." Tuan muda ketiga Bai Muyang berkata dengan gugup.
"Bagaimana dengan Qi er?" Hanya gelenggan kepala yang ia dapatkan dari adik ketiganya. Tuan muda kedua Bai Muchen langsung mengerahkan semua orang yang ada di bawah kendalinya agar bisa menemukan adik keempatnya.
Hingga mereka berdua bisa menemukan kemana adik keempatnya pergi. Di jam tiga malam Opsir dari lembaga penyidik mengepung Desa Buangan. Membuat semua orang yang ada di dalam desa menjadi panik. Mereka semua langsung bersembunyi di dalam kediaman atau justru berlari menuju semak belukar.
"Nona muda." Pelayan Lian mencoba membangunkan Bai Qi yang telah tertidur sangat lelap.
"Ada apa?" Bai Qi membuka kedua matanya perlahan. Ia renggangkan tubuhnya sebelum bangkit.
"Orang-orang dari pemerintahan mengepung desa."
Dengan terkejut gadis muda itu langsung berdiri. Dia menata gaunnya lalu berjalan menghampiri orang-orang yang sudah membuat keributan. Semua penjaga kediaman Bai juga pelayan mengikuti setiap langkah Nona muda mereka. Mencoba membuat perlindungan untuk gadis muda yang tengah berjalan tanpa rasa takut.
Bai Qi terdiam sejenak di saat dia memperhatikan lebih jauh jika ada kedua kakak laki-lakinya di antara orang-orang pemerintahan. "Kakak..." Berlari mendekat.
Tuan muda kedua Bai Muchen melihat adiknya yang terlihat baik-baik saja menatap penuh senyuman. "Hati-hati jalanannya licin." Ikut berlari mendekati adik keempatnya.
"Kenapa kakak kedua dan kakak ketiga ada di sini?" Bai Qi menatap binggung.
Tuan muda ketiga Bai Muyang mendekat mengelus lembut kepala adik keempatnya. "Tentu saja mencarimu. Kamu bahkan pergi begitu saja membiarkan kediaman seperti rumah hantu. Membuat kami panik."
Bai Qi hanya bisa tersenyum dengan perasaan bersalah. "Kakak kedua, kakak ketiga. Maaf, aku cukup terburu-buru sehingga tidak bisa memberikan kabar kepada kalian berdua."
"Qi er, kenapa kamu ada di tempat ini?" Tuan muda kedua Bai Muchen menatap hangat kearah adik keempatnya.
Bai Qi melihat kesegala arah di mana tempat itu hanya di terangi obor seadanya. "Memberikan sedikit bantuan untuk mereka." Melihat kearah kedua kakaknya dengan tatapan sedih. "Kakak."
Tuan muda kedua Bai Muchen mengangguk mengerti. "Kakak akan mengusahakannya."
"Aku akan mencoba mencari cara agar hal ini bisa sampai kepada Kaisar. Meskipun pihak atas cukup sulit di atasi. Tapi untuk adikku. Semua akan aku usahakan," ujar Tuan muda ketiga Bai Muyang. "Tapi malam ini kita harus kembali lebih dulu."
"Baik." Bai Qi mengangguk setuju.
Malam itu juga mereka pergi dari Desa Buangan kembali kekediaman kedua Bai.
lanjut up lagi thor