Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Mika masuk ke dalam ruangan setalah di panggil dokter yang membantu persalinan Sarah. Ia lantas mendekat ke arah bayi yang sudah di bedong, tengah tertidur pulas di atas ranjang khusus untuk bayi. Sarah terlihat sudah bersih dan duduk di ranjang. Ia sudah di suruh untuk belajar duduk oleh sang perawat.
Mika menatap bayi tampan yang berkulit kemerahan itu. Ia lantas mengusap pipi lembut itu. Tersenyum, seolah itu adalah anaknya.
"Maaf, apa ... kamu bersedia mengadzani anak saya?" pertanyaan Sarah membuat Mika menoleh.
Mika lantas mengangguk, "btw selamat ya," ucapnya tulus.
"Terimakasih." kata Sarah. Mika lantas mengangguk dan kembali melihat ke arah sang bayi. Lantas ia berlalu ke arah kamar mandi yang ada di ruangan itu. Setelahnya ia kembali dengan wajah dan rambut serta lengan yang basah dan celana yang di gulung ke atas. Bisa di pastikan Mika baru saja wudhu. Sarah memperhatikan Mika dari tempatnya duduk, ia bisa melihat dan mendengar bagiamana suara merdu Mika saat mengadzani putranya.
Sarah bahkan sampai menitikan air mata. Namun setelahnya ia tersenyum, mengingat betapa baiknya kedua kakak-beradik itu. Tidak bisa di pungkiri, walaupun mulut Mika se pedas sambal level 40 , namun untuk tindakan ia benar-benar baik.
Bayi berjenis kelamin laki-laki itu menggeliat lucu saat mendengar suara adzan Mika. Bahkan, Mika sampai meneteskan air mata saking terharunya ia, bisa mengadzani bayi yang baru lahir. Setelah selesai ia lantas mencium pipi menggemaskan itu. Setelahnya ia kembali ke sebelah Sarah. "Kamu, baik-baik saja 'kan?" tanyanya setelah berada tepat di sebelah ranjang.
Sarah mengangguk, "baik, sudah tidak lagi merasakan sakit. Dan allhamdulillah, tidak jadi operasi, aku bersyukur sekali." jawabnya.
"Kamu beri nama dia siapa?" tanya Mika sembari menoleh ke arah bayi.
Sarah mengedikan bahunya, "aku belum memiliki nama untuknya," jawabnya jujur. Karena selama ini ia terlalu sibuk memikirkan apakah benar, ayah dari anaknya adalah Malik, atau pria lain yang menjebak mereka.
Mika kembali menoleh ke arah Sarah, "boleh aku kasih nama?" tanyanya. Sarah mengangguk mempersilakan. "Shaki, artinya dermawan. Biar kelak jadi orang yang dermawan dan murah hati." kata Mika.
"Boleh, namanya bagus. Saya suka," ucap Sarah dengan senyum yang lebar. "Mmm, apa boleh kamu membawa Shaki ke sini, aku ingin menggendong nya." lanjut Sarah.
"Saya, nggak bisa ambil nya. Takut sih," kaya Mika meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Coba saja, pelan-pelan. Itung-itung latihan," ucap Sarah memaksa.
Mika mengembuskan napas kesalnya, bukan tak mau, ia benar-benar takut jika menggendong bayi yang baru lahir. Kebetulan saat ia kesusahan, sang perawat masuk dan Mika meminta tolong padanya. Perawatan memberitahu kalau besok pagi Sarah dan sang bayi sudah boleh pulang.
Tentu saja, Mika dan Sarah merasa senang akan kabar ini. Walaupun jujur saja, setelah ini Sarah bingung. Karena ia juga belum tahu cara mengurus bayi, terlebih lagi bagaimana caranya nanti dia beres-beres rumah dan segalanya. Ia pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Sedangkan di tempatnya, ia tak punya tetangga yang dekat. Hanya sekedar kenal saja.
Karena, Sarah yang tak pernah keluar rumah. Terkecuali saat ada Malik saja.
..._-_-_-_...
Kita beralih ke Rumah Reno.
Di sana, di sofa ruang keluarga. Reno dan Yuni serta Malik duduk dengan diam. Raut wajah Reno bahkan masih terlihat tak bersahabat. Ingin bertanya saja rasanya ia sangat enggan pada sang putra pertamanya itu.
Akhirnya, Yuni yang mencoba bertanya pada Malik. "Lik!" panggilnya. "Kalau kamu masih menganggap, kami berdua ini adalah orangtuamu, bisa kamu ceritakan sejujurnya pada kami." sambungnya.
Malik melihat ke dua orang tuanya. "Maaf, Pa, Ma ... bukan maksudnya mau berbohong. Hanya saja, Malik masih harus memastikan sesuatu, sebelum jujur. Tapi, nyatanya belum Malik jujur, Giska sudah mengetahui segalanya." ujarnya.
"Tapi, benar 'kan kalau kamu memiliki wanita lain, selain Giska?" tanya Reno, menatap sang putra dengan tatapan marah.
Malik mengangguk, "tapi, aku sama Sarah tidak saling mencinta Pa," jelas Malik. "Kita berada di satu hubungan yang tidak kita inginkan." katanya, berharap kedua orangtuanya mengerti. Kalau yang ia cintai tetap Giska.
"Ora ngerti aku, Lik!" kesal Yuni. "Coba lah, kamu jelaskan yang sebenarnya. Bagiamana bisa kamu mengkhianati Giska? Mama sakit hati Lik, sakit!" kata Yuni dengan menepuk dadanya yang benar-benar sakit. Masih tak percaya kalau sang putra berbuat seperti itu pada anak perempuan kesayangannya.
Malik menarik napas dalam-dalam, "aku sama Sarah, di jebak Ma. Kita pernah hadir di acara reuni. Dan siapa yang menjebak kita, aku tidak tahu. Tiba-tiba saja, paginya aku dan dia ada di dalam satu kamar dengan tu buh yang tak lagi memakai apapun." jelas Malik sembari menunduk.
"Awalnya, Kita berdua sudah tidak berhubungan lagi, tapi dua bulan kemudian. Aku mendengar Sarah yang di usir orangtuanya karena hamil, jadi aku membawa Sarah ke Jakarta dan membelikannya rumah. Kenapa aku nggak bilang sama Mama, sama Papa. Karena aku nggak merasa kalau aku sudah melakukanya Ma, dan Sarah juga meyakini itu. Sementara kamar kostan siapa yang jadi tempat kita di jebak, kita belum tahu Ma, Pa. Semua orang, semua teman kita yang datang ke reuni bungkam." sambung Malik.
"Kalau, seperti itu. Kenapa kamu nggak jujur, Malik! Se-enggaknya kalau jujur kita tidak akan menyakiti Giska, terutama kamu!" teriak Yuni dengan kesalnya.
"Karena, aku nggak mau kehilangan Giska Ma, aku sayang banget sama dia. Dan kenapa aku cuek sama dia, saat kita berdua. Karena aku tidak akan sanggup untuk menyakitinya lebih dalam saat kenyataannya nanti begitu menyakitkan." ujar Malik yang masih tidak di mengerti oleh mama dan papanya.
Reno bahkan berdiri dengan tangan terkepal. "Pengecut! Harusnya kamu jujur, Malik! Kamu harusnya menolak perjodohan, biar Giska sama Mika saja! Kenapa kamu se bo doh ini, Hah!" teriaknya penuh amarah di depan sang putra yang menunduk.
Yuni bahkan hanya bisa diam, tak mengehentikan tangan Reno yang kini mengambang di udara siap untuk meluncur mengenai sang putra. Air matanya mengalir, ia tak tahu sekarang, yang jelas ia merasa putranya begitu bo doh. Melupakan ke pintaran sang ayah, Keanu. Yang bisa mencari informasi sekecil itu. Ia yakin, jika Malik bercerita dari awal dengan masalah yang ia hadapi, semua tidak akan seperti ini. Malik jelas sudah tahu, siapa yang menjebak mereka.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, ia benar-benar pasrah jika Giska tidak lagi bisa memaafkan kesalahan putranya.
Yuni lantas berdiri dari duduknya, "Giska mau pisah dari kamu. Kabulkan saja keinginannya, Mama juga nggak rela, kalau dia harus merasakan sakit yang lebih dari ini. Jika terus dibiarkan bersama suami dzalim seperti kamu."
Malik mendongak, ia tak percaya dengan apa yang mama nya katakan. Ia melihat sang Papa yang masih di depannya dengan raut garang dengan tangan yang masih terkepal.
Lalu, Mama Yuni menarik tangan sang suami untuk pergi dari sana. Rasa kecewanya pada sang putra sudah tidak bisa ia gambarkan. Yang pasti ia sangat kecewa.
Malik menatap dua punggung yang semakin jauh meninggalkan dirinya yang sendirian di sofa ruang keluarga. Masih terngiang-ngiang di telinganya apa yang mamanya katakan. Matanya terpejam, hatinya penuh sesal.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee